Mohon tunggu...
Denni Candra
Denni Candra Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi HR dan Penulis

Penulis yang fakir ilmu sehingga senantiasa menjadi pembelajar seumur hidup. Mau kenal lebih dekat, silahkan klik www.dennicandra.com atau IG: @dennicandra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi Inspirasi Melalui Tulisan

9 September 2016   08:17 Diperbarui: 9 September 2016   08:31 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Dokumentasi Pribadi

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk berbagi dengan sesama. Bagi Anda yang memiliki kelebihan harta, bisa menggunakan hartanya untuk membantu dan menolong orang yang kekurangan secara materi di sekitar Anda. Kalau Anda memiliki kompetensi ilmu yang memadai dan diakui keilmuannya, bisa memanfaatkan ilmunya tersebut untuk kemaslahatan bagi sesama yang membutuhkan. Atau bisa saja Anda saat ini dianugerahi amanah untuk memegang jabatan di suatu instansi pemerintahan atau pun di sebuah perusahaan, maka dengan jabatan serta kewenangan yang Anda miliki tersebut Anda juga bisa berbagi dan berbuat sesuatu yang bermanfaat buat sesama. 

Namun harus tetap dalam koridor positif dan tidak melanggar kewenangan serta kepercayaan yang diamanatkan kepada Anda. Jadi intinya kegiatan untuk berbagi dengan sesama itu bisa dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan serta kesempatan yang Anda miliki. Tidak terbatas hanya dengan berbagi materi, atau dengan kata lain yang terpenting adalah kemauan untuk melakukannya. Kalau Anda sudah memiliki kemauan maka berbagai kesempatan akan datang dengan sendirinya.

Bagi saya pribadi, salah satu kegiatan yang saya pilih dan gunakan untuk berbagi adalah dengan menggunakan media tulisan. Tetapi dulunya saya tidak pernah membayangkan kalau saya akan menekuni bidang kepenulisan ini untuk berbagi dengan sesama, entah itu melalui berbagai artikel di blog, media massa atau pun dengan cara menerbitkan buku. 

Kenapa saya bilang begitu? 

Karena ketika sekolah dulu saya merupakan anak yang pemalu dan tidak percaya diri. Ditambah lagi kalau pelajaran Bahasa Indonesia khususnya mengarang adalah salah satu pelajaran yang tidak saya sukai. Kalau pun terpaksa menulis dan membuat karangan, sudah bisa dipastikan bahwa kata pertamanya adalah “suatu hari”.

Namun semua itu perlahan mulai berubah ketika saya berkenalan dan bergabung dengan berbagai komunitas kepenulisan yang ada baik secara "offline" atau pun komunitas "online". Serta banyak bergaul dengan orang-orang yang memang bergelut di bidang tulis menulis ini. Sampai akhirnya saya berhasil menulis dan menerbitkan buku perdana yang berjudul “We Are Masterpiece : 7 Langkah Mengoptimalkan Potensi Diri”, lalu disusul dengan sebuah buku antalogi dengan judul "AYAH : Ayahku, Guruku, Guru Kami" yang saya tulis bersama dengan teman-teman yang ada di Komunitas Easy Writing. 

Setelah memiliki buku dan mengetahui berbagai manfaat dari kegiatan menulis membuat saya menyesal menjadi penulis …!!! 

Kok malah menyesal menjadi penulis …???

Saya menyesal kenapa baru sekarang saya serius menulis, kenapa saya terlambat menyadari begitu besar manfaat menulis dan kenapa baru sekarang saya menerbitkan buku? Dan masih banyak lagi penyesalan-penyesalan lainnya.

Apa saja sih manfaat dan untungnya menjadi penulis itu?

Pertama, kata-kata yang sama akan menjadi lebih bermakna apabila diucapkan oleh seorang penulis dibandingkan kalau kata -kata tersebut diucapkan oleh orang biasa. Gak percaya? Dulu ketika saya mencoba untuk  berbicara dengan sedikit bijak seperti, “Hakikat perahu adalah berlayar menembus rintangan dan gelombang, sedangkan hakikat diri adalah berkarya menemukan kebahagiaan dan menggapai keberhasilan.”

Sudah bisa dipastikan, maka komentar-komentar nyinyir yang saya terima adalah :

“Sok puitis …”

“Mau jadi pengganti Mario Teguh ya …???”

“Ngomong jangan lebay gitu donk mas …”

Namun sekarang ini setelah menjadi penulis, komentarnya berubah 180 derajat.

“Wuiiihhhh … kalo penulis emang bicara beda”

“Kata-katanya keren dan inspiratif sekali”

“Mantaappp … minta tanda tangan donk mas”

Dengan lebih bermakna dan diterimanya kata-kata baik yang kita ucapkan mau pun yang tertulis di buku maka akan banyak juga manfaat yang bisa kita bagikan buat orang lain. Semakin banyak juga inspirasi yang bisa kita bagikan baik itu buat diri sendiri mau pun buat orang sekitar.

Ilustrasi : Dokumentasi Pribadi
Ilustrasi : Dokumentasi Pribadi
Kedua, dengan menulis kita dikenal dan bisa berkenalan dengan banyak orang. Terlebih buat penulis yang sudah memiliki buku, maka permintaan untuk memberikan seminar dan talkshow akan berdatangan. Seperti pengalaman pribadi saya, beberapa kali saya dapat kesempatan untuk wawancara dan bedah buku di beberapa radio salah satunya RRI Pro 2 Sungailiat. Dengan adanya acara tersebut maka otomatis nama dan karya kita mulai dikenal oleh banyak orang. Dan menurut saya itu adalah salah satu investasi yang menguntungkan. Dengan memiliki reputasi dan nama yang dikenal oleh banyak orang, maka kita akan mudah untuk berkenalan dengan banyak orang.

Bagi penulis yang sudah mempunyai nama besar seperti Ippho Santosa, Andrea Hirata, Tere Liye, Habiburrahman El Shirazy dan yang lainnya, bukan hanya reputasi namun materi juga ikut mengiringi. Namun bagi kita penulis pemula, untuk sementara jangan fokus kepada materi dulu. Fokus terlebih dahulu untuk terus meningkatkan diri dan menghasilkan karya-karya terbaik. Kalau memang karya kita bagus dan pantas mendapatkan apresiasi, maka itu semua nantianya akan berbanding lurus dengan usaha yang kita keluarkan.

Ilustrasi : Dokumentasi Pribadi
Ilustrasi : Dokumentasi Pribadi
Ketiga, mendapatkan kepuasan batin yang tidak ternilai harganya. Ada semacam kebanggaan tersendiri ketika karya kita di apresiasi dam mendapat sambutan positif dari para pembaca. Apalagi kalau kedua orangtua kita ikut bangga dan membaca buku hasil karya kita. Bahkan mereka ikut mempromosikan karya kita di depan kerabat serta sahabatnya. Itu menurut saya merupakan sebuah momen indah dan best seller yang sesungguhnya. Jadi buat kamu generasi muda yang belum bisa memberikan “hadiah” buku nikah buat membanggakan orangtuamu, maka tidak ada salahnya untuk sementara meghadiahkan buku karyamu sendiri terlebih dahulu … :)

Ilustrasi : Dokumentasi Pribadi
Ilustrasi : Dokumentasi Pribadi
Selain itu dengan menulis kita juga mempersiapkan warisan agar nama kita tetap abadi dan minimal generasi penerus kita kelak dapat mengenal kita melalui karya yang telah kita torehkan.

Bayangkan 20-30 tahun yang akan datang Anda, siapa yang bisa menjamin bahwa generasi penerus Anda akan tetap mengenal Anda. Mengetahui siapa Anda dan bagaimana sepak terjang Anda. Jangan sampai nama Anda pun tidak familiar bagi mereka dan tidak ada satu pun kenangan tentang Anda yang tertinggal di benak mereka. Anda seperti dianggap tidak pernah terlahir dan hadir di atas dunia ini.

Maka tidak ada salahnya mulai dari sekarang kita membudayakan untuk membangun sebuah kebiasaan menulis. Karena dengan menulislah kita bisa menyambung rentetan sejarah panjang yang telah ada sebelumnya untuk kita teruskan sebagai warisan buat generasi selanjutnya. Sehingga suatu saat kelak orang-orang akan tetap mengingat bahwa ada seseorang yang pernah terlahir dan meninggalkan sebuah karya yang tetap hidup sepanjang zaman. Dan orang tersebut adalah Anda, yang tetap abadi dalam tulisan-tulisan yang Anda hasilkan. 

Karena itu menulislah untuk keabadian!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun