Kembali ke Mitch Nelson...
Setelah terdiam sejenak Mitch yang ternyata seorang Kapten US Army, mengajak bicara istrinya sambil memeluknya. Juga anak perempuannya yang tanpa disadari sudah berdiri disampingnya. Segera dirangkulnya anak kecil itu, memeluk dan mengusap rambut pirangnya.
Tidak lama kemudian Mitch meninggalkan rumah barunya, membawa sebuah ransel besar. Dia melapor kepada atasannya dan meminta untuk segera diperintahkan memimpin tim menuju Afghanistan. Akhir dari cerita Mitch berakhir baik. Bersama Tim nya, dengan misi Task Force Dagger, Â Mitch membangun kesepakatan dengan Jenderal Abdul Rashid Dostum untuk bersatu melawan Taliban dan Al-Qaeda. Serangan yang dibangun Mitch dan Dostum menjadi tindakan balas dendam militer Amerika Serikat pertama atas tragedi 9/11 dan menjadi kekalahan terbesar bagi Al-Qaeda. Kapten Mitch Nelson dan kesebelas anak buahnya adalah bagian dari Operational Detachment Alpha 595.
Namun seiring berjalannya waktu dan meninggalnya sejumlah tokoh-tokoh yang berada dibalik aksi terorisme, sedikit mengendurkan ketegangan antara Barat dan Timur Tengah. Osama bin Laden meninggal pada 2011. Di bulan Agustus kemarin, kita mendengar berita Ayman al-Zawahiri, pemimpin Al-Qaeda berikutnya, ditemukan meninggal dalam sebuah serangan di Afghanistan. Konstelasi perekonomian dunia akibat dampak fluktuasi harga minyak mentah dunia mengalihkan perhatian banyak negara untuk mengutamakan kestabilan ekonomi.
Terlepas dari semua yang sudah terjadi, terorisme bukanlah paham yang baik. Kita harus melawannya. Kita tidak perlu takut. Yang mesti dipahami adalah kita tidak pernah bisa untuk menyeragamkan banyak hal dalam sebuah dunia yang majemuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H