Mohon tunggu...
Dennis Noor Sudrajat
Dennis Noor Sudrajat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Individu

Jadikan mimpimu menjadi nyata

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kerja Sama Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Menanggulangi Tantangan Ekonomi Indonesia

18 November 2024   23:54 Diperbarui: 19 November 2024   00:19 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Di tengah gejolak ekonomi global dan dampak krisis yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pemulihan. Dalam situasi ini, kebijakan fiskal dan moneter yang terkoordinasi dengan baik menjadi kunci untuk merespons perubahan yang cepat dan mendalam dalam perekonomian. Kolaborasi antara kedua kebijakan ini bukan hanya penting untuk mempertahankan stabilitas, tetapi juga untuk menciptakan fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Melalui kerja sama ini, Indonesia dapat lebih mudah menghadapi tantangan ekonomi, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Kebijakan moneter, yang dikelola oleh Bank Indonesia, berfokus pada pengaturan suku bunga dan pengelolaan likuiditas untuk menjaga stabilitas harga dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Dalam konteks ini, suku bunga yang rendah memiliki potensi untuk meningkatkan likuiditas pasar dan mendorong aktivitas investasi. Sebaliknya, suku bunga yang lebih tinggi dapat digunakan untuk mengendalikan inflasi yang tidak terkendali, yang dapat merusak daya beli masyarakat dan memperburuk ketidakpastian ekonomi. Penurunan suku bunga yang agresif, misalnya, bertujuan untuk memberikan dorongan bagi sektor perbankan agar lebih banyak memberikan kredit, yang pada gilirannya akan memicu konsumsi dan investasi. Kebijakan seperti ini juga berperan penting dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan memastikan ketersediaan uang yang cukup untuk menunjang perekonomian.

Namun, kebijakan moneter yang efektif harus didukung oleh kebijakan fiskal yang ekspansif. Kebijakan fiskal, yang diambil oleh pemerintah melalui pengelolaan belanja negara dan penerimaan pajak, berfungsi untuk menggerakkan perekonomian pada saat ekonomi mengalami penurunan tajam. Dalam kondisi krisis, seperti yang terjadi selama pandemi Covid-19, pemerintah harus lebih proaktif dalam meningkatkan pengeluaran publik untuk mendorong permintaan agregat dan mengurangi dampak negatif dari resesi. Kebijakan fiskal ekspansif yang dilakukan dengan memberikan insentif pajak, mempercepat belanja pemerintah, dan mengalokasikan anggaran untuk sektor-sektor yang terdampak krisis dapat mengurangi dampak negatif dan mempercepat pemulihan ekonomi.

Sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter ini sangat diperlukan untuk mendorong investasi, produksi, dan konsumsi. Salah satu contoh konkret yang dapat dilihat adalah kebijakan quantitative easing (QE) yang diterapkan oleh Bank Indonesia pada masa krisis keuangan global 2008 dan pandemi Covid-19. Dalam situasi tersebut, Bank Indonesia membeli Surat Berharga Negara (SBN) untuk menambah likuiditas dalam perekonomian, sementara pemerintah juga melakukan stimulus fiskal yang besar, baik melalui peningkatan belanja publik maupun pemberian insentif kepada sektor-sektor yang terdampak. Kolaborasi ini telah terbukti efektif dalam mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia setelah krisis global dan membantu negara ini bertahan lebih baik selama pandemi.

Stabilitas ekonomi yang terjaga dengan baik adalah prasyarat untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Ketidakstabilan ekonomi dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti inflasi yang tinggi, peningkatan angka pengangguran, dan penurunan daya beli masyarakat. Dalam jangka panjang, ketidakstabilan ini dapat menghambat investasi dan menciptakan ketidakpastian yang merugikan sektor bisnis. Oleh karena itu, menjaga stabilitas ekonomi harus menjadi prioritas utama. Kebijakan moneter yang tepat, seperti penurunan suku bunga yang selektif dan pengaturan likuiditas, memiliki peran penting dalam menjaga inflasi tetap terkendali dan menciptakan iklim yang kondusif untuk pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ini juga berfungsi untuk mengurangi dampak dari volatilitas eksternal yang dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia.

Kebijakan yang terkoordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter sangat penting dalam menghadapi krisis ekonomi yang datang dengan cepat dan tak terduga. Selama krisis finansial global pada tahun 2008, misalnya, Indonesia mampu mengatasi dampak negatifnya dengan cepat berkat kebijakan fiskal yang ekspansif dan kebijakan moneter yang proaktif. Bank Indonesia pada waktu itu menurunkan suku bunga secara signifikan dan melonggarkan kebijakan rasio Giro Wajib Minimum (GWM), sementara pemerintah meningkatkan belanja publik dan memberikan stimulus fiskal untuk mendukung sektor-sektor ekonomi yang terdampak.

Hal serupa terlihat selama pandemi Covid-19, di mana Indonesia merespons dengan langkah-langkah agresif, baik dalam kebijakan moneter maupun fiskal. Bank Indonesia meluncurkan kebijakan QE untuk menambah likuiditas di pasar, dan pemerintah memperkenalkan berbagai paket stimulus fiskal, seperti bantuan sosial dan insentif untuk sektor yang paling terdampak. Langkah-langkah tersebut membantu ekonomi Indonesia untuk bertahan di tengah guncangan global yang terjadi. Sinergi antara kedua kebijakan ini terbukti efektif dalam mempercepat pemulihan ekonomi, mengurangi angka pengangguran, dan mendukung sektor-sektor yang mengalami kesulitan.

Namun, agar kebijakan fiskal dan moneter ini dapat berjalan dengan efektif, pengelolaannya harus dilakukan dengan hati-hati dan berdasarkan pada data dan analisis yang akurat. Pengawasan yang ketat terhadap implementasi kebijakan fiskal dan moneter, serta komunikasi yang transparan antara Bank Indonesia, pemerintah, dan sektor swasta, sangat diperlukan untuk menjaga agar kebijakan tersebut tetap responsif terhadap perubahan kondisi ekonomi. Komitmen bersama antara berbagai pihak, baik di tingkat pemerintah, bank sentral, maupun sektor swasta, menjadi kunci penting dalam menciptakan stabilitas ekonomi yang berkelanjutan.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia dapat mengatasi dampak krisis ekonomi dan mempercepat pemulihan ekonomi jika kebijakan fiskal dan moneter berjalan secara sinergis. Terlebih lagi, dengan pengelolaan yang efektif dan kolaborasi antar berbagai pihak, Indonesia dapat menciptakan fondasi ekonomi yang lebih kuat dan stabil untuk menghadapi tantangan-tantangan yang akan datang. Membangun stabilitas ekonomi yang berkelanjutan memerlukan kerjasama yang erat antara pemerintah, bank sentral, dan sektor swasta, serta kebijakan yang responsif dan terkoordinasi dalam menghadapi gejolak ekonomi global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun