"Sakit ya mi?!", suara Immanuelle ketakutan
"Tidak sayang...kan ada mami di sampungmu"
Di mata anak-anak aku adalah wonder women yang siap menemani mereka selama 24 jam dan membantu mereka untuk apa saja yang mereka tidak tahu dan pingin tahu. Termasuk ketika si bungsu kali pertama dapat haid. Aku pikir dia akan takut, cengeng dan histeris berteriak melihat darah. Ternyata tidak. Apalagi sang kakak sebelumnya sudah pernah haid jadi tidak ada peristiwa horor yang harus dikhawatirkan.
Di rumah kami tinggal ber-3 perempuan semua. Dengan pembagian tugas aku masak dan nyapu. Si sulung ngepel dan cuci pakaian. Si kecil cuci piring dan rapi-rapi rumah. Tetapi namanya pekerjaan yang paling ringan sulit dikerjakan
"Dek, piring itu banyak kok belum dicuci?"
"Udah mami!"
"Kapan cucinya?"
"Kemarin!"
"Ya, sekarang juga cuci lagi dong. Kotor nanti ada kecoak"
" Sebel,nyuci lagi, nyuci lagi, uuffsssttt", menggerutu tetapi dikerjakan. Itulah tabiat si kecil. Yaaa...masih dalam batas kewajaran melawannya. Maunya sih sebagai orangtua anak tumbuh menjadi dewasa dan bertanggungjawab. Tetapi tentunya semua pakai proses. Si sulung Charlotte lebih dewasa, bertanggungjawab untuk tugas di rumah dan lebih care ke aku. Beda dengan si kecil yang cenderung agak tomboy dan cuek. Charlotte kalau pergi pasti ijin dulu, Immanuelle tidak. Tunggu ditegur baru bilang, "Hi...hi...hi...maaf mami aku lupa! Pulang sekolah latihan basket dulu"