Suhu udara malam itu tercatat mencapai 6 derajat celcius. Suhu yang dingin tidak menyurutkan semangat penonton menyaksikan konser musik Jazz Atas Awan pada gelaran Dieng Culture Festival (DCF) 2022, Jumat (2/9/2022) malam. Kehadiran Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, menghangatkan suasana dengan mengajak istrinya, Siti Atikoh, turut berjoget ketika lagu berjudul 'Los Dol' dinyanyikan oleh Denny Caknan.Â
Keriuhan penonton konser bersorak seolah meninggikan volume tonasi lagu yang sedang ditembangkan. Seperti biasa, Ganjar meladeni warganya bersalaman dan swafoto dari atas panggung.
Dieng Culture Festival berlangsung selama tiga hari, 2-4 September 2022 di Pelataran Komplek Candi Arjuna, Desa Dieng Kulon, Banjarnegara. Gelaran tahun ini merupakan pelaksanaan yang ke-13 yang sejak pagi sudah dimulai dengan kegiatan Dieng Bersih.
Dieng Culture Festival dibuka secara resmi oleh Pj. Bupati Banjarnegara Tri Harso Widyrahmanto ditandai dengan pemukulan gong. Return Of The Light adalah tema yang disematkan pada Dieng Culture Festival tahun ini. Tema yang mengandung makna harapan besar bahwa dunia pariwisata akan kembali bersinar pasca pandemi covid 19.
Selain konser musik Jazz Atas Awan, terdapat sejumlah kegiatan lain yang seru dan menarik dalam festival ini yaitu Gebyar Lentera, Kirab Budaya, Festival Kembang Api, Gebyar Damar Kurung, Aksi Dieng Bersih, Kongkow Budaya, Sendratari Anak Gembel, Pertunjukan Seni Tradisional dan Festival Caping Gunung, Upacara Ruwat Rambut Bocah Gembel, Senandung Atas Awan, dan Festival Kopi Dieng.
Salah satu tradisi yang khas dan unik dari masyarakat Dieng adalah Upacara Ruwat Rambut Bocah Gembel yang merupakan tradisi pemotongan rambut terhadap anak-anak yang berambut gimbal. Masyarakat Dieng mempercayai bahwa rambut gimbal yang dimiliki sejumlah anak-anak Dieng dapat membawa bencana dan masalah apabila tidak diruwat.Â
Mitos yang ada menceritakan bahwa anak-anak berambut gimbal tersebut merupakan titisan tokoh mitologi Dieng, Nyai Roro Ronce seorang perempuan berambut gimbal, utusan Nyai Roro Kidul, yang dipercaya bertugas dan mendiami Dataran Tinggi Dieng.Â
Melalui tokoh legenda Dieng lainnya, Kiai Kolodete, anak-anak berambut gimbal tersebut dititipkan. Kepercayaan lainnya menyebutkan bahwa Kiai Kolodete adalah leluhur masyarakat Dieng. Diapun sama dengan Nyai Roro Ronce berambut gimbal.Â
Konon keduanya merupakan pasangan asal Kerajaan Mataram Kuno yang mendapat tugas memperluas wilayah kerajaan namun mendapat wahyu dari penguasa Pantai Selatan untuk mendiami Dieng dan menjaganya.
Anak-anak Dieng yang berambut gimbal mendapat perlakuan istimewa karena dianggap sebagai titisan Nyai Roro Ronce dan Kiai Kolodete. Anak-anak ini dipercaya dapat membawa kemakmuran bagi warga. Sehingga sebelum ruwatan dilaksanakan, apa yang menjadi permintaan si anak harus dipenuhi.Â
Upacara ruwatan pemotongan rambut dimaksudkan agar anak-anak tadi tidak mengalami kesialan atau sukerta, dan malapetaka. Ritual ruwatan dilaksanakan pada penanggalan 1 Suro sesuai kalender Jawa. Potongan rambut nantinya akan dilarung di Telaga Warna dengan maksud dikembalikan kepada si empunya, Nyi Loro Kidul. Uniknya lagi, rambut anak akan tumbuh normal dikemudian hari setelah mengikuti ruwatan.
Selain menyuguhkan pesona tradisi budaya masyarakat Dieng, DCF memberi ruang bagi banyak unit-unit usaha kecil dan menengah untuk berperan aktif dan terlibat dengan stand masing-masing.Â
Ruang bagi kehadiran UMKM merupakan dukungan kepada pengembangan UMKM di Jawa Tengah khususnya Kabupaten Banjarnegara dan sekitarnya. Usaha-usaha kecil dan menengah yang hadir dapat memanfaatkan momentum kegiatan Festival Kuliner dan Bazar Produk Kreatif UKM untuk promosi dan menggandeng mitra kerja.Â
Terselip harapan besar bagi para pelaku UMKM disekitar Kawasan Wisata Dieng bahwa festival tahunan ini menjadi pemicu pulihnya ekonomi warga sekitar. Catatan Dieng Culture Festival tahun 2019, tahun terakhir festival dilaksanakan sebelum pandemi covid 19, dipadati hampir 177 ribu wisatawan. Diprediksi ajang tahun ini juga akan didatangi ratusan ribu wisatawan.Â
Tentu jumlah yang tidak sedikit sebagai pasar bagi UMKM yang hadir. Bahkan pemberitaan kompas.tv menyebutkan selama pelaksanaan DCF para pelaku UMKM mendapat peningkatan pendapatan hingga tiga kali lipat.
Dieng Culture Festival sudah selesai beberapa hari yang lalu. Seperti namanya festival ini menampilkan sejumlah budaya tradisional masyarakat Dieng dengan konsep promosi yang dipadu dengan gelaran musik Jazz. Perpaduan yang menarik karena disatu sisi ada budaya tradional yang kemudian dipadu dengan nuansa musik kontemporer.Â
Festival ini juga memadukan kegiatan bertema lingkungan melalui pelaksanaan Aksi Bersih Dieng selama pagelaran berlangsung. Menarik untuk disaksikan dan tidak ada ruginya kita merogoh kocek untuk langsung menyaksikannya. Kita akan menantikan pelaksanaannya di tahun mendatang.
Dieng Culture Festival 2022 menjadi salah satu bukti bahwa Indonesia mampu pulih lebih cepat bangkit lebih kuat...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H