Mohon tunggu...
Dennise Sihombing
Dennise Sihombing Mohon Tunggu... Administrasi - Fulltime Blogger

Panggil saya Dennise.Saya ibu dari Rachelle & Immanuelle.Saya suka berkhayal kadang yang agak nyeleneh,he...he...he...for info contact me: dennisesihombing@gmail.com WA : 087874482128

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hai Perempuan, Alami Pelecehan di Kereta? Berteriaklah!

17 April 2023   21:25 Diperbarui: 18 April 2023   03:00 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai, Kompasianer!

Saya mau bercerita tentang kisah masa lalu yang ngeri-ngeri sedap ketika naik kereta api. Kisahnya sekitar 10 tahun yang lalu.

Zaman itu kereta masih ekonomi yang puadat dan tidak ada penyekatan gerbong semua kereta sama diperentukan. Tidak ada gerbong khusus perempuan seperti sekarang ini. Beberapa kali saya mengalami hal yang tidak mengenakkan dari kaum pria. Dan itu sangat menjijikan, ya!

Saya cerita dulu di zaman kereta masih amburadul dimana siapa saja bisa naik, termasuk band kampung juga bisa naik. Hah kok bisa?

Ya bisa saja dong namanya di kereta itu'kan ber-gang ya. Ada gang Citayem artinya yang naik kereta rombongan dari stasiun Ciyayem, lalu ada gang Cilebut, Bojong gede, Lenteng Agung.  Nah si Dennise masuk gang mana?

Ya gak masuk mana-mana. Walaupun naiknya dari stasiun Universitas Indonesia tetapi single alias tidak ada gang ataupun grup. Naik di gerbong mana saja. Kalau yang bergang biasanya mereka naik setiapharinya di gerbong yang sama, misalnya 8. Di situ mereka nih serasa pemilik kereta.

Mengapa saya katakan demikian? Karena rata-rata yang naik teman-temannya cewek cowok bergerombol. Ya disitu makan, minum (bebaslah belum ada larangan seperti sekarang) dan bercanda tanpa batas.

Bercanda Tanpa Batas?

Ini hal yang sangat tidak menyenangkan bagi saya pribadi. Ceritannya gini, saya pulang kerja jam 17.30 naik dari stasiun pertama Jakarta yaitu Kota. Naik di sembarang gerbong yang penting dapat duduk. Jam lagi padat-padatnya ketika dapat duduk senang banget dong. Saya duduk di bangku panjang, lalu naik banyak cewek cowok rata-rata sudah berkeluarga. 

Ooo, ternyata mereka itu gerombolan alias yang naik teman semua. Saat kereta berjalan, berhenti di stasiun Jayakarta, kereta makin penuh naik lagi cowok cewek. Nah laki-laki yang semula duduk mereka memberikan tempat duduknya pada temannya yang cewek. Oke sampai sini saya tidak protes.

Yang membuat akhirnya saya tidak nyaman dan protes, ketika kereta makin padat mereka yang laki-laki bukannya diri eh malah selonjor di bawah dan bersender ke belakang pada dengkul orang yang duduk. Rata-rata itu memang teman mereka. Saya tentunya risih dong disenderin oleh laki-laki. Menjijikan!!!

"Bang saya tidak nyaman kepalanya di dengkul saya!"

"Lah teh (teteh maksudnya) dimaklumin saja kereta padat", jawab pria itu santai masih tidak beranjak.

"Loh kok saya harus maklum ya? Kereta padat memang! Tetapi bukan berarti Anda dengan santainya nyender di dengkul saya", wajah ini sudah merah. Sulit saya menyembunyikan amarah ini. Untuk mau turun saya tidak mau karena perjuangan naik kereta itu berat. Harus rebutan demi dapat tempat duduk.

Akhirnya ada seorang temannya yang ngomong gini,

"Eh bang ini'kan bukan gang kita. Jangan elu samain dong semua. Udah deh diri aja"

Akhirnya si pria itu berdiri, entah malu entah kesal. Dia diri tidak tepat di depanku tetapi rada jauh, biarin saja. 

Cerita di atas kejadian pertama ada lagi kejadian kedua yang lebih menegangkan. Tahan napas yaaaa....eng ing eng, begini ceritanya

Suatu hari di kereta ekonomi

Saya naik dari stasiun Universitas Indonesia. Waktu itu sekitar jam 10-an. Kereta tidak terlalu padat. Masih ada space kosong untuk orang berdiri tidak mepet-mepet.

Saya berdiri dan di samping kiri kosong tidak ada orang berdiri, samping kanan pria berdiri. Di belakang saya pria berdiri.

Eing...ing...eng... kok makin mepet ya. Padahal tidak penuh, saya merasa ada yang tidak beres nih.

"Bang pindah saja di samping saya ini kosong kok", ujar saya sambil menoleh ke belakang. Pria ini diam saja. Tidak mengiyakan tetapi kok semakin mepet berdirinya dan rasanya sangat, sangat tidak nyaman. Ada yang tegang dari kelamin pria itu saya rasakan. 

"Oi bang denger gak gue ngomong dari tadi ya elu pindah disamping gue. Tetapi ini barang elu tempel ke gue hah?!", saya kalap teriak dan spontan tampar itu pipi pria. Wajah si pria itu memerah. Gaduh di kereta, ada yang tanya ada apa, ada apa.

"Itu laki barangnya di tempel ke gue. Otaknya dimana? dasar biadab!", entah karena sudah malu itu pria langsung lompat turun di stasiun Tebet. Jujur saat itu yang namanya malu sudah dihilangkan. Bahkan berpikir ya kalau malu, malu saja sekalian.

Pelecehan Seksual, Harus Bagaimana?

Beralihnya kereta ekonomi ke Commuterline tidak serta merta menghentikan pelaku pelecehan seksual berhenti. Memang tidak sebanyak di zaman kereta ekonomi tetapi tetap saja ada.

Umumnya yang jadi korban adalah wanita oleh pria. Seingat saya belum pernah ada korbannya pria yang dilakukan oleh pria. Beberapa saran untuk menghindari terjadinya pelecehan sekssual:

Naik di Gerbong Wanita

Foto:dokpri 
Foto:dokpri 

Ini relatif lebih aman, sepadat-padatnya di gerbong ini jauh lebih aman. Memang harus diakui lebih nyaman di gerbong bersama (gerbong umum, pria-wanita bisa masuk) karena kalau disini biasanya di jam padat wanita masih bisa masuk, pria memberi celah untuk wanita masuk.

Beda dengan gerbong wanita yang ego. Mereka bertahan diri tidak mau geser agar orang lain tidak masuk. Dan kalau di gerbong bersama kesempatan wanita untuk dapat duduk lebih ada. Pria yang duduk lebih banyak mengalah memberi tempat duduk pada wanita yang diri.

Foto: walau diri lebih nyaman disini/ dokpri
Foto: walau diri lebih nyaman disini/ dokpri

Naik di Gerbong Umum

Nah, ini dia berarti penumpang wanita akan bertemu dengan penumpang pria yang kita tidak tahu diantara pria dalam gerbong itu ada punya kelainan seks gak sehingga condong bisa melakukan pelecehan seksual. Jadi yang perlu dipersiapkan wanita adalah:

Sopan berpakaian

Jangan pakai baju sexy, ketat atau rokok ketat diatas dengkul. Ini tentunya akan mengundang banyak mata mengarah ke Anda.

Tutupi Dada

Usahakan naik kereta pakai tas ransel, fungsinya bisa menutupi dada Anda. Jadi seandainyapun HARUS desak-desakan dan dada Anda mepet ke dada pria tidak langsung karena ada pembatasnya.

Foto:dokpri
Foto:dokpri

Lincah

Mencari celah, artinya saat naik kereta penuh sebisa mungkin di belakang Anda perempuan kalaupun berdampingan dengan pria mereka adanya di samping kiri atau kanan Anda,

Usahakan Ada Teman

Jika Anda naik di gerbong campuran usahakan ada teman entah itu teman wanita/ pria tujuannya saling menjaga satu sama lain jika terjadi hal yang tidak diinginkan.

Foto: aku & my bestie di gerbong campuran/ dokpri
Foto: aku & my bestie di gerbong campuran/ dokpri

Berteriak

Jika situasi tidak memungkinkan, kondisi kereta full people tidak bisa bergeser ke kiri dan kanan. Dan persis di belakang Anda laki-laki, Anda bisa melakukan cara konyol ini dengan goyang tubuh ke kiri dan kanan. Jadi seandainya barang si pria di tempel agak sulit terjadi karena Anda bergerak.

Tetapi kalau sepertinya kondisinya tidak memungkinkan untuk bergerak dan sudah mengarah ke pelecehan seksual berteriaklah yang keras,

"Bang geser dong, jangan nempel terus"

Cara ini cukup ampuh mengundang sekitar Anda untuk kepoh ingin tahu apa yang terjadi. Rasanya kalau sudah begini itu laki pasti maluuuuu luar biasa dan ngacir.

So. semoga saran di atas berguna untuk para wanita menjaga diri sendiri saat berada di kereta. Jangan pernah takut untuk berteriak karena pastinya banyak orang yang berempati membantu Anda.

Love
Dennise

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun