Iran merupakan salah satu negara di Timur Tengah yang memiliki persenjataan militer yang mumpuni. Salah satunya adalah rudal balistik dan rudal jelajah. Menurut Jenderal AS yang bertanggung jawab dalam urusan militer Amerika di Timur Tengah, Jenderal Kenneth McKenzie mengatakan bahwa Iran memiliki rudal balistik dan rudal jelajah sebanyak lebih dari 3000 unit. Jumlah ini belum termasuk dengan rudal jelajah serang darat yang terus dikembangkan oleh Iran. Diketahui bahwa Iran sudah melakukan pengembangan dan riset teknologi rudal, jauh sebelum terjadinya Revolusi Islam Iran. Saat itu, rezim Shah yang masih berkuasa di Iran, bekerja sama dengan Israel untuk mengembangkan sistem rudal jarak pendek yang dikenal dengan project flower. Iran mendanai program tersebut dan Israel mengembangkan teknologinya. Rezim Shah juga berambisi mengembangkan teknologi nuklir yang tujuan akhirnya digunakan untuk membuat rudal balistik dengan hulu ledak nuklir.
Ketika Revolusi Islam Iran terjadi di tahun 1979, proyek tersebut terhenti dan tidak lagi dilanjutkan karena situasi politik yang tidak mendukung. Selama rezim Shah berkuasa, Iran merupakan negara dengan angkatan udara terkuat dan cukup ditakuti di Timur Tengah. Iran saat itu diketahui memiliki 400 jet tempur canggih yang disuplai oleh Amerika Serikat seperti F-5 Tiger dan F-14 Tomcat. Setelah peristiwa Revolusi Islam Iran, hubungan diplomatik dengan Amerika pun putus dan Iran kehilangan akses terhadap sparepart, maintenance, dan peralatan senjata modern yang diberikan oleh Amerika. Sampai saat ini pun Angkatan Udara Iran hanya mengandalkan jet tempur bekas rezim Shah seperti F-5 Tiger, F-14 Tomcat dan Mig-29.
Mengetahui kelemahannya dalam hal pertempuran di udara , Iran beralih mengembangkan teknologi rudal. Saat perang Irak-Iran , Iran mendapatkan rudal Scud-Bs buatan Uni Soviet yang diberikan oleh Libya dan Suriah. Rudal ini pun digunakan Iran untuk menyerang Irak sampai perang tersebut berakhir di tahun 1988. Rudal Scud-Bs diketahui memiliki jarak jangkauan sejauh 300 km dan termasuk ke dalam kategori rudal jarak pendek.
Sejak perang Irak-Iran berakhir, Iran terus mengembangkan teknologi rudal balistiknya. Iran berinvestasi sebanyak jutaan dollar guna mengembangkan industri militer dalam negeri. Uang ini juga digunakan oleh Iran untuk biaya pengembangan dan riset teknologi rudal balistik dan rudal jelajah. Meskipun beberapa komponen penting rudal masih diimpor dari luar negeri, tetapi Iran terus berusaha untuk mengurangi dependensi komponen rudal dari luar negeri dengan cara meningkatkan investasi pengembangan teknologi rudal dalam negeri. Usaha yang dilakukan Iran sejauh ini cukup berhasil. Iran sukses mengembangkan rudal Scud dan Nodong dari Soviet dan Korea Utara, menjadi rudal balistik versi Iran yang dinamai dengan Shahab atau dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan "meteor", rudal ini telah digunakan dalam operasi militer Iran saat menghadapi ISIS dan serangan ke Israel baru-baru ini.
Akurasi dari rudal Shahab memang belum sesuperior rudal balistik lainnya. Tetapi rudal ini cukup dapat diandalkan saat digunakan untuk menghantam target yang tidak memerlukan tingkat akurasi dan presisi yang tinggi. Iran juga memiliki rudal balistik dengan jarak jangkauan sejauh 2000 km meskipun belum memiliki hulu ledak nuklir. Berikut beberapa rudal balistik dan rudal jelajah yang dimiliki oleh Iran.
1. Rudal Shahab-1
Merupakan rudal balistik Iran yang dikembangkan dari rudal Scud-B milik Uni Soviet. Oleh Iran, rudal ini disulap menjadi rudal yang lebih mutakhir dengan jarak jangkauan sejauh 300 km.
2. Rudal Shahab-2
Merupakan rudal balistik Iran dengan improvisasi jarak jangkauan yang lebih jauh dari rudal Shahab-1. Rudal Shahab-2 memiliki jarak jangkauan sejauh 500 km. Iran diketahui memiliki rudal tersebut sebanyak 200-300 unit.
3. Rudal Qiam-1