Mohon tunggu...
Dennise Sihombing
Dennise Sihombing Mohon Tunggu... Administrasi - Fulltime Blogger

Panggil saya Dennise.Saya ibu dari Rachelle & Immanuelle.Saya suka berkhayal kadang yang agak nyeleneh,he...he...he...for info contact me: dennisesihombing@gmail.com WA : 087874482128

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Netizen: Musuh atau Kawan?

27 April 2023   22:59 Diperbarui: 27 April 2023   23:05 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Sambo & istri/ Kompas.com

Hmmm...ngeri kali bah!

Bolehlah awak (aku dalam bahasa Melayu Medan) berkomentar hanya dengan sekali klik saja informasi langsung tersebar. Seperti kejadian baru-baru ini di Medan. Achiruddin Hasibuan alias AH mungkin tidak terpikir olehnya akan mengalami nasib apes dihentikan dari jabatannya sebagai  Kaur Bin Ops Satnarkoba Polda Sumut akibat ulah anaknya Aditya Hasibuan.

Btw yang belum tahu beritanya nih

Jadi si anak Aditya Hasibuan melakukan penganiyaan terhadap seorang mahasiswa Ken Admiral. Sangat keji, hampir sama kejinya dengan yang dilakukan Mario Dandy. Dimana kepala Ken dibenturkan ke aspal yang ada di rumah Aditya. Yang sangat mirisnya dalam peristiwa yang terjadi di rumah Achiruddin ini, pria berasal dari Sumatera Utara ini ikut menyaksikan tindakan brutal anaknya. Sebagai orangtua apalagi aparat kepolisian seharusnya menghentikan perbuatan itu, bukan malah menonton, weleh...weleh pak...pak piye toh!

20230425175021-644a981a4addee10bb558f92.jpg
20230425175021-644a981a4addee10bb558f92.jpg

Foto: Aditya dijadikan tersangka/ Kompas.com

Peristiwa yang aku ceritakan diatas kejadiannya tanggal 22 Desember 2022, sudah 4 bulan berlalu. Nah loh kok tiba-tiba bisa viral? Itulah netizen. Entah netizen darimana tiba-tiba video penganiayaan itu sudah ada di twitter. Lanjut ada yang di share di Tiktok, Instagram dan akhirnya viral masuklah ke TV.

Menurut informasi nih, pihak dari Ken melaporkan peristiwa itu pada kepolisian Sumatera Utara. Disusul besoknya pihak Aditya melaporkan juga. Tapi sepertinya berita ini tenggelam alias belum ada kelanjutannya. Namun setelah viral sejagad maya wuihhh...cepat banget pihak kepolisian bertindak. Dengan menetapkan Aditya sebagai tersangka dan Achiruddin  akan diproses dikepolisian kemungkinan besar dicopot jabatannya.

Masih ingat peristiwa Mario'kan?

Semua informasinya cepat sekali. Mungkin Mario berpikir dengan kekayaan bapaknya yang super, super, super banget deh kayanya ulahnya yang kasar dan arogan bisa terselesaikan dengan uang bapaknya yang tak berseri itu. Tapi siapa sangka perbuatan keji pada David Ozora langsung viral dimana-mana. 

Foto: Mario Dandy/ Kompas.com
Foto: Mario Dandy/ Kompas.com

Lebih mengejutkan lagi sifat kepoh netizen  alias pengen tahu merembet ke pekerjaan ayahnya Mario. Gaya hedon alias menunjukkan kemewahan ditelusuri. Jabatan Rafael ayah Mario tidak sebanding dengan kekayaannya. Kekayaan Rafael sangat menyolok. Hebatnya nih netizen bisa loh menelusuri begitu banyak kekayaan Rafael. Termasuk juga dengan tas-tas mewah mamanya Mario. Yang semula diakui tidak semua barang asli. Lebih banyak yang KW alias palsu. Tapi apa iya-ya, he...he...he...

Ternyata Oh Ternyata

KPK lebih pintar caranya. Harta Rafael di geledah dan tas-tas yang katanya KW juga dijadikan barang bukti. Uhuiiii, keren banget nih netizen bisa loh menggulingkan Rafael hingga akhirnya divonis menjadi tahanan KPK.

Sehebat Itukah Netizen?

The Power of Netizen alias Kekuatan Netizen itu mampu menggulingkan posisi seseorang. Termasuk dengan kasus Sambo. Aku termasuk yang awalnya memandang kasus Sambo biasa saja. Dimana terjadi tembak menembak di rumah polisi dan korbannya anak buahnya yaitu Brigader J. Namun menjadi menarik beritanya ketika netizen mengungkapkan banyak fakta kejanggalan. Hebatnya netizen itu dapat informasi yang begitu banyak tentang Sambo dan keluarganya, Joshua dan keluarganya. Semua informasinya lengkap.

Foto: Sambo & istri/ Kompas.com
Foto: Sambo & istri/ Kompas.com

Netizen,

Bergeraknya tidak sendiri tapi banyak dari berbagai penjuru. Yang aku amati rata-rata yang disampaikan netizen itu benar apa adanya, bukan untuk mencari kepopuleran.  Dan tujuannya adalah untuk mencari keadilan pada korban dengan cara menyampaikan kebenaran. Kalau dipikir-pikir apa untungnya netizen melakukan itu semua. Berita viral tetapi untung secara materi nampaknya tidak ada, bahkan menurutku kemungkinan nyawa menjadi taruhannya. 

Sikap keberanian netizen ini tentunya membuat gerah banyak pihak, apalagi jika dikuliti. Bayangkan saja dengan gamblangnya netizen bisa menyebutkan sumber harta, kondisi rumahtangga sampai keburukan yang dilakukan. Gilanya lagi netizen gerak cepat menggiring masalah agar segera ditangani. Nah, walaupun sudah ditangani, netizen tidak membiarkan begitu saja. Di giring sampai tuntas dalam berbagai kasus siapa yang salah harus di hukum. 

Siapa yang bisa mengendalikan gerakan cepat alias gercapnya netizen ketika memviralkan sebuah kasus? Menurut kompasianer sebaiknya netizen itu dijadikan musuh atau kawan ya?

Kalau aku sih kawan karena terbantu banget dengan informasi up to date yang diberikan netizen. Jadi melek ya kejahatan, kecurangan, arogansi bahkan kemunafikan. Sebagai masyarakat biasa selama ini aku berpikir para pejabat itu mapan dari penghasilan. Ternyata o...o...o banyak ketidakwajaran. Apalagi kalau dikulik lebih jauh antara gaji yang didapat dengan kekayaan dimiliki sangat tidak masuk akal. Kok bisa ya? mengapa bisa? apakah menyalahgunakan jabatan?

So kembali lagi sebagai masyarakat,

Aku mendukung keberanian dan semangat netizen untuk speak up di sosial media, bahkan akhirnya beritanya menjadi viral. Tentunya juga netizen sebelum menaikkan berita cek kebenaran berita lengkap dengan bukti-bukti otentik agar tidak menjadi berita hoax (D/s)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun