Hai, Kompasianer!
Saya mau bercerita tentang kisah masa lalu yang ngeri-ngeri sedap ketika naik kereta api. Kisahnya sekitar 10 tahun yang lalu.
Zaman itu kereta masih ekonomi yang puadat dan tidak ada penyekatan gerbong semua kereta sama diperentukan. Tidak ada gerbong khusus perempuan seperti sekarang ini. Beberapa kali saya mengalami hal yang tidak mengenakkan dari kaum pria. Dan itu sangat menjijikan, ya!
Saya cerita dulu di zaman kereta masih amburadul dimana siapa saja bisa naik, termasuk band kampung juga bisa naik. Hah kok bisa?
Ya bisa saja dong namanya di kereta itu'kan ber-gang ya. Ada gang Citayem artinya yang naik kereta rombongan dari stasiun Ciyayem, lalu ada gang Cilebut, Bojong gede, Lenteng Agung.  Nah si Dennise masuk gang mana?
Ya gak masuk mana-mana. Walaupun naiknya dari stasiun Universitas Indonesia tetapi single alias tidak ada gang ataupun grup. Naik di gerbong mana saja. Kalau yang bergang biasanya mereka naik setiapharinya di gerbong yang sama, misalnya 8. Di situ mereka nih serasa pemilik kereta.
Mengapa saya katakan demikian? Karena rata-rata yang naik teman-temannya cewek cowok bergerombol. Ya disitu makan, minum (bebaslah belum ada larangan seperti sekarang) dan bercanda tanpa batas.
Bercanda Tanpa Batas?
Ini hal yang sangat tidak menyenangkan bagi saya pribadi. Ceritannya gini, saya pulang kerja jam 17.30 naik dari stasiun pertama Jakarta yaitu Kota. Naik di sembarang gerbong yang penting dapat duduk. Jam lagi padat-padatnya ketika dapat duduk senang banget dong. Saya duduk di bangku panjang, lalu naik banyak cewek cowok rata-rata sudah berkeluarga.Â
Ooo, ternyata mereka itu gerombolan alias yang naik teman semua. Saat kereta berjalan, berhenti di stasiun Jayakarta, kereta makin penuh naik lagi cowok cewek. Nah laki-laki yang semula duduk mereka memberikan tempat duduknya pada temannya yang cewek. Oke sampai sini saya tidak protes.
Yang membuat akhirnya saya tidak nyaman dan protes, ketika kereta makin padat mereka yang laki-laki bukannya diri eh malah selonjor di bawah dan bersender ke belakang pada dengkul orang yang duduk. Rata-rata itu memang teman mereka. Saya tentunya risih dong disenderin oleh laki-laki. Menjijikan!!!