“Aku gugup. Aku merasakan sesuatu yang penting yang akan terjadi. Tapi apa?”Ir.Soekarno
Bertepatan dengan dijatuhkannya bom nuklir di Nagasaki, Sukarno, Hatta, dan Radjiman terbang menuju Dalat pada 9 Agustus 1945. Sebuah misi penting diemban oleh tiga sekawan menuju pertemuan yang akan menjadi saksi sejarah luhur kemerdekaan Indonesia. Soekarno gugup, pun juga Hatta dalam hati mereka masih tidak menyangka setelah ratusan purnama dalam harap penuh siksa dan ketulusan cinta bagi bangsanya, akhirnya saat itu tiba.
Dihujani perasaaan sejuta anugerah oleh Sang Hyang Alam mereka mantap melangkah. Namun, kecemasan mereka bertambah karena mereka belum tahu alasan dipanggil Terauchi Hisaicihi, Sang Jenderal Panglima Perang Jepang wilayah Selatan (Asia Tenggara) itu. Baru pada 12 Agustus 1945 pagi-pagi sekali, mereka berangkat menuju Dalat, Vietnam. Mereka dijadwalkan bertemu dengan Terauchi sekitar pukul 10.00 WIB. Setelah bertemu, ketiganya baru lega mendengar bahwa Jepang akan segera memerdekakan Indonesia.
Saat itu Sukarno bertanya kepada Terauchi, kapan keputusan Tokyo tentang Indonesia merdeka dapat diumumkan kepada rakyatnya. Terauchi menjawab, “Terserah kepada tuan-tuan panitia persiapan, kapan saja dapat. Itu sudah menjadi urusan tuan-tuan,” jawabnya seperti tertulis dalam Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2015).
Sepenggal cerita persiapan kemerdekaan Indonesia di atas, barangkali menjadi saksi betapa Vietnam memang ditakdirkan menjadi saksi perjalanan kisah Indonesia. Layaknya teman lama yang dipisahkan oleh nasib sejarah, laga Vietnam dan Indonesia dalam semifinal Piala AFF 2022 ini akan menjadi laga trengginas kedua kesebelasan. Sruput kopi tubruk pagi Soekarno dalam ritual paginya, mungkin tidak akan pernah menyangka, Vietnam kini menjadi salah satu tim terkuat di Asia Tenggara saat ini. Hari ini, Jumat 6 Januari 2023, pasukan Garuda Muda akan bertarung melawan The Golden Star Warriors.
Manakah yang akan lebih unggul akan terjawab dalam laga panas tersebut. Apakah racikan Kopi Tubruk oppa Shin Tae Yong atau justru racikan Vietnam drip Park Hang-seo sang pelatih Vietnam yang akan memenangkan laga tersebut. Tentu kita berharap pasukan Kopi Tubruk lah yang memenangkannya. Amin paling serius, begitu Sal Priadi mendaraskannya.
Kopi Tubruk dan Vietnam Drip
Memilih strategi kopi tubruk bagi racikan timnas Indonesia di laga kontra Vietnam berangkat dari pemikiran bahwa permainan sederhana dan gak njlimet sudah selayaknya dilakukan oleh Indonesia. Kita ingat betul, saat laga melawan Thailand peluang terbesar Indonesia hadir pada menit ke-39. Witan Sulaeman mampu mencuri bola, kali ini langsung dari kiper Thailand yang terlalu maju. Entah karena kurang selow, atau kepikiran pay latter, Witan seolah tak fokus melihat gawang yang sudah kosong melompong. Gawang yang seolah siap menelan pisang goreng yang empuk dan renyah tak mampu menelannya. Ahhhhh Witan, kurang kopi nampaknya, kurang menikmati pagi, jadi perlu ngopi dulu. Sungguh disayangkan.
Keunggulan pemain Indonesia sebenarnya mulai terasa pada 15 menit terakhir, ketika mereka bertubi-tubi menekan area Thailand. Namun, terlalu sering menyerang membuat konsentrasi bertahan agak goyang. Terbukti, pada menit ke-80, Thailand berhasil mencuri gol balasan melalui Sarach Yooyen. Tendangan gelandang bernomor punggung 6 tersebut sempat membentur kaki Ricky Kambuaya sebelum menembus jala Nadeo Argawinata. Lagi, lagi dan lagi.....konsistensi menjadi pekerjaan rumah Indonesia.