Menarik membaca hasil penelitian M.A. Mirya A. yang diberi judul Serat Ngalamanting Kucing Mitos Kucing dalam Budaya Jawa, dimuat dalam Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Vol. 12, No. 4, November 2017. Singkatnya, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa menurut masyarakat Jawa, kucing yang baik adalah yang memiliki ekor bundhel atau tumpul sehingga jika dipelihara akan membawa kebaikan. Dapat diartikan bahwa memelihara kucing dapat membawa keberuntungan. Bagi masyarakat Tionghoa kucing dipercaya membawa keberuntungan. Lihat saja keberadaan Maneki Neko, patung kucing putih dengan tangan bergerak, yang dipajang di toko-toko dipercaya dapat membawa rejeki melimpah.
Saat ini spesies kucing sudah sangat beragam dengan penamaan seperti kucing hutan, kucing blacan, kucing persia, kucing siam, kucing angora, dan kucing sphynxes. Tentu saja dengan karakterisitik yang unik dan khas.
Namun perlu juga kita cermati bahwa populasi kucing saat ini semakin meningkat. Pada tahun 2018, Rakuten Insight merilis hasil surveynya di Asia bahwa penduduk yang memiliki hewan peliharaan di Indonesia, 47 persen diantaranya memiliki hewan peliharaan kucing. Persentase ini yang terbesar di Asia. Pada tahun 2021, Euromonitor juga merilis bahwa populasi kucing di Indonesia dari 2017 -2021 mengalami peningkatan sebesar 129 persen.
Peningkatan populasi kucing harus mendapat perhatian mengingat hal ini berkaitan langsung dengan ketersediaan pasokan makanan kucing, ketersediaan tempat tinggal atau habitat kucing, dan juga kaitannya dengan keberlangsungan kehidupan hewan lain dalam rantai makanan yang melibatkan kucing. Barangkali perlu memikirkan kebijakan pengendalian terhadap populasi kucing. Ini serius lho...
Jangan sampai kita terus menerus melihat Ariel Tatum asyik dijalanan hanya untuk memberi makan kucing-kucing liar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H