Seorang kawan di grup WA bertanya, "Kok bisa ya Pak Prabowo jadi calon Menhan? Kansebelumnya rival dengan Pak Jokowi. Harusnya beliau di luar saja,jadi pihak oposisi". Dia melayangkan pertanyaan ini sambilmem-forward pemberitaan salah satu media online tentang kedatanganPak Prabowo ke istana sore tadi.
Membaca pertanyaanini, insting pengamat kampungku langsung muncul. Insting pengamatyang  sedikit mirip dengan pengamat politik yang ada di tivi-tivi itu:).
"Oh..saya baca inisemua muaranya untuk Puan Maharani", jawab saya.
"Bah..kok bisalari dan melompat ke sana. Jauh kali kapal itu", tanya seorangkawan yang lain.
"Begini. Dugaan saya ini masih terkait dan bermula dari peristiwa nasi goreng di Teuku Umar beberapa waktu yang lalu. Saat itu Megawati menjamu Prabowo makan dengan hidangan nasi goreng. Memang kemesraan ini seolah mengulang kemesraan di 2009, ketika mereka sama-sama berpasangan di pilpres 2009.
Tapi menurut saya,pertemuan itu tidak semata-mata bicara nostalgia 2009. Tidak jugahanya untuk rekonsiliasi pertarungan 2019 yang baru saja berlalu.Saya melihat ini lebih diarahkan ke 2024 nanti. Pertarungan pilpresdi 2024", tulis saya untuk memberi gambaran awal.
"Trus, apahubungannya? Kalau bicara 2024, apa hubungan dengan Puan Maharani?",tanya kawan itu lagi sedikit mendesak.
"Yah, Bu Mega kan pasti ingin Puan Maharani tidak hanya sebagai Ketua DPR saja. Pasti lebih dari itu. Bu Mega ingin Puan Maharani suatu saat nanti bisa menjadi presiden dari partai PDIP. Namun sebelum ke tahapan presiden, mungkin mulai dulu dengan menjadi wakil presiden. Tentu untuk tujuan itu, pilihan yang paling masuk akal adalah menjadi wakil presiden nya Pak Prabowo dulu di 2024 nanti. Puan Maharani ingin jadi wapres dulu, dan Prabowo masih ingin bertarung jadi presiden di 2024, nah...klop lah itu barang.
Jadi ini seolah-olahmengulang kembali pengalaman indah kebersamaan di 2009 yang lalu. Danjuga seolah menegakkan kembali perjanjian Batu Tulis yang sudahpernah ditandatangani. Jadi ceritanya, bisa jadi ini seperti"perjanjian yang tertunda selama 10 tahun". Tidak bisa 2014, 2024pun jadilah."
"Kan elektabilitasPuan Maharani nggak terlalu baik. Bagaimana pula nanti pasangan itubisa bersaing di 2024?" tanya kawan yang posting topik ini pertamakali.
"Nah, ini hal menarik untuk diamati. Tentu akan susah bersaing kalau jalurnya melalui pemilihan presiden/wakil presiden secara langsung. Karena itulah dipikirkan alternatif lain. Saya mau nanya dulu, menurut kalian mengapa akhir-akhir ini gencar diisukan untuk amandemen UUD? PDIP juga gencar menyampaikan isu ini ke publik. Apakah amandemen ini hanya terkait dengan penerapan kembali GBHN? Menurut saya sih tidak. Tidak sama sekali. Mungkin kita terlalu naif kalau hanya dibatasin untuk penerapan kembali GBHN. Saya lihat amandemen ini akan didorong untuk mengubah UUD kita, terutama pemilihan presiden/wakil presiden. Akan ada amandemen UUD yang mengarah pemilihan presiden dan wapres dilakukan oleh MPR, bukan lagi secara langsung. Â Â
Nah, kalau initerealisasi, maka akan semakin masuk akal untuk meng-golkan rencanapasangan Prabowo-Puan Maharani di pemilihan presiden 2024 nanti.Suara PDIP dan Gerindra sebanyak 206 kursi di DPR. Itu sudah sekitar29% total suara di MPR. Tinggal berdiskusi dengan beberapa partaiatau personel DPD, maka bukan hal yang susah untuk bertarung divoting MPR".
"Ok, kalau sajaitu benar. Apakah itu berarti Bu Mega dan PDIP memberikan endorsement(dorongan) ke Presiden Jokowi agar Gerindra bergabung ke pemerintahansaat ini?, tanya seorang kawan lagi.
"Ya betul, sayabaca keputusan Gerindra bergabung ke pemerintah dan penunjukanPrabowo jadi calon menhan ini berdasarkan endorsment dari PDIP kepadaPak Jokowi. Dengan masuknya Pak Prabowo ke kabinet, maka nantinyarencana ke 2024 akan lebih mudah, realistis dan mulus. Hubunganantara dua partai akan semakin harmonis, dan chemistry antara duacalon itu akan makin kelihatan dan makin kuat. Di samping itu, denganmenjadi Menteri Pertahanan, exposure aktivitas dan pandangan (ide)Pak Prabowo akan semakin banyak ke media dan masyarakat. Hal ini akanberdampak langsung ke elektabilitas beliau di 2024 nanti. Dalamkondisi ini, Prabowo akan beruntung, Puan Maharani dan PDIP juga akanikut diuntungkan", jawab saya.
"Trus menurutmu,Pak Jokowi happy nggak dengan keputusan ini?", cecar kawan yangsama.
"Ini bukan masalah happy tidak happy. Ini urusan tawar menawar, optimisasi berbagai kemungkinan yang ada. Kalau saya baca sih, Presiden Jokowi lebih suka ada oposisi sebagai mitra yang kritis di parlemen. Tadinya, ada harapan hal ini bisa diperankan oleh Gerindra. Namun demikian, perkembangan baru ini ini juga bisa diterima. Pak Jokowi sangat menghormati Bu Megawati dan PDIP, juga menghormati Pak Prabowo dan Gerindra. Masukan dari Bu Mega dan keinginan dari pak Prabowo menjadi bahan pertimbangan yang kuat bagi Presiden Jokowi untuk mengambil keputusan. Jadi, selama keputusan itu tidak mengorbankan kepentingan bangsa dan negara, maka masih bisa diterima, dilaksanakan dan diperjuangkan. Begitulah kira-kira" jawab saya menutup pembicaraan kami pagi itu. Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H