Mohon tunggu...
raden kuswanto
raden kuswanto Mohon Tunggu... Buruh - saya hanya seorang yang mencoba menggambar apa yang ada di kepala saya dengan huruf, kata dan kalimat

saya dilahirkan di sebuah pulau di timur indonesia. diberi nama raden kuswanto dibesarkan di ujung timur pulau jawa.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

The Missing Link adalah Nol: #1

27 Maret 2023   14:16 Diperbarui: 27 Maret 2023   15:24 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syarat dan metode dalam sains dan teknologi yang menjadikannya gengsi akan meninjau ulang syarat dan metode itu. Syarat dan metode itu yang menjadikan sains dan teknologi enggan untuk menyatakan Tuhan itu ada, atau setidaknya mengakui mungkin Tuhan itu ada karena belum ditemukannya rumus mekanika di atas. Tetapi dengan syarat dan metode sains itu menjadikannya angkuh, menutup diri dan sibuk membuktikan bahwa segala sesuatu di jagat raya ini dimulai dengan nol atau tidak ada.

Padahal dalam syarat dan metode dalam sains, sampai saat ini belum satu manusia pun, bahkan manusia yang paling jenius sekalipun, bahkan satu bangsa atau seluruh manusia di bumi dan kolong langit ini, sepanjang jaman yang telah berlalu yang berhasil atau mengaku mampu mengambar suara dengan tepat atau presisi. Bukti bahwa pada zaman, pada era, pada bangsa, adanya gambar akan suara yang berbeda-beda (tulisan atau huruf atau sastra)adalah Fakta gambar akan suara hanyalah sebatas tafsir maka kita temui banyak ragam tulisan di dunia saat ini, bahkan pada era atau jaman yang telah berlalu.

Dan hampir seluruh umat manusia di dunia menganggap itu adalah sebuah kebenaran bahkan mendebatkannya. Tulisan saya sebelumnya tentang "Balada : Menemani akal mencari tuhan", "Balada : Menemani akal mengilustrasikan tuhan", mungkin perlu dibaca jika diperlukan untuk penjelasan tambahan. "kikikik, kamu tersinggung? Marah? 

Mau mencoba menggambar suara, melukiskan rasa? Jajalen! Kwokwokwok!"
Sepanjang jaman, sepanjang waktu yang telah berlalu, sampai saat inipun tidak ada satu manusiapun yang mampu mengambarkan suara dengan presisi ataupun sebaliknya. Bahkan untuk semua indra seandainya terpisah dari kepala ini, tidak ada satupun yang akan akur, atau saling percaya.

Entah kenapa sains dan teknologi enggan mengakui bahwa secara sains dan teknologi, mereka tidak bisa menyatakan bahwa tuhan itu tidak ada, tetapi mereka semakin larut dengan rumusan-rumusannya, temuan-temuannya, manipulasi-manipulasi dari hasil menurunkan sifat-sifat akan materi. Tetapi mereka lupa akan tujuan awal mereka bergerak sampai saat ini, bahwa mereka harus punya bukti yang pasti bahwa tuhan itu tidak ada. Bahwa semua berawal dari nol atau tidak ada, dan mereka seolah lupa membuat pernyataan "sampai saat ini Kami (sains dan teknologi) tidak bisa membuktikan bahwa tuhan tidak ada. 

Bahkan kelupaan mereka, ilmuan-ilmuan mereka, lupa membuat pernyataan itu sampai kematian menjemputnya. Dan kita dijejali dengan ilmu-ilmu mereka, teori-teori mereka, tetapi juga guru-guru kita lupa menyampaikan apa yang harusnya dinyatakan oleh para ilmuan sains itu, dampaknya dunia saat ini tertutup (cover/kafir) akan tuhan. Atau sebagian manusia bertuhan tapi tidak yakin. Bertuhan tapi hanya urusan ibadah syariat. Bertuhan hanya sebatas pintu rumah ibadah.

Metode tertutup sains dan teknologi

Dalam syarat dan metode dalam yang digunakan untuk memastikan sesuatu itu bisa terukur, teramati, dengan dilihat bentuknya atau warnanya, didengar suaranya, diraba teksturnya, dirasa akan rasanya, dan dicium aromanya kemundian diturunkan sifat-sifatnya atau dirumuskan sifat-sifatnya baru kemudian bisa dikatakan saintifik. Akan tetapi dalam metode yang digunakan itu juga gagal memastikan satu dengan yang lain. Misalnya sains tidak bisa memastikan jika warna merah itu pasti panas rasanya, atau biru pasti dingin, atau jika merah itu pasti manis rasanya, sedangkan hijau pasti pahit rasanya, dan seterusnya. 

Bahwa suara sesuatu tidak bisa dipastikan warna, rasa, tekstur dan aromanya, warna dan bentuk sesuatu tertentu tidak bisa dipastikan suara, aroma, tekstur dan rasanya. Dan semua yang bisa diidentifikasi oleh salah satu indra, maka indra yang lain tidak bisa memastikan bahwa bentuknya pasti ini, suara seperti ini, rasa ini, aroma ini, dan tekstur ini. Maka perangkat yang digunakan dalam sains yaitu syarat dan metode supaya sesuatu itu dikatakan sainstifik gagal untuk saling memastikan satu sama yang lain.

Lalu mengapa gelombang asumsi yang dibesar-besarkan, didengung-dengungkan dalam sains adalah "Tuhan tidak ada karena tidak ada bukti keberadaannya yang bisa ditangkap oleh indra (semua indra atau salah satu saja)". Sains mengambil istilah hukum alam bukan hukum tuhan hanya karena tidak mau mengakui keberadaan tuhan. Mengapa sains bergerak bahwa segala sesuatu berawal dari nol dan sibuk membuktikan bahwa tuhan tidak ada. Fakta bahwa sains tidak bisa membuktikan bahwa tuhan tidak ada tidak pernah diakui, sains tidak pernah mau menyatakan bahwa mereka juga belum bisa membuktikan bahwa tuhan tidak ada. 

Tidak pernah ada pernyataan seperti itu dalam buku-buku sains. Apakah dengan menyatakan bahwa sains tidak punya bukti bahwa tuhan tidak ada, adalah sebuah kehinaan? Atau apakah jika menyatakan itu "bahwa tuhan itu ada" sudah cukup tidak perlu penjelasan lagi, sains berhenti tidak perlu ada pengamatan, peneletian, pencarian?

Sekarang mari melihat diri kita (Aku dan Kamu juga Kalian semua) sebagai kelompok besar penikmat, atau yang terdampak akan produk-produk dari sains dan teknologi. Akankah kita masih akan tetap larut dalam yuforia (uforia), ingar-bingar, gegap-gempita sebagai penikmat produk-produk teknologi, tanpa ada tanggungjawab untuk membuktikan bahwa tuhan itu beneran tidak ada? Apakah cukup tanggungjawab pembuktian itu hanya diambil oleh para peneliti, para ilmuan sains saja? Bukankah sampai saat ini sains juga gagal membuktikan bahwa tuhan itu tidak ada? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun