Mohon tunggu...
Denni Candra
Denni Candra Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi HR dan Penulis

Penulis yang fakir ilmu sehingga senantiasa menjadi pembelajar seumur hidup. Mau kenal lebih dekat, silahkan klik www.dennicandra.com atau IG: @dennicandra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ikhlas Gak Sih?

1 Februari 2017   14:22 Diperbarui: 1 Februari 2017   14:40 1280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi : Dok. Pribadi

"Alhamdulillah, pada kesempatan yang berbahagia ini kita juga akan menyaksikan penyerahan sumbangan sebesar 20 juta rupiah dari Bapak Badu buat anak-anak panti asuhan ..." ujar seorang pembawa acara di sela-sela pemberian santuan untuk anak yatim piatu serta beberapa panti asuhan. Sang donatur yang disebutkan namanya lalu berjalan ke atas panggung dan memberikan sumbangan secara simbolis kepada salah satu pengurus panti asuhan, tidak ketinggalan sejenak berpose untuk dokumentasi baik media cetak maupun elektronik.

Seorang teman yang duduk di samping saya langsung bicara secara perlahan, "Itu kan riya jadinya, kalau memberi sumbangan didasari oleh sifat riya kan pahalanya menjadi hilang."

"Emang kenapa kalau dia riya, masalah buat elo?", jawab saya sambil tersenyum

Teman saya tersebut langsung menjawab, "Kalau niatnya memberikan sumbangan ya harus yang ikhlas dong, gak usah disebutkan nama apalagi jumlah sumbangan serta pakai diliput media segala. Percuma kalau masih ada sifat riya-nya, nilai ibadahnya jadi hilang dan tidak akan mendapatkan balasan apa-apa."

"Lantas kalau kita belum bisa menghilangkan sifat riya tersebut, sebaiknya jangan menyumbang dulu ya?", tanya saya lagi.

Teman saya tersebut cuma diam tanpa bisa memberikan jawaban.

"Kalau menunggu sampai setiap orang harus bisa ikhlas dulu buat menyumbang, kapan sumbangannya akan terkumpul?", lanjut saya. "Satu hal lagi, memangnya sumbangan yang diberikan buat anak yatim atau panti asuhan itu akan menjadi haram kalau orang yang menyumbangnya tidak ikhlas atau riya?"

Teman yang duduk disebelah saya hanya bisa terdiam dan kelihatannya tidak berminat untuk berbicara lagi, entah karena memang tersadarkan oleh kata-kata saya atau bisa jadi karena dia merasa tidak ada gunanya berdebat dengan saya ... hehehe

Tetapi menurut pendapat saya pribadi sebagai orang awam yang berpikirnya simpel ini, tidak menjadi masalah apakah seseorang tersebut menyumbangkan hartanya dengan niat untuk pamer, sombong, riya dan berbagai alasan lainnya. Yang terpenting adalah dia mau mengeluarkan hartanya untuk membantu dan meringankan beban orang lain. Perkara apakah amalannya tersebut diterima atau tidak oleh Tuhan, itu biarlah menjadi urusan dia dan Tuhannya. 

Kalau pun saat ini Anda atau saya menyumbang dengan niat pamer tanpa disertai keikhlasan, itu pun masih lebih baik dan bermanfaat daripada harus menunda sampai hati ini bisa bersikap ikhlas 100%. Jadi tidak usah mengomentari dan bersikap menghakimi setiap orang yang menyumbangkan hartanya, nanti malah bisa menyebabkan semua orang bersikap apatis. Kalau sudah begitu siapa lagi nanti yang diharapkan oleh orang-orang yang memang membutuhkan pertolongan.

Denni Candra [FB : DenniCandra, Twitter : @CandraDenni]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun