Mohon tunggu...
Den Mas Vic
Den Mas Vic Mohon Tunggu... Sales - Indah Karena Benar

Nostalgiaers

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

MOGE, Motor Gede, Maunya Juga Gede

17 Januari 2023   07:57 Diperbarui: 17 Januari 2023   08:05 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Play is older than culture, for culture, however inadequately defined, always presupposes human society, and animals have not waited for man to teach them their playing - Johan Huizinga, Homo Ludens

Tahun 1938, si remaja Huizinga mungkin sedang sibuk bermain latto-latto bersama teman-temannya, dalam konsentrasinya memainkan trik helikopter, dia melihat sebuah fenomena filsafat bahwa teman-teman di circlenya sangat fokus ngulik permainan tersebut. Huizinga terpaku dan dia berpikir ini adalah intisari dari manusia itu sendiri, ya mereka suka sekali bermain. Permainan adalah kategori utama kehidupan. Unsur-unsur utama kebudayaan memiliki asal-usulnya dalam permainan. Penelitian yang cermat, terutama di bidang sejarah kebudayaan, menunjukkan bahwa suatu distingsi antara permainan dan keseriusan lebih bersifat superfisial belaka. Sejarah kebudayaan terutama melalui penelitan literatur menunjukkan bahwa permainan juga bisa dan sering kali dilakukan dengan sangat serius.

Homo Ludens menyampaikan saat itu, esensi manusia bermain digambarkan memiliki estetik dan nilai etis, memperhatikan manusia lainnya. Namun jaman berganti, sifat dan budaya manusia juga berganti.

Manusia memang bermain pada hakikatnya, namun kalo jadinya bermain-main dengan kebijakan kok rasanya jadi risih ya. Belakangan kita mendengar kabar, lagi-lagi motor besar atau lebih sering diistilahkan moge itu mendaraskan lagi syair-syair dewata tentang kebijakan pro eksklusivisme mereka. Ya, motor gede ingin masuk tol. 

Apa sih Motor Gede?

Mengutip dari beberapa sumber, penyebutan moge untuk motor gede biasanya mengacu pada, khususnya, kapasitas mesin yang dimiliki. Besarnya badan atau dimensi motor biasanya beriringan dengan kapasitas mesin. Dimensi-dimensi yang serba besar tadi masuk dalam kategori ini.

Begitupun dengan harga. Kebanyakan moge memang relatif mahal. Yang kemudian menjadi acuan sehingga dapat dikategorikan moge pun di berbagai negara tak semuanya sama. Semua sepakat bahwa penyebutan moge mengacu pada kapasitas mesinnya. Bukan soal dimensi motor atau dari harganya yang relatif mahal. 

Di Indonesia, sepeda motor dikatakan masuk golongan moge jika di atas 250 cc. Ada juga yang menyebutkan minimal 400 cc, tapi ada juga yang bilang minimal 600 cc.

Seperti di Italia dan Amerika Serikat, motor yang dianggap sebagai moge adalah motor yang kapasitas mesinnya minimal 600 cc.

Sedangkan di Jepang, motor disebut sebagai moge jika mesin yang digunakan dapat menghasilkan tenaga minimal 35 dk. Tidak peduli berapa pun kapasitas mesinnya. Namun, melansir dari motorcyclesdata.com, Jepang membagi pasar roda dua menjadi tiga segmen. Mini bike adalah motor dengan mesin 125 cc hingga 250 cc, small bike adalah motor 250 cc hingga 400 cc, sedangkan big bike adalah motor 400 cc ke atas.

Kebijakan Pemakaian Jalan Tol

Hingga saat ini sepeda motor masih belum diizinkan atau pelarangan motor masuk tol masih berlaku dengan alasan keselamatan. Aturan pelarangan ini tertuang dalam Pasal 38 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 Tahun 2005. Disebutkan, jalan tol dikhususkan boleh dilintasi kendaraan roda empat atau lebih. 

Lebih lanjut, dalam Pasal 63 Ayat 6 Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan menjelaskan, bagi pengendara sepeda motor alias roda dua yang nekat melintasi jalan tol bisa dikenakan sanksi hukuman maksimal 14 hari penjara. Pun denda maksimal Rp 3 juta.

Teman-teman komunitas pengendara motor gede yang budiman, aku pun sangat menyukai gaya kalian lho ketika ada di jalan. Gagah betul nampaknya, tapi memang begitu sulit di Indonesia ini, bangsa yang berangkat dari budaya egaliter dan kolegial yang sama-sama berjuang dari jaman penjajahan, perjuangan kemerdekaan, hingga sekarang perjuangan yang lain tentu harus saling menghormati satu sama lain. Eksklusivisme masih jadi tantangan teman-teman. 

Teman-teman mungkin juga paham, di jalan tol, yang menggunakan mobil juga bukan semuanya orang berduit macam teman-teman, yang bisa melakukan touring nan jauh dengan biaya yang tidak sedikit. Kadang kami pergi ini, dengan jarak yang dekat-dekat saja, yang penting anak senang, istri riang. Lumayan bisa putar-putar kota melihat jalan karena setiap hari sudah disibukkan dengan urusan perkantongan. 

Ah teman-teman mogeku, yuk kita main bareng-bareng. Aku senang kalian memiliki barang indah itu, tapi mohon lah jangan kau menjadi temanku yang eksklusif. Banyak maumu, membuat kami pun pusing, hidup tak melulu soal keinginan, namun sesekali berbagi dan saling mengerti itu inti kebahagiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun