Mohon tunggu...
Denni Candra
Denni Candra Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi HR dan Penulis

Penulis yang fakir ilmu sehingga senantiasa menjadi pembelajar seumur hidup. Mau kenal lebih dekat, silahkan klik www.dennicandra.com atau IG: @dennicandra

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jangan Terjebak "Delusi" Kehebatan Diri

29 September 2016   13:39 Diperbarui: 29 September 2016   13:48 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hitungan beberapa bulan ke depan kita akan menghadapi satu hajatan besar yaitu pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak tahun 2017 yang dilakukan di beberapa wilayah propinsi dan kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Berkaitan dengan pilkada ini ada seorang teman yang melemparkan guyonan, “Cuma di Indonesia yang tidak ada pihak yang kalah dalam pilkada. Yang ada adalah pihak yang menang dan satu lagi pihak yang merasa dizalimi.”

Berbicara soal pilkada, dalam beberapa bulan terakhir sudah mulai tampak perburuan untuk memperebutkan posisi kepala daerah tersebut. Mulai dari pembentukan tim sukses, pemasangan spanduk serta baliho dan mengadakan berbagai kegiatan sosial dengan harapan untuk menarik simpati rakyat dan pemilih. Dari jauh hari sebelumnya masing-masing pihak sudah memasang kuda-kuda, bahkan sebelum waktu kampanye dimulai ada beberapa pasangan calon yang sudah duluan mencuri start dengan gaya yang halus dan terkesan santun.

Tidak ketinggalan para tim sukses masing-masing calon melancarkan semacam “psy war” dengan mengandalkan hasil survey yang dilakukan untuk mengetahui elektabilitas calon yang mereka usung. Bahkan ada tim sukses yang sudah berani mengklaim bahwa calon yang mereka usung akan mendapatkan suara mayoritas, karena dalam beberapa kali survey didapatkan elektabilitas yang bagus. Apakah hal tersebut sebagai sebuah bukti kepercayaan diri?

Memang hal yang mendasar dalam ajang pilkada ini adalah soal percaya diri. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa percaya diri dibutuhkan untuk keberhasilan dan menggapai kesuksesan. Tetapi semua harus pada tempatnya dan sesuai takaran, bukan percaya diri yang berlebihan.

Karena sesuatu yang berlebihan itu bukanlah hal yang bagus, malah bisa menjadi bumerang yang malah menghancurkan diri sendiri. Belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya banyak kita lihat para pasangan calon yang bertarung dalam ajang pilkada ini terlalu percaya diri (over confidence), namun kenyataannya mereka hanya bertepuk sebelah tangan dan “lamaran”nya di tolak rakyat.

Kalau sampai hal itu terjadi sudah siapkah para calon kepala daerah ini untuk “legowo” dan secara sportif mengakui kekalahan yang mereka alami? Siapkah mereka apabila ambisi tersebut berujung kegagalan dan menderita kerugian sertadan kehilangan modal finansial yang sudah dihambur-hamburkan?

Jangan Terjebak Dengan Delusi Kehebatan Diri

Kita harapkan supaya para pasangan calon yang bertarung dalam pilkada ini tidak terjebak dalam “delusion of grandeur” atau delusi kehebatan diri. Dalam dunia psikologi “delusi” diartikan sebagai sebuah keyakinan yang dipegang secara kuat, namun tak akurat. Delusi kehebatan diri adalah sebuah delusi yang meyakini bahwa yang bersangkutan adalah orang yang jauh lebih hebat dan lebih berkuasa atau lebih berpengaruh daripada keadaan yang sesungguhnya. Salah satu contoh tokoh yang terjebak dalam delusi ini adalah Muammar Khadaffi.

Ketika diwawancarai oleh wartawan CNN, ia masih bersikukuh bahwa seluruh rakyat Libya masih mendukung dan menginginkan serta akan siap melindungi dirinya sebagai pemimpin Libya. Tetapi pada kenyataannya kita menyaksikan bahwa Khadaffi mengalami kematian yang tragis di tangan rakyatnya sendiri.

Jangan sampai pemilihan kepala daerah yang menghabiskan biaya yang sangat besar dan mahal ini justru menjadi sesuatu yang mubazir, apabila para calon passangan kepala daerah yang bertarung ini sudah terjebak pada kepercayaan diri yang berlebihan dan mengarah kepada delusion of grandeur. Ketika hasil yang didapat tidak sesuai dengan kenyataan yang diharapkan, maka mereka akan berusaha mencari berbagai alasan serta menuduh adanya terjadi berbagai kecurangan tanpa dasar yang kuat.

Bahkan sampai mengerahkan massa pendukung untuk berdemontrasi dan membuat kerusuhan serta bentrokan dengan pihak lawan atau pun aparat keamanan. Hasil yang dinikmati masyarakat bukannya suasana aman dan sejahtera tetapi malah menimbulkan dampak kerusakan dan kekacauan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun