Budaya dapat dikatakan sebagai pewarna bagi masyarakat. Budaya yang beragam juga membuat adanya variasi pola pikir dan pola nilai diantara masyarakat, sehingga manusia satu sama lain bisa saling membutuhkan dan saling membantu. Perbedaan Budaya yang ada memang seharusnya ditanggapi dengan kritis, inovatif, dan kreatif agar dari perbedaan dapat dihasilkan suatu akulturasi yang baru. Masalahnya perbedaan budaya yang ada telah menjadi ajang persaingan yang salah. Pola pikir dan pola nilai yang berkembang lalu diteruskan, masalahnya bukan pola pikir dan pola nilai yang positif saja, melainkan ada juga pola pikir dan pola nilai negatif yang ikut dikembangkan juga.
Sebelum masuk kedalam pembahasan lebih lanjut, mari kita lihat terlebih dahulu apa itu determinisme budaya atau juga yang sering cultural determinism. Determinisme budaya berdasarkan buku yang ditulis oleh Soerjono Soekanto dalam Sosiologi sebagai suatu pengantar, mengungkapkan bahwa teori ini dikemukakan oleh dua Antropolog terkenal yaitu melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski. Determinisme budaya menurut dua Antropolog ini adalah segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan oleh budaya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Sekalipun masyarakat silih berganti namun budaya tetap bisa hidup dari generasi ke generasi selama turun-temurun. Bagaimana budaya bisa tetap hidup sekalipun pelaku utamanya mungkin telah meninggal? Tentu dengan pewarisan budaya. Pewarisan budaya ini akan memberikan dampak positif jika memang budaya yang disebarkan positif, masalahnya berbanding terbalik jika budaya yang diwariskan ialah budaya negatif, maka budaya yang akan berkembang juga budaya negatif. Pewarisan budaya akan cukup berpengaruh, karena apa yang diterima oleh masyarakat akan menjadi pedomannya dalam bersikap.
Pewarisan budaya menurut buku yang ditulis oleh Idan Hermanto, dalam bukunya Pintar Antropologi, memecah dua pewarisan budaya menjadi pewarisan budaya pada masyarakat tradisional dan modern.
PEWARISAN BUDAYA PADA MASYARAKAT TRADISIONAL
Pewarisan budaya pada masyarakat lokal antara lain meliputi keluarga, serta masyarakat.
Pewarisan budaya tentu pertama-tama berkembang di lingkungan keluarga. Anak akan mengamati apa yang dilakukan oleh orangtuanya dan setelah mengamati, maka anak akan mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh orangtuanya. Contohnya seperti keagamaan, jika anak melihat orangtuanya berdoa maka anaknya pun juga akan ikut berdoa, selain itu kebudayaan, anak akan diajarkan apa itu cinta kasih agar dapat mengasihi sesama. Pada dasarnya keluarga menjadi tempat pewarisan budaya nomor satu bagi si anak, anak akan mempelajari semua budaya di lingkungan keluarganya, baik itu tentang norma , sistem nilai, maupun aturan-aturan. Maka dari peran keluarga sangat penting untuk menanamkan budaya yang baik bagi si anak, agar si anak dapat menjadi pribadi yang baik.
Selain itu pewarisan budaya juga akan berkembang di tahap masyarakat, jika si anak sudah mulai bergaul dengan lingkungan sosialnya maka tidak akan dipungkiri lagi terjadi enkulturasi dan sosialisasi tingkat lanjut. Maka pada tahap ini akan terjadi penambahan ilmu dan pengetahuan, yang akhirnya akan membuat individu sadar akan perbedaan pola pikir serta pola nilai. Pada tahap ini individu akan mulai dituntut untuk bisa mulai kontrol sosial yang memaksa individu menyesuaikan diri. Tentu pada tahap ini peran keluarga penting untuk tetap menjaga dan mengingatkan individu untuk sadar akan dirinya sendiri, karena melalui penyebaran budaya yang ada di masyarakat bisa saja membuat individu terlalu mudah untuk ikut arus agar tidak tersingkirkan.
PEWARISAN BUDAYA PADA MASYARAKAT MODERN