Mohon tunggu...
Denni Candra
Denni Candra Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi HR dan Penulis

Penulis yang fakir ilmu sehingga senantiasa menjadi pembelajar seumur hidup. Mau kenal lebih dekat, silahkan klik www.dennicandra.com atau IG: @dennicandra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melibatkan Panca Indera dalam Menulis

10 Februari 2017   10:39 Diperbarui: 10 Februari 2017   10:48 2671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi : Dok. Pribadi & Pixabay

Kalau kita mau sedikit lebih peka, sebenarnya di sekitar kita banyak kejadian atau peristiwa yang bisa menjadi inspirasi buat dijadikan tulisan. Berikut ini saya akan bagikan lagi sebuah tulisan tentang bagaimana menemukan ide tulisan dengan memanfaatkan panca indera yang kita miliki.

Sebagai manusia kita diciptakan olehNya begitu istimewa. Salah satu keistimewaaan tersebut adalah dilengkapinya kita dengan alat panca indera. Setiap saat panca indra kita ini menerima dan merasakan berbagai hal dan itu semua bisa kita jadikan sebagai inpsirasi buat sebuah tulisan. Apa yang kita lihat, dengar, rasakan, sentuh dan cium dalam berbagai aktivitas keseharian kita adalah pemicu untuk melahirkan sebuah tulisan. Namun seberapa pekakah kita untuk bisa merasakannya?

Berikut cara yang bisa dilakukan untuk menemukan ide melalui panca indra :

1. Menulis apa yang kita lihat. Setiap hari indra penglihatan kita menyaksikan berbagai kegiatan dan bermacam peristiwa. Mulai dari kita nagun tidur, berangkat kerja, beraktivitas di tempat kerja serta berbagai kegiatan lainnya. Semakin banyak yang kita lihat berarti semakin banyak tumpukan ide yang bisa kita tuangkan dalam sebuah tulisan. Alangkah mubazirnya kalau ide-ide yang berserakan tersebut tidak kita manfaatkan, atau hanya kita anggap sebagai sesuatu hal yang biasa tanpa ada manfaatnya.

2. Menulis apa yang bisa kita sentuh. Merasakan kasarnya dinding tembok kamar, halusnya kulit pasangan ketika kita bersentuhan, dinginnya udara malam yang merasuk sampai ke pori-pori, panasnya api kompor yang menyala ketika tersentuh secara tidak sengaja dan masih banyak lagi yang lainnya. Selama kita masih bisa menyentuh segala sesuatu maka selama itu pula ide untuk tulisan tidak akan pernah habis

3. Menulis apa yang kita dengar. Selain dengan penglihatan, kita setiap harinya pasti juga tidak lepas dari yang namanya suara atau bunyi-bunyian. Kita bisa memulai sebuah tulisan dengan mendeskripsikan apa yang kita dengar. Mulai dari suara kendaraan yang berlalu lalang, suara teriakan serta interaksi antara pedagang dan pembeli di pasar, suara hujan yang jatuh membasahi bumi, suara musik yang membuat kita terbuai, suara angin yang membelah kesunyian malam dan masih banyak lagi suara yang lainnya. Bahkan ketika tidak ada suara yang kita dengar juga bisa menjadi ide sebuah tulisan.

4. Menulis apa yang kita rasakan. Baik itu rasa yang kita kecap dengan indera perasa berupa rasa manis, pahit, asam, asin, pedas dan lain sebagainya. Atau pun rasa yang tidak bisa kita deskripsikan dengan jelas seperti rasa kecewa, sakit hati, suka cita, perasaan cinta dan lainnya.

5. Menulis apa yang bisa kita cium. Selama hidung kita masih berfungsi dan bekerja dengan normal maka selama itu pula kita tidak akan pernah kehilangan inspirasi buat menulis. Aroma parfum yang lembut, bau masakan yang membangkitkan selera makan dan masih banyak lagi yang lainnya. Semua aroma yang terdeteksi dan tercium oleh hidung kita adalah ide yang tak terbatas.

Itulah diantaranya yang bisa kita jadikan inspirasi atau sumber ide untuk menulis. Dan ternyata Tuhan yang Maha Kaya telah memberikan berbagai keistimewaan kepada kita yang bisa kita jadikan sebagai modal khususnya buat melahirkan sebuah tulisan. Sekarang semuanya tergantung kepada kita, mau memanfaatkan itu semua atau sibuk mencari berbagai alasan untuk tetap dalam kemalasan.

Denni Candra (FB : Denni Candra, Twitter : @CandraDenni)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun