Mohon tunggu...
Den Mas Vic
Den Mas Vic Mohon Tunggu... Sales - Indah Karena Benar

Nostalgiaers

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pos Indonesia, Nostalgia Menunggu Secarik Kertas dan Kelindan Perusahaan dengan Zaman

4 Januari 2023   15:28 Diperbarui: 4 Januari 2023   16:09 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat Ibu Ainun untuk Bapak B.J Habibie saat ulang tahun ke-60, sumber: IDN Times

Teruntuk Mas Cahya tersayang, Bandung dulu baru Jakarta, senyum dulu baru dibaca

Teman-teman yang lahir di rentang waktu 1981-1996 dan saat ini berusia 24-39 tahun, mungkin sempat merasakan sensasi membaca surat dalam secarik kertas atau bahkan lebih. 

Surat yang ditulis dengan seksama dan tentunya dengan penuh pemikiran, karena pasti susah betul memikirkan apa yang hendak ditulis. Rasanya memang seperti itu, karena bagi mereka yang dulunya dipisahkan oleh pacaran jarak jauh maupun dipisahkan karena perantauan, mengirimi dan dikirimi surat adalah momen yang begitu indah dan sangat dinantikan. 

Surat ditulis, ditanda tangan, bahkan diberikan kecupan lippenstift  atau pemulas bibir untuk menjadi kenang-kenangan dan mungkin bagi sebagian nostalgia biologi pasangan. 

Tak lupa, dimasukkan ke dalam amplop, dan perangko kala itu melengkapi nuansa saling jauh ini. Setelah proses serba imaji dan fantasi dalam rupa tekstual, kini saatnya bagi POS INDONESIA menyalurkan hasrat isi surat tersebut. Pak Pos sebagai penyampai pesan, memiliki fungsi strategis. Tak hanya memastikan surat itu sampai kepada si empunya isi surat, namun ia juga memastikan surat dalam keadaan baik dan tidak rusak.

Kembali ke masa itu, mungkin kita benar-benar menikmati senja layaknya sebuah semburat jingga yang membuat hati tersayat-sayat, saat mengingat wajah kedua orang tua yang telah menua. 

Dalam doa mereka mendaraskan puja kepada semesta agar Sang Khalik menjaga anaknya yang berjuang demi hidup mereka berdua yang tak mampu lagi melawan kehendak alam, dan juga bagi mereka. Di masa kini, generasi sandwich istilahnya. 

Bagi sang kekasih, membaca surat sambil memeluk guling seolah menjadi pelampiasan rindu yang tak kunjung usai. Terkadang suratpun memiliki aroma minyak wangi sang kekasih, yang membuat rasa rindu itu semakin membuncah. Di jaman itu, imaji memang memiliki peran penting, itulah mungkin kenapa surat-surat selalu memiliki pesan yang begitu dalam dan sarat makna.

Surat Ibu Ainun untuk Bapak B.J Habibie saat ulang tahun ke-60, sumber: IDN Times
Surat Ibu Ainun untuk Bapak B.J Habibie saat ulang tahun ke-60, sumber: IDN Times

Pos Indonesia, Dulu, Kini, dan Nanti

Melansir situs Harapan Rakyat.com , menurut Asa Briggs dalam bukunya berjudul "Sejarah Sosial Media", (2006) pertama kali Kantor Pos Indonesia berdiri di Batavia pada tanggal 26 Agustus 1746. Pendiri kantor administrasi surat menyurat ini adalah Jenderal G. W. Baron van Imhoff yang kala itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal VOC di Batavia.

Adapun tujuan pendirian Kantor Pos pertama kali adalah menjamin keamanan surat, terutama surat-surat yang memuat pesan perdagangan. Seperti permintaan barang dari Belanda kepada pengepul rempah di Nusantara dengan cepat. Oleh sebab itu penggunaan Kantor Pos didominasi oleh kalangan Eropa. Seperti Belanda, Portugis, Spanyol, dan Inggris tatkala kejayaan Perusahaan Hindia Timur Belanda: Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) masih berdiri.

Karena adanya Kantor Pos perdagangan mereka lancar. Keuntungan dari perdagangan inipun membuat Belanda terdaftar menjadi negara penjajah yang kaya. Keberhasilan ini kemudian dibuat modal untuk membangun cabang-cabang Kantor Pos untuk daerah prioritas perdagangan, seperti kota-kota Pelabuhan di Jawa. 

Setelah kantor pos pertama di Batavia berdiri, empat tahun kemudian dibangun pula kantor pos di Semarang agar tercipta jalur perhubungan pos yang teratur antara kedua kota besar itu. Rute perjalanan pos kala itu ialah melalui Karawang, Cirebon, dan Pekalongan. Dibukanya Jalan Raya Pos atau De Grote Postweg kian memperlancar akses distribusi informasi di Hindia.

Dikutip dari Antara.com, 2019, laba bersih Pos Indonesia tercatat minus Rp 104,78 miliar, lalu naik 440 persen menjadi Rp355,90 miliar pada tahun 2020, dan kembali tumbuh 68 persen menjadi Rp599,34 miliar pada tahun 2021.

Direktur Bisnis Kurir dan Logistik Pos Indonesia Siti Choiriana mengatakan, program transformasi yang telah dilakukan Pos Indonesia adalah mendekatkan diri kepada kalangan milenial dan generasi Z yang membuat pendapatan dan laba perusahaan tumbuh positif dalam tiga dua tahun terakhir meski kondisi pandemi. 

Pos Indonesia optimistis, perusahaan plat merah ini dapat terus mencatatkan pertumbuhan pangsa pasar dan laba bersih dengan menyasar kalangan milenial dan generasi Z mengingat pengguna jasa kurir sudah sangat berubah dengan kompisisi 81 persen adalah generasi muda.

Kini, menjawab tantangan ke depan, bukan hal yang mudah bagi Pos Indonesia untuk terus mempertahankan. Tapi rasanya sejarah itu selalu berulang, ada adagium menarik mengatakan "The New New is Retro". Narasi kesenjaan, ketuaan, dan hal-hal nostalgia rasanya makin dinikmati oleh kalangan muda. 

Apakah akan ada inovasi imaji di perangko Pos Indonesia nantinya?  teknologi layaknya Daily Prophet-nya Harry Potter, yang memungkinkan kita melihat ekspresi si pengirim suratnya. Mungkin iya atau tidak, karena dari mimpi dan imajinasilah semuanya bisa terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun