Mohon tunggu...
Deni Sugandi
Deni Sugandi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, pemandu geowisata, fotografer

Aktif di profesi fotografi kebumian, editor fotografi untuk penerbitan beberapa publikasi Badan Geologi KESDM. Mengelola tour dan workshop fotografi di geotrip.asia. Bisa dihubungi melalui: contact@denisugandi.com.

Selanjutnya

Tutup

Money

SECEPAT KILAT DARI BAYANGAN

24 Agustus 2016   14:45 Diperbarui: 24 Agustus 2016   18:50 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekerjaan paling aneh yang dilakukan pada masa kini. Selain selalu bekerja dikotak gelap, harga jasa yang terlampau murah dan pengguna jasa semakin pudar. Itulah “Apdruk Poto Kilat” terima cetak kilat, lima menit langsung jadi!

Tangan cekatan itu, menyelipkan negatif format 135 milimeter dibalik bingkai, yang telah dibuat, sehingga foto tampak sebagian saja. Sang pelanggan duduk manis, sambil menghisap sebatang rokok. Ia menutupi badannya dengan menggunakan terpal terbuat dari bagor bekas, yang terpaku di atas atap gerobak, dengan demikian, setengah badannya bisa dianggap “light proof” masuk kedalam kamar gelap. Hanya kaki beralas sandal capit biru saja yang masih tersinari matahari. 

Nyaris tidak ada suara, entah apa yang sedang ia lakukan, namun imajinasi saya membayangkan, ia sedang mengatur fokus, jarak antara kertas foto dan banyangan yang diproyeksikan, dari lensa yang ia beli bekas seharga lima puluh ribu rupiah. Ia bekerja senyap. Kertas buatan Cina ia selipkan dibagian bawah lensa, diatas tatakan yang bisa diatur ketinggiannya, menangkap refleksi bayangan. Tanpa bantuan lampu pengaman (baca safelight, biasanya berwarna merah) ia meraba gambar dalam gelap, hanya menggunakan “perasaan saja” jawabnya. Sebuah lubang yang terletak di bagian atas atap gerobak, berfungsi sebagai sumber cahaya. 

Tepat sekali, pagi itu cahaya matahari masih bersahabat, masih bisa diajak kompromi untuk pekerjaannya. Ibarat menggoreng kerupuk, gambar pun mengembang di dalam larutan developer. Sedikit senyum muncul diwajahnya, rupanya larutan “agak” kadaluarsa ini masih bisa diajak kerja sama. Bilasan terakhir di ujung ember tua, ya, sudah beres. Ember tua kotor karena larutan developer itu adalah saksi tua, telah ribuan foto warga Bandung telah dicuci didalamnya. Tanpa air mengalir, cukup di rendam dan diulas tangan. Tepat hisapan batang rokok terakhir pelanggan, menandai proses cetak-foto telah selesai, uang tiga ribu rupiah berpindah tangan.

Panggil saja Otoy, pemilik nama lengkap Toto kelahiran Tasikmalaya tahun 1972 ini, mengawali karirnya sebatas hanya membantu membilas dan mengeringkan foto hasil cetak dengan petromax (foto disimpan di atas tutup bagian atas petromax) yang telah dicetak kakaknya, Engkos, tahun 1986 lalu. Kini, ia telah memiliki roda sendiri. Tulisan besar “Apdruk Poto Kilat” terpampang paling besar didepan gerobak mungil berukuran satu meter ke satu meter enam puluh. “Apdruk” yang dimaksud...

Sumber: http://blog.denisugandi.com/2016/08/24/secepat-kilat-dari-bayangan/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun