Kepulauan Nias terletak di sebelah barat Pulau Sumatera dan merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Sejak tahun 2008, kepulauan ini telah terbagi menjadi empat kabupaten dan satu kota yakni Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara dan Kota Gunungsitoli.
Per 31 Desember 2021, penduduk Kepulauan Nias mencapai angka 898.690 ribu jiwa berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri dengan perincian penduduk Kabupaten Nias 145.317 jiwa, penduduk Kabupaten Nias Selatan 367.583 jiwa, penduduk Kabupaten Nias Utara 152.066 jiwa, penduduk Kabupaten Nias Barat 96.747 jiwa dan penduduk Kota Gunungsitoli 136.976 jiwa.
Beberapa waktu yang lalu, di Pantai Sorake, Nias Selatan, terselenggara event internasional bertajuk World Surfing League Qualifying Series Nias Pro 2023. Hal ini sudah sepantasnya mengingat Pantai Sorake merupakan salah satu destinasi wisata dan favorit bagi peselancar karena ombaknya yang dapat mencapai ketinggian 10 - 15 meter.
Daya tarik Pantai Sorake dibarengi dengan daya tarik perkampungan-perkampungan tradisional yang masik tertata dan terjaga baik hingga saat ini, seperti Desa Bawomataluo dan Desa Hilisimaetano. Tata pemukiman warga desa selaras dengan tata adat istiadat yang juga masih dapat kita saksikan hingga saat ini.
Terlepas dari daya tarik wisata alam dan adat istiadat yang begitu indah dan eksotik untuk dinikmati, terdapat beberapa kebiasaan unik yang mungkin hanya ada di Pulau Nias. Jika anda dalam perjalanan dari Kota Gunungsitoli menuju ke arah selatan atau ke arah utara Pulau Nias, anda akan melihat beberapa keunikan tersebut.
1. Makam Keluarga di Depan Rumah/Samping Rumah
Rumah-rumah penduduk di Pulau Nias pada umumnya dibangun dengan model yang tidak jauh berbeda dengan model rumah pada umumnya. Cenderung mengikuti trend walaupun tidak jarang yang masih mempertahankan model rumah tradisional dengan sedikit modifikasi. Semua berpulang kepada kemampuan keuangan serta seberapa banyak anggota keluarga yang akan tinggal di rumah tersebut.
Akan tetapi ada satu hal yang menarik dari rumah-rumah penduduk di Pulau Nias. Pada umumnya, di halaman depan rumah atau area samping rumah, kita dapat melihat deretan makam-makam anggota keluarga. Kebiasaan menguburkan anggota keluarga, khususnya orangtua yang sudah meninggal, berdekatan dengan rumah merupakan suatu hal unik yang dapat dimaknai sebagai sebuah tradisi.
Barangkali hal ini dilakukan sebagai manifestasi rasa cinta kepada orangtua atau anggota keluarga sehingga keluarga yang ditinggal dapat tetap 'berdekatan' dan bahkan 'berinteraksi' sebagaimana ketika masih hidup.
Selain itu, memakamkan orangtua yang semasa hidup memangku jabatan-jabatan adat didepan rumah menghadirkan kebanggaan dan kharisma tersendiri bagi keluarga besarnya. Apalagi jika makam tersebut dibuat dengan ornamen-ornamen yang memperlihatkan status kebangsawanan.
2. Pemandian di Depan Rumah
Jika diperhatikan lebih cermat, selain makam keluarga, rumah-rumah penduduk di Pulau Nias juga sering menempatkan bangunan pemandian atau sumur di area depan rumah. Dapat berupa bangunan permanen ataupun berupa bangunan dengan dinding terpal atau bekas spanduk.
Memang kebiasaan ini sudah mulai ditinggalkan seiring dengan perkembangan penduduk dan dinamika sosial kemasyarakat serta pemahaman terkait etika dan estetika. Walaupun demikian pemandian-pemandian tersebut masih dapat ditemukan di halaman rumah-rumah penduduk sepanjang jalan menuju Nias Selatan dan Nias bagian Utara.
Entah apa yang melatarbelakangi pemandian-pemandian tersebut dibangun berada di depan perumahan penduduk. Barangkali saja akses penduduk yang lebih mudah dapat dikedepankan sebagai salah satu argumentasi logis. Pemandian biasanya dipergunakan oleh penduduk yang rumahnya berdekatan untuk aktivitas mandi dan mencuci. Alasan ini juga yang mungkin saja menyebabkan tempat pemandian atau sumur penduduk juga sering berada di dekat jalan yang melintas ditengah perkampungan warga.
Sumur atau bak penampungan air pada pemandian merupakan sumber air rumah tangga. Penduduk akan mengalirkan air ke rumahnya dengan pipa atau selang. Oleh sebab itu, penempatan sumur pemandian akan sangat membantu apabila berada di depan rumah penduduk.
Pasca Gempa Bumi berkekuatan 8,2 SR melanda Kepulauan Nias Tahun 2005, rekonstruksi di berbagai bidang turut menyasar pembangunan fasilitas umum salah satunya adalah pemandian umum masyarakat. Pembangunan yang didanai dan dikerjakan berbagai organisasi nirlaba tersebut seolah-olah memperkuat pola yang tercipta sebelumnya yaitu membangun fasilitas pemandian dan penampungan air rumah tangga di depan perumahan penduduk.
3. Melubangi Jalan untuk Pipa Aliran Air Rumah Tangga
Umumnya penduduk Pulau Nias mempergunakan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari. Sumber-sumber air tersebut bermacam-macam, seperti sumur bor, air dari PDAM dan air yang didapatkan dari sumber air alam.
Tidak seperti pengguna sumur bor dan pelanggan PDAM, penduduk yang bergantung pada sumber air alam memenuhi kebutuhan air rumah tangganya dengan membangun instalasi pipa dan selang yang panjangnya dapat mencapai ratusan meter.
Seringkali jalur pipa swadaya tersebut melintasi jalan raya apabila sumber airnya berada di sisi yang berseberangan dengan perumahan warga. Akibatnya kita dapat melihat banyaknya jalur pipa dan selang milik penduduk yang dipasang melintang di atas jalan dengan melubangi jalan. Lubang yang dibuat memang tidak begitu besar, seukuran pipa. Hanya saja melubangi jalan raya dapat mengakibatkan kerusakan jalan. Pengendarapun akan kurang nyaman jika melintas.
4. Bertanam di Bahu Jalan
Kebanyakan jalan-jalan di Pulau Nias belum dilengkapi dengan trotoar. Seandainya ada, hanya dibangun pada titik-titik tertentu seperti area perkantoran, pasar dan pendidikan. Selebihnya kita tidak akan menemukan trotoar sebagai jalur pejalan kaki.
Tidak adanya trotoar membuat sisi kiri dan sisi kanan jalan raya di Pulau Nias menjadi lahan kosong yang ditumbuhi rumput dan ilalang. Suburnya tumbuhan liar tersebut sampai mempersempit lebar jalan.
Penduduk yang mayoritas petani dan pekebun memanfaatkan kondisi tersebut untuk bercocok tanam. Lebih lagi jika kebunnya atau halaman rumahnya bersisian langsung dengan jalan raya. Beragam tanaman, seperti ubi jalar, kacang panjang hingga pepaya dapat kita lihat ditanam pada sisi-sisi jalan.
5. Membentangkan Tali Tambang di Tengah Jalan Raya
Jangan panik dan merasa heran apabila suatu waktu ketika sedang melintasi jalan-jalan di Pulau Nias menemukan tali-tali tambang yang biasa digunakan pada kapal laut melintang ditengah jalan. Itu pertanda bahwa sedang berlangsung sebuah acara di salah satu rumah penduduk yang bersisian dengan jalan raya, tepatnya setelah tali tambang melintang.
Tali tersebut biasanya dipasang melintang sebelum dan sesudah melewati rumah yang akan memaksa pengendara kendaraan bermotor untuk berhati-hati dan menurunkan kecepatan kendaraan ketika melewatinya. Hal ini dianggap efektif untuk meminimalkan resiko kecelakaan dan persinggungan sesama masyarakat walaupun seringkali kita dapat melihat para petugas berseragam Dinas Perhubungan berada disitu.Â
Bahkan di beberapa tempat, badan jalan malah sering difungsikan sebagai halaman tambahan ketika penyelenggaraan pesta atau kegiatan lainnya mendatangkan banyak orang dan menimbulkan keramaian, yang membuat pengguna jalan harus mencari jalan alternatif untuk melanjutkan perjalanan.
Hal-hal tersebut bukan tanpa sebab dilakukan oleh masyarakat. Semuanya dilakukan dengan landasan argumentasi tersendiri yang apabila terus-menerus dilakukan menjelma menjadi sebuah kebiasaan yang mungkin akan sulit pudar dalam waktu singkat. Adakah hal unik diatas yang juga terdapat didaerah anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H