Konon keduanya merupakan pasangan asal Kerajaan Mataram Kuno yang mendapat tugas memperluas wilayah kerajaan namun mendapat wahyu dari penguasa Pantai Selatan untuk mendiami Dieng dan menjaganya.
Anak-anak Dieng yang berambut gimbal mendapat perlakuan istimewa karena dianggap sebagai titisan Nyai Roro Ronce dan Kiai Kolodete. Anak-anak ini dipercaya dapat membawa kemakmuran bagi warga. Sehingga sebelum ruwatan dilaksanakan, apa yang menjadi permintaan si anak harus dipenuhi.Â
Upacara ruwatan pemotongan rambut dimaksudkan agar anak-anak tadi tidak mengalami kesialan atau sukerta, dan malapetaka. Ritual ruwatan dilaksanakan pada penanggalan 1 Suro sesuai kalender Jawa. Potongan rambut nantinya akan dilarung di Telaga Warna dengan maksud dikembalikan kepada si empunya, Nyi Loro Kidul. Uniknya lagi, rambut anak akan tumbuh normal dikemudian hari setelah mengikuti ruwatan.
Selain menyuguhkan pesona tradisi budaya masyarakat Dieng, DCF memberi ruang bagi banyak unit-unit usaha kecil dan menengah untuk berperan aktif dan terlibat dengan stand masing-masing.Â
Ruang bagi kehadiran UMKM merupakan dukungan kepada pengembangan UMKM di Jawa Tengah khususnya Kabupaten Banjarnegara dan sekitarnya. Usaha-usaha kecil dan menengah yang hadir dapat memanfaatkan momentum kegiatan Festival Kuliner dan Bazar Produk Kreatif UKM untuk promosi dan menggandeng mitra kerja.Â
Terselip harapan besar bagi para pelaku UMKM disekitar Kawasan Wisata Dieng bahwa festival tahunan ini menjadi pemicu pulihnya ekonomi warga sekitar. Catatan Dieng Culture Festival tahun 2019, tahun terakhir festival dilaksanakan sebelum pandemi covid 19, dipadati hampir 177 ribu wisatawan. Diprediksi ajang tahun ini juga akan didatangi ratusan ribu wisatawan.Â
Tentu jumlah yang tidak sedikit sebagai pasar bagi UMKM yang hadir. Bahkan pemberitaan kompas.tv menyebutkan selama pelaksanaan DCF para pelaku UMKM mendapat peningkatan pendapatan hingga tiga kali lipat.
Dieng Culture Festival sudah selesai beberapa hari yang lalu. Seperti namanya festival ini menampilkan sejumlah budaya tradisional masyarakat Dieng dengan konsep promosi yang dipadu dengan gelaran musik Jazz. Perpaduan yang menarik karena disatu sisi ada budaya tradional yang kemudian dipadu dengan nuansa musik kontemporer.Â
Festival ini juga memadukan kegiatan bertema lingkungan melalui pelaksanaan Aksi Bersih Dieng selama pagelaran berlangsung. Menarik untuk disaksikan dan tidak ada ruginya kita merogoh kocek untuk langsung menyaksikannya. Kita akan menantikan pelaksanaannya di tahun mendatang.
Dieng Culture Festival 2022 menjadi salah satu bukti bahwa Indonesia mampu pulih lebih cepat bangkit lebih kuat...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H