Pemeriksaan kehamilan yang rutin serta pemberian makanan bergizi dan kaya zat-zat yang diperlukan selama masa kehamilan sudah menjadi kewajiban untuk dilakukan apabila kita tidak ingin calon generasi penerus tumbuh stunting.Â
Rutinitas yang demikian akan mampu mendeteksi dan memantau tumbuh kembang seorang bayi dan balita berjalan ke arah linier kah atau kemudian menjadi kurva menurun.
Dalam masa-masa tersebut, peran air susu ibu (ASI) begitu menentukan. ASI menjadi sumber gizi utama bagi bayi sebelum mampu mencerna makanan. Juga berposisi sebagai pemberi kekebalan (immune system) bagi tubuh bayi dalam melawan virus, bakteri dan penyakit lainnya.
ASI eksklusif, demikian dinamakan, merupakan ASI yang diberikan kepada bayi selama enam bulan pertama setelah lahir tanpa asupan lainnya dan ASI tersebut mampu menjadi pencegah stunting yang mumpuni.Â
Mari menyimak pernyataan dari dr. Naomi Esthernita, Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang dikutip mediaindonesia.com edisi 6 Agustus 2022, "Anak yang mendapat ASI eksklusif, berpotensi terbebas dari stunting, selain itu, ASI juga membantu mengatasi penyakit yang mengancam nyawa anak hingga 10 kali lipat dibanding anak yang tidak menerima ASI, bukan hanya itu, pemberian ASI juga membantu anak bisa menyelesaikan pendidikannya 4.6 kali lebih cepat dibanding anak yang tidak menerima ASI." Data Kemenkes memperlihatkan sampai dengan triwulan kedua tahun 2022 tercatat 66% bayi mendapat ASI eksklusif.
ASI yang diberikan ibu kepada bayi bukan pula tidak dijaga kualitasnya. Bukan hanya 'sekedar' air susunya lancar keluar tidak terkendala maka udah mantaplah itu. Namun jauh lebih penting menjaga gizi makanan si ibu agar kualitas ASI yang diproduksi juga terjaga.
Disisi lain, kualitas ASI dapat dipertahankan apabila tercipta suasana psikologis yang baik bagi ibu dalam masa menyusui. Misalnya bagi ibu yang bekerja, ada kemudahan bagi mereka untuk menyusui. Seperti pemberian hak untuk cuti melahirkan, ada kebijakan waktu menyusui pada jam kerja atau tersedia ruang khusus untuk ibu menyusui (ruang laktasi).
Dukungan dari suami memberi arti lebih. Suami dituntut untuk bisa memahami dunia menyusui yang sedang digeluti istri. Jangan pula memaksa istri untuk bekerja ketika jadwal menyusui si bayi tiba. Apalagi kasih-kasih kode kedipan mata ke istri saat sedang meyusui. Gak usah egois lah, kan masih ada waktu lain.
Suami yang bijak, akan mampu mengambil sebagian peran istri baik dirumah maupun dalam komunitas. Apa sih susahnya membantu istri mencuci pakaian yang segunung? Atau menanak nasi dan mencuci peralatan dapur yang berember-ember banyaknya. Kalau beneran sayang istri, sekalian belanja kebutuhan rumah juga dapat dilakoni suami. Kedekatan ibu dan bayi yang sedang menyusu merupakan bagian dari pembentukan si bayi. Pahami saja bahwa dunia itu hanya milik mereka berdua.
Sosialisasi, penyuluhan atau pemberian informasi yang mengedukasi ibu juga sangat penting. Bagaimana Kementerian Kesehatan melalui dokter, perawat dan bidan mampu menghadirkan ruang-ruang edukasi agar ibu memahami betapa pentingnya ASI bagi bayi. Ibu juga beresiko jika tidak memberikan ASI kepada sang bayi. Pemahaman yang baik akan menghadirkan sosok orangtua tangguh dan peduli akan tumbuh kembang anak-anaknya.
Kepercayaan tradisional atau mitos yang masih banyak kita temukan dibanyak daerah terkadang menjadi penghambat bayi mendapat ASI eksklusif. Seperti mitos yang dipercaya bahwa menyusui dapat merubah bentuk payudara. Atau kepercayaan untuk tidak membangunkan bayi yang sedang tidur walau sudah saatnya untuk menyusu. Ada juga yang percaya bahwa menggendong bayi yang sedang menyusu kelak membentuk sifat mereka menjadi manja. Yang lebih unik adalah kepercayaan bahwa agar produksi ASI lebih banyak maka ibu harus banyak minum susu.