Mohon tunggu...
Dennis Aegi
Dennis Aegi Mohon Tunggu... -

Rindu Presiden "Nyeleneh"- Yogyakarta, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jurnalisme Warga Korea Utara, Belajar dari Lee Jun dan Rimjin-gang

5 April 2014   02:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:04 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika kita tanya bagaimana jurnalisme warga di Korea Utara? Mendengar jawabanya paling tidak harus banyak-banyak bersyukur. Korea Utara adalah salah satu negara yang sangat ketat mengontrol keluar-masuknya informasi, dan keadaan jurnalisme independen disana bisa jadi bahan berkaca untuk kita semua.

Adalah Lee Jun, yang merupakan salah satu jurnalis independen di Korea Utara yang berani mewartakan berita ke luar negaranya. Untuk kedua kalinya di tahun 2004, ia kembali menyusuri Sungai Tumen di perbatasan China-Korea. Bukan untuk melarikan diri, tetapi untuk mengantar sebuah flash disk berisi foto dan video liputan yang akan jadi bahan artikel majalah tempat ia bekerja.

Rimjin-gang yang merupakan majalah tempat Lee Jun bekerja, adalah majalah Korea Utara pertama yang ditulis sendiri oleh warga Korea Utara. Sebagai jurnalis independen  di negara yang penuh kekangan seperti Korea Utara, perjalanan yang ia hadapi sama sekali tidak mudah.

Semua berawal di tempat pengungsian perbatasan China di Yanbian pada Agustus 2002. Lee Jun yang saat itu menjadi pengungsi menghampiri seorang jurnalis dari Jepang bernama Ishimaru Jiro untuk bercerita alasanya ingin kabur dari Korea Utara. “Saya melintasi perbatasan sambil menggendong ibu saya yang sekarat. Kami sangat kelaparan karena tidak ada apapun yang bisa dimakan kecuali rerumputan”, ujar Lee. Ibunya saat itu memutuskan untuk mengajak anak-anaknya ke China dengan harapan bisa memberi nasi terakhir sebelum mereka semua mati kelaparan.

[caption id="attachment_318511" align="alignleft" width="150" caption="Lee Jun, saat interview pertama kali"][/caption]

Bertemu dengan jurnalis dari luar negaranya (Ishimaru), Lee Jun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Dengan arahan Ishimaru, ia belajar menggunakan Komputer dan kamera video agar cita-citanya menjadi jurnalis bisa terwujud. Tujuan utamanya adalah mewartakan kebenaran dan mengabarkan pada dunia kondisi Korea Utara yang sesungguhnya. Di tahun 2004, dengan berani ia masuk kembali ke Korea Utara dan melakukan rekaman pertamanya.

“ Saya percaya bahwa saya harus melakukan sesuatu. Saat ini saya memang sendiri, tapi saya percaya bahwa aksi ini bisa jadi pemicu perubahan di Korea Utara. Walaupun saya tertangkap dan dicap sebagai Pengkhianat Negara, dengan bangga saya katakan: Saya bekerja untuk demokrasi, dimana setiap orang dapat hidup setara. “, beber Lee ketika ditanya soal alasanya ingin menjadi seorang jurnalis.

Semangat Lee Jun adalah semangat untuk membawa keadilan ke Korea Utara. Ia berpikiran bahwa masyarakat disana kebanyakan tidak menyadari bahwa hak asasi mereka sedang dirampas. Mereka melakukan apapun yang dikatakan oleh pemerintah, dan Lee ingin menyadarkan orang-orang acuh tersebut.  Dengan mencari banyak informasi dan kebenaran, Lee ingin menunjukan betapa banyaknya hak-hak kemanusiaan yang dirampas dari masyarakat. Gambaran utuh, tanpa manipulasi dan kontrol pemerintah jadi fokusnya yang utama. Mulai dari hal yang sederhana  seperti berapa banyaknya orang yang dipaksa naik dalam kereta, bagaimana mereka harus tidur, bagaimana mereka harus makan, dan hal lainya sampai ke yang paling detil. Semua hal tersebut ia filmkan sebagai gambaran dari situasi masyarakat Korea Utara saat ini.

Saat ini Lee Jun sudah menjadi Reporter tetap dari Rimjin-gang. Majalah ini bergerak secara bawah tanah dalam peliputanya dan sudah terbit pertama kali di tahun 2007. Edisi pertama tersedia untuk wilayah Jepang dan Korea dan mulai masuk ke versi Inggris setelah diterbitkanya antologi Rimjin-gang. Karena tidak mempunyai dana yang banyak, maka Rimjin-gang tidak bisa menerbitkan secara lengkap setiap berita yang mereka tulis. Antologi versi Inggris yang baru terbit tersebut  hanya berisi liputan, wawancara, dan foto-foto hasil pilihan yang dianggap terbaik saja.

[caption id="attachment_318512" align="alignright" width="140" caption="Salah satu cover Rimjin-gang"]

1396615661739832634
1396615661739832634
[/caption]

Untuk wilayah terbit, Rimjin-gang sangat diterima dan diapresiasi dengan baik di Jepang, Jerman, dan terutama Korea Selatan. Namun, Ishimaru sebagai pengelola Rimjin-gang ingin mengincar wilayah Amerika sebagai wilayah persebaran Rimjin-gang selanjutnya. Amerika menjadi wilayak yang strategis karena menurut Ishimaru, kebijakan-kebijakan pemerintah Amerika bisa berdampak besar pada masa depan Korea Utara. Selain itu, selama ini para jurnalis yang berasal dari Amerika sangat sulit untuk mendapat narasumber/ fakta-fakta berita yang berasal dari Korea Utara. Rimjin-gang bisa mengabarkan informasi-informasi tersebut jika diterima dengan baik disana sambil berharap adanya perubahan dalam cara pandang mereka terhadap masyarakat Korea Utara. Informasi-informasi yang diberitakan oleh Rimjin-gang kemudian bisa memperdalam pemahaman pemerintah, jurnalis, dan akademisi dari Negara lain dalam melihat Korea Utara.

Walaupun Rimjin-gang terbilang berhasil, mereka masih bergerak secara diam-diam akibat hukum ketat dari pemerintah. Artikel nomor 53 Konstitusi Korea Utara sebenarnya mengatur tentang kebebasan berpendapat serta kebebasan pers. Namun dalam prakteknya, informasi yang diperbolehkan hanya informasi yang mendukung pemerintah dan Partai Buruh Korea.

Ada pula buku peninggalan Kim Jong Il yang berjudul  Guidance for Journalists juga merupakan sebuah pengekangan kebebasan pers. Dalam buku ini menghimbau bahwa “Koran harus berisi artikel yang dapat menjaga kepercayaan diri presiden, menyayanginya, dan memuji presiden sebagai pemimpin revolusioner yang hebat”. Ini mengakibatkan berita-berita di Korea Utara sangat tidak imbang karena hanya memihak satu sisi yakni pemerintah. Para jurnalis yang bekerja juga harus membela pemerintah dan berasal dari keluarga yang sudah terbukti condong ke Partai Buruh secara ideologis. Setiap media yang melanggar akan dikenai hukuman kerja kasar, penjara, hingga hukuman mati.

Melihat kondisi ini, kita yang berada di Indonesia patutlah bersyukur sekaligus bangga karena dunia jurnalisme kita masih jauh lebih baik. namun tidak sampai bangga dan bersyukur, hal yang patut kita pelajari dari Lee Jun dan Rimjin-gang adalah semangat mewarta keadilan. Meletakan kebebasan berpendapat sebagai dasar menyampaikan informasi yang berguna tidak hanya bagi diri sendiri, namun juga masyarakat secara keseluruhan. Ingat, tanggung jawab dalam menyampaikan berta tidak hanya berhenti di bagus tidaknya sebuah tulisan, tetapi juga sampai dampaknya bagi orang lain. Terima kasih

Sumber:

http://www.asiapress.org/rimjingang/english/column/rimjingang_lee_jun.html

http://www.thenation.com/article/156450/north-koreas-citizen-journalism


Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun