Pernah kepikiran ngga, betapa pentingnya kita bisa saling memahami sesama manusia? Apalagi orang tersebut memiliki keistimewaan, contohnya teman-teman tuli yang memiliki keterbatasan dalam pendengaran. Nah, kira-kira bagaimana cara kita menunjukkan kepedulian kepada teman-teman Tuli? Yuk intip pembahasan di bawah ini!
Sebagai bentuk empati dan kepedulian, belajar bahasa isyarat merupakan langkah kecil yang bisa membawa perubahan besar. Seperti contoh, SETARA merupakan kegiatan belajar bahasa isyarat dasar bersama Tim Bisindo dan Aksesbilitas atau TIBA Surabaya yang diikuti oleh mahasiswa di Taman Rumput FISIP, Kampus B Universitas Airlangga, Surabaya. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 9 Oktober 2024 yang diadakan oleh BEM FISIP Kementerian Sosial dan Lingkungan, Sekolah Bung Karno, dan mahasiswa program studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan.
Kegiatan ini dimulai dengan belajar bahasa isyarat dasar, seperti huruf abjad, perkenalan diri, kata sapaan, dan kata yang digunakan sehari-hari. Teman tuli akan memberikan contoh bahasa isyarat, disusul oleh seluruh peserta yang menirukan gerakan bahasa isyarat.
Komunitas tuli juga memiliki "Budaya Tuli" lho, beberapa diantaranya, yaitu:
- Penggunaan Istilah
Istilah tuli dan tunarungu memiliki arti yang berbeda. Singkatnya, tunarungu dipandang dari perspektif medis, yaitu keterbatasan fungsi pendengaran. Sementara tuli, dipandang dari perspektif budaya, artinya komunitas tuli memiliki kebudayaannya sendiri. Dengan kata lain, tuli merupakan sebuah identitas. Oleh karena itu, istilah tuli lebih disarankan penggunaannya untuk merepresentasikan teman tuli.Â
- Batasan Teman DengarÂ
Sebagai teman dengar, kita tidak boleh mengajarkan Bisindo kepada orang lain. Bisindo bukanlah bahasa teman dengar, sehingga teman tuli yang memiliki hak terhadap Bisindo. Belajar bahasa isyarat harus melibatkan langsung teman tuli, jadi tidak boleh sembarangan ya!
- Etika BerkomunikasiÂ
Pastikan teman tuli sedang memperhatikan kita. Pahami teman tuli, apakah dia lebih nyaman menggunakan bahasa isyarat, gerakan tubuh, alat bantu tulis, atau dengan lisan yang jelas. Jika menggunakan lisan, bicara dengan jelas, sebagian besar teman tuli akan mengeja bibir lawan bicara mereka untuk mengerti apa yang dikatakan. Jika mengalami kesulitan jangan ragu untuk bertanya!
- Nama IsyaratÂ
Penggunaan nama isyarat ini diberikan oleh orang-orang terdekat di komunitas tuli. Penentuan nama isyarat meliputi inisial nama panggilan, karakteristik fisik, kebiasaan/hobi, dan pekerjaan. Tetapi, penggunaan nama isyarat ini hanya diberikan oleh teman tuli ketika sudah akrab dan kenal dekat. Lagi-lagi, tidak boleh sembarangan dibuat dan diberikan!
Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan bekal kepada mahasiswa agar lebih sadar terhadap teman tuli. Melalui langkah kecil seperti ini, kita dapat mewujudkan kepedulian kita terhadap aksesbilitas bagi teman-teman tuli. Dengan berpartisipasi belajar bahasa isyarat, kita ikut memperjuangkan kesetaraan di lingkungan kampus dan masyarakat.Â
Mempelajari Bahasa Isyarat bisa menjadi pengalaman yang berkesan dan bermakna. Selain membuat komunikasi lebih lancar, belajar bahasa isyarat juga bisa membuat teman-teman tuli merasa diterima dan dihargai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H