Mohon tunggu...
Candra Denita
Candra Denita Mohon Tunggu... -

Sosialita dan Kritikus #CITA

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Respon Kepada Editorial Media Indonesia

15 Juni 2012   09:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:57 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba saya cukup “ngehh” setelah membaca editorial media Indonesia hari ini http://m.mediaindonesia.com/index.php/read/2012/06/15/326273/70/13/Kegalauan_Yudhoyono . editorial yang berjudul Kegalauan yudhoyono menembak pernyataan SBY dalam sambutan di acara Silaturahim Tokoh Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat di Jakarta, Rabu (13/6) malam. Pendapat tetaplah pendapat, saya pun memiliki pendapat yang berbeda dari apa yang disampaikan editor Koran nasional itu.

Selama ini khalayak ramai mengetahui dengan pasti “iktikad” pemberitaan media (cetak/elektronik) pasti menjurus kepada penyudutan pemerintah. Sosok SBY menjadi bahan empuk untuk dijadikan mainan media. Sekecil gerakan aneh dari gesture tubuh presiden pasti menjadi trending topic. Masyarakat awam pun tahu gelagat media demikian semata karna demi “keuntungan” pemilik modalnya.

Politik pencitraan yang selalu diserang oleh pemilik modal melalui media yang dimilikinya menjadi paradoks. Menyebut politik pencitraan yang dibangun oleh SBY namun dalam waktu bersamaan membangun citra sebaliknya. Alasannya sederhana, ini politik bung so opini kontra opini.

Sebagai bagian rakyat Indonesia yang mengedepankan rasionalisasi, maka permainan data akurat tentu menjadi acuan pertama dan utama. Apalagi Opini kelas media saat ini bagaikan gossip selebriti yang tak bernilai. Opini yang dibangun sudah terkontaminasi gaya reporter entertaint. Mengedepankan bahasa lebay, alay, dan tidak bernilai.

Terkait isu korupsi di partai politik SBY menyampaikan data dan fakta bahwa di atas Partai Demokrat masih ada empat partai politik lainnya yang persentase korupsinya berturut-turut 34,6%, 24,6%, 9,2%, dan 5,32%. Totalnya 75%. Sedangkan Demokrat cuma 3,9%. (Persentase Korupsi Partai Politik tingkat DPRD).

Yang saya sayangkan adalah Pak SBY tidak menyampaikan data persentase korupsi oleh partai politik tingkat DPR RI. Padahal isu nasional justru berasal dari aktivitas korupsi oleh anggota DPR RI, termasuk democrat sendiri. Lihat saja bagaimana puluhan politisi senayan terseret secara berjamaah atas kasus cek pelawat. Nah, angka-angka di atas kertas ini yang juga harus disampaikan.

Harusnya begitu, tapi saya juga memiliki pandangan atas apa yang disampaikan SBY tentang kondisi di daerah. Bisa saja penjelasan demikian menunjukkan pesan secara langsung bahwa walau di tataran nasional hanya karna beberapa oknum kader PD menjadi merosot, tapi di grass root masih banyak para penjaga gawang suara rakyat untuk Partai Demokrat.

Ahh.. intinya begini saja, kalau media dan lebih khususnya pemilik modal menyebut upaya ‘pemojokan” kepada SBY sebagai proses politik, maka sangat wajar kemudian jika SBY mengedepankan perlawanan politik kepada media. Permainan politik harus dilawan juga dengan permainan politik.

Dan yang terakhir, saya cukup tidak sepakat kemudian jika menyebut SBY seperti anak kecil yang mencari pembenaran dengan mengungkit kesalahan teman atau saudaranya ketika ia ditegur. Saya lebih percaya perkataan anak kecil dibandingkan orang tua. Kita tahu bahwa anak kecil jauh lebih jujur daripada orang tua. So, SBY yang jujur ataukah anda wahai para media???. Sekian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun