Setelah memasang helmnya, Sandra bergegas naik di boncengan Binsar yang sedari tadi menunggu di atas motor Vario 160 nya. Pelan Binsar segera ngegas dan melajulah motor itu menyusuri Jalan Cipto.Â
Pasangan muda ini baru saja berbelanja di sebuah mini market kecil. Tempat penyimpanan barang di bawah jok motor, cukup luas menyimpan barang. Jarum jam dilengan kiri Sandra belum menunjukkan pukul 18.00 WIB.
Sore itu, Jalan Cipto cukup ramai walau jam pulang kantor sudah cukup lama berlalu. Masih terlihat pengendara motor berseragam lalu lalang.
Binsar memperlambat motornya ketika didepannya tengah melaju sebuah mobil HR-V hitam. Tidak ada ruang untuk menyalip ditengah keramaian jalanan sore itu. Untuk beberapa saat motor Binsar berada di belakang mobil berjenis SUV tersebut.
Tidak berapa lama kemudian, Binsar melihat kaca jendela samping belakang diturunkan hampir setengah. Sebuah tangan mungil keluar dari jendela sambil membuang sebuah kantongan plastik kecil yang kemudian dengan cepat melayang ke arah Binsar dan Sandra.Â
Dengan sigap Binsar segera mengelak. Dalam keterkejutannya, Binsar masih sempat memperlambat laju motornya sehingga mobil hitam semakin menjauh.
"Gila...buang sampah sembarang...Bang, kita kejar bang, biar aku kasih pelajaran..." ujar Sandra dari belakang menahan marah dan rasa terkejutnya.
"Gak ada gunanya Sand, biarkan saja mereka....kamu nggak apa apa kan..." sahut Binsar sambil terus melaju perlahan dipinggiran jalan.
"Nggak sih, hanya marah aja ngeliat perilaku semacam itu...." Sandra menurut.
"Yuk, pulang aja. Udah laper..." Binsar segera membelokkan motornya ke Jalan S. Parman, jalan yang memperpendek jarak tempuh pulang ke rumah.
*****
Membuang sampah sambil berkendaraan merupakan salah satu kebiasaan yang tidak baik. Bahkan dampaknya dapat menyebabkan kecelakaan lalulintas bagi pengendara atau pengguna jalan lainnya.Â
Kebiasaan tersebut menggambarkan egoisme pelakunya namun patut diingat bahwa  hal itu memiliki sanksi hukum seperti yang diatur dalam Pasal 310 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) dan Pasal 29 UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Selain membuang sampah saat berkendaraan, terdapat beberapa kebiasaan berkategori tidak baik atau buruk untuk dilakukan yang wajib kita hindari.
1. Kebiasaan memakai jaket terbalik saat berkendaraan
Memakai jaket saat mengendarai motor dapat melindungi tubuh dari panas terik matahari dan angin. Jaket juga memproteksi diri dari debu dan asap kendaraan yang bertebaran sepanjang perjalanan.
Seiring perkembangan teknologi dan fashion, jaket juga terpapar perkembangan mode walau tetap mempertahankan fungsi aslinya.Â
Ciri umumnya adalah terbuat dari bahan tebal, mampu menahan dingin dan hujan rintik. Ada yang dilengkapi dengan penutup kepala. Memakai kancing atau zipper di depannya atau keduanya bersamaan. Memakainya pun tidak jauh beda dengan memakai kemeja.
Namun entah apa penyebabnya, saat ini kita sering melihat pengendara motor memakai jaket tidak dengan normanya alias terbalik. Entah siapa yang pertama melakukan kebiasaan ini.Â
Jika disurvey, kebiasaan ini lebih banyak dilakukan oleh kaum hawa. Apakah hal ini terkait dengan mitos atau kepercayaan tertentu? Siapa yang tahu.
Akan tetapi, kebiasaan memakai jaket secara tidak lazim saat berkendara dapat mengundang bahaya. Saat mengenakannya, jaket pasti dalam keadaan tidak dikancing atau diresleting sehingga sangat mudah kedodoran dan tidak nyaman yang pastinya mengganggu konsentrasi saat berkendaraan. Jika sudah demikian, malaikat maut akan tersenyum menari-nari disepanjang jalan.
2. Meludah atau membuang dahak saat mengendarai motor.
Satu kata yang mendeskripsikan kebiasaan tersebut tersebut adalah disguisting alias menjijikkan.Â
Mungkin karena sangat mendesak dan ingin keluar dari dalam tubuh, seseorang bersin dan meludah atau membuang dahak saat tengah melaju ditengah kerumunan lalu lintas tanpa melihat kiri kanan dan belakang terlebih dahulu.
Ingat, sesuatu yang kita buang saat melaju dengan kecepatan tertentu arahnya bukan kedepan tetapi kebelakang. Secara fakta dan dalil fisikanya memang seperti itu.Â
Lalu, jika tepat dibelakang anda seseorang sedang melaju dengan kecepatan sama dan disaat bersamaan anda meludah, bersin atau buang dahak?
Hindarilah berperilaku demikian sebab ada masker yang dapat membantu kita terhindar dari debu dan ada helm yang sedikit banyak melindungi perjalanan kita.Â
Jika hasrat meludah dan bersin itu tidak dapat terkalahkan, berilah waktu untuk menepi dan berhenti di pinggir jalan. Lepaskanlah semuanya disana.
3. Melepas helm saat berkendara
Banyak pengendara motor yang merasa bahwa memakai helm mengurangi 'kegagahan'nya saat berkendara terlebih ketika mengendarai motor jenis racing.Â
Apalagi ketika sisiran rambutnya memakai minyak rambut jenis pomade. Sebagian lainnya merasa cepat lelah, leher sakit, mengingat saat berkendara racing tubuh lebih condong kedepan yang berpengaruh pada kepala dan leher.
Karenanya kita sering melihat anak-anak muda berkendara motor dengan tidak memakai helm. Helm yang seharusnya menutup kepala saat berkendara malah ditenteng di salah satu lengan lengan atau terikat dibagian belakang jok motor.Â
Mengorbankan keselamatan demi 'kegagahan' barangkali bukan pelajaran yang pernah kita pelajari dalam hidup ini. Mendahulukan keselamatan merupakan sesuatu yang patut dikedepankan ketika berkendara.
4. Memarkir sembarangan kendaraan di sisi kiri badan jalan
Pernah nggak terjebak jalanan macet akibat sebuah mobil yang mengaktifkan lampu hazard atau motor berhenti di sisi jalan sebelah kiri sedangkan pengemudinya turun dan membeli sesuatu di warung sebelahnya.Â
Jalan dengan jalur searah tersebut otomatis macet seketika dan klakson beruntun berbunyi dari kendaraan dibelakang. Parahnya lagi, seringkali si pengemudi acuh saja atas kemacetan yang dibuatnya sampai urusannya selesai di warung.
5. Memarkir kendaraan di depan pintu masuk rumah orang
Persoalan parkir memarkir kendaraan seakan tidak ada habis-habisnya terjadi. Apa yang akan terjadi jika suatu hari anda membuka pintu pagar rumah hendak keluar dan betapa terkejutnya anda melihat di depan pintu pagar besi rumah anda telah terparkir sebuah mobil yang tidak memungkinkan anda mengeluarkan mobil anda dari halaman rumah.Â
Suatu keadaan yang bisa saja membuat anda emosi, marah, dan mungkin para red devils dengan tongkat trisulanya akan segera berkumpul di sekeliling anda tanpa anda sadari...hehehehe...Â
Keadaan akan semakin memanas bukan karena matahari yang semakin menyengat tetapi ketika saat itu anda harus buru-buru tiba di tempat kerja tepat waktu.
Jika mobil terparkir itu milik tetangga anda, barangkali tinggal mengkomunikasikannnya saja walau dengan bumbu rasa kesal dan sedikit marah. Lalu bagaimana jika mobil tersebut tidak anda ketahui siapa pemilik atau pengemudinya?
Memarkir mobil disisi jalan raya dalam waktu yang lama juga sering membuat pengguna jalan kesal dan marah. Betapa tidak, kendaraan yang sedang parkir akan mempersempit ruang jalan bagi pengendara lainnya.Â
Saat yang bersamaan misalnya, dump truk pengangkut sampah sedang bertugas dan berada dalam deretan kendaraan yang sedang melambat lajunya.
6. Tukang Parkir memiliki andil dalam kemacetan jalan raya
Tukang parkir di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri yaitu memakai rompi khas berwarna orange dan pluit tergantung di leher.Â
Keberadaan tukan parkir juga sering menjadi perdebatan yang belum terjawab sampai sekarang, apakah mereka resmi bentukan pemerintah atau bukan.
Namun perlu diketahui bahwa tukang parkir kendaraan turut memiliki andil dalam setiap kemacetan di jalan raya. Mengapa? Seringkali para tukang parkir menyulap sisi kiri jalan raya sebagai tempat parkir sementara bagi pengguna jalan.Â
Apalagi di sekitar itu terdapat lokasi pasar, pusat perbelanjaan, warung-warung penjual makanan dan sebagainya. Alhasil kita sering melihat deretan mobil dan motor terparkir di setengah badan jalan.Â
Terkadang, atas arahan tukang parkir kendaraan dapat terparkir di jalanan depan pintu masuk rumah orang atau kantor. Seolah terhipnotis, kita sebagai pengemudi pun turut saja walau tahu betul bahwa itu bukan tempat parkir kendaraan yang baik.
Apapun cerita yang tersaji, semua kembali kepada kita. Seberapa mampu kita memahami dan peduli terhadap sekitar kita dan diri kita sendiri.Â
Memang egoisme sudah menjadi ciri dari masa kini dan kita dituntut untuk mampu mengekangnya sebagai manusia yang harus selalu memanusiakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H