Pada sebuah ruang. Di bawah terang cahaya 15 watt. Laron-laron memutari lampu. Kerumunan laron begitu rapat. Mengadu ekor amat sengitnya. Jantan betina sesekali terlempar ke lantai. Sedetik kemudian terbang kembali. Menyatu kembali dalam kerumunan. Memutari lampu terang 15 watt.
Ada dua tiga cicak. Merayapi dinding dengan amat kesalnya. Setiap detik mengenceh saja. Menyilau laron-laron yang sedang berkerumun. Dua tiga langkah cicak dihela. Lalu, Hap! Cicak jatuh ke lantai. Tergeletak di samping jantan betina laron yang mati. Laron yang kepanasan. Laron yang kalah mengadu ekor. Laron yang tak dapat menahan birahi. Hidangan perai bagi cicak. Hap!
Hanya aku sendiri. Dalam ruang sepi. Di pucuk malam. Di bawah terang lampu 15 watt. Takut-takut tertawa sendiri. Meminum kopi di sela kunyahan roti gandum cokelat. Mengantarkan pesta makan malam cicak. Melepas kemalangan laron-laron. Menertawai kerumanan laron-laron. Menghitung langkah cicak lain dengan amat seksama.
Jakarta, Maret 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H