Mohon tunggu...
Candra Denita
Candra Denita Mohon Tunggu... -

Sosialita dan Kritikus #CITA

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Politik" Di Sepak Bola

28 Mei 2012   08:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:41 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika di sepak bola spanyol, dunia mengenal laga el classico antara real Madrid dan Barcelona sebagai pertandingan fantastis, ditunggu-tunggu. Di italia pun demikian, ada derby della madonnina atau pun di inggris dengan pertandingan antar klub besarnya. Di Indonesia juga tidak pernah mau ketinggalan. Tahun lalu saya baru mendengar juga bahwa laga Persija Jakarta vs Persib bandung layak disebut sebagai laga el classico-nya Indonesia.

Masyarakat Indonesia yang gila bola memahami dengan baik tentang laga persija-persib ini. Sebuah laga yang tidak hanya panas di tengah lapangan, tapi di luar lapangan lebih panas; the Viking vs the jakmania. Perseteruan dua fans klub sepak bola ini memiliki sejarah panjang dalam hal saling serang menyerang, baik psikis bahkan lebih sering menjurus secara fisik langsung.

Sepak Bola Juga Politik

Sepak bola Indonesia semakin riuh juga dengan proses di tubuh PSSI yang selama ini kental dengan campur tangan politik. Tidak hanya demikian, di pentas laga resmi pun rakyat terutama para pengamat politik mempunyai dagelan tersendiri. Lihat saja jika presiden SBY datang ke stadion untuk menyaksikan laga Timnas melawan negara tertentu. Mereka tanpa segan menyatakan bahwa Timnas pasti kalah, alasannya sederhana; ini karena SBY menonton langsung. #Nahhh

Bangunan persepsi seperti itu kadang-kadang dibenarkan, terlebih lagi di kubu yang anti-SBY. Namun, kita harus menyadari sepenuhnya bahwa ternyata “kebencian kepada kaum tertentu mengakibatkan kita tidak akan pernah adil kepadanya”. Lihat saja bagaimana respon jika dari awal pandangan didasari kepada ketidaksukaan dan kebencian, hasilnya pasti tidak jernih.

Buktinya, jika memang rakyat adil menilai, khususnya para pengamat politik maka sesungguhnya laga persija vs persib pada Duel klasik kemarin harus menempatkan Nurhidayat Wahid sebagai biang keladi terjadinya bentrok antar supporter dan mengakibatkan 3 orang tewas. Alasannya sederhana, karena pada laga tersebut (27/05) Nurhidayat Wahid didampingi cawagub-nya, didik J. rachbini menonton langsung duel panas yang berkesudahan 2-2, plus 3 tumbal nyawa.

Jadi saya hanya ingin menyampaikan bahwa jika kekalahan Timnas karena SBY menonton langsung, begitu pun hasil persija yang seri dengan 3 supporter tewas juga karna calon gubernurnya menonton langsung.

Bagaimana, semua setuju kan jika kita bersikap adil kepada setiap orang???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun