Saya masih mengingat kehadiran pertama saya di stadion dalam sebuah gelaran kompetisi sepakbola nasional di era perserikatan. Di tahun 1992, antara tim kebanggaan kota saya, Persiba Balikpapan melawan PSM Makassar. Saat itu, Persiba Balikpapan mampu menghajar lawan dengan keunggulan telak 3-1. Di mata saya yang ketika itu masih duduk di kelas 2 sekolah dasar, para pemain-pemain sepakbola itu tampak seperti pahlawan, berlari menuju tribun penonton yang bersorak sorai bergembira untuk merayakan gol yang ia ciptakan. Andi Alfian, yang menjadi pahlawan sore itu dengan 3 gol-nya. Saya  ingat betul, ketika ia berlari ke arah tribun yang saya tempati, snack yang saya pegang terjatuh karena disenggol penonton sebelah yang berteriak-teriak kegirangan.
Tidak butuh alasan ini itu sebenarnya, bila saya ditanya, kenapa saya mencintai sepakbola lokal. Saat orang lain lebih memilih menggilai sepakbola eropa dan menyukai sepakbola lokal ala kadarnya, saya memang sengaja dan sadar untuk lebih menyukai sepakbola lokal, dengan segala kobobrokannya yang saya telan bulat-bulat. Saya berusaha realistis saja, sepakbola lokal lebih real, lebih nyata. Saya bisa langsung hadir ke stadion, saya bisa berjabat tangan dengan pemainnya, dan saya bisa berinteraksi langsung dengan semua yang terlibat di dalamnya. Menurut alam pikiran saya, aneh saja berteriak-teriak bernyanyi tengah malam secara beramai-ramai dan mengikhlaskan diri menjadi die hard fans dari sebuah tim yang jaraknya ratusan mil dari tempat kita berdiri saat ini, Indonesia. Bukan berarti saya tidak suka dengan sepakbola eropa, saya pun tetap mengidolakan Juventus, kok. Hanya saja masih dalam level rasional dan waras.
Satu hal yang saya yakini; Sepakbola eropa, kalau tidak kita tonton masih banyak kok, peminatnya. Mereka memiliki fans yang tersebar di seluruh muka bumi. Tapi sepakbola nasional, sepakbola kita, kalau bukan kita yang asli orang Indonesia, siapa lagi ??.
Selalu ada pilihan, dan saya adalah orang yang sangat menghargai perbedaan. Tapi entah mengapa saya begitu percaya diri bahwa pendapat saya dalam memilih suguhan sepakbola ialah pendapat yang paling shahih.
Apakah tujuan saya menulis ini agar mempengaruhi kalian semua?? Anda benar....
Balikpapan, 18 April 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H