"DETEKTIF, PAKKKK!!!!!Â
"Tepat sekali!" spontan saya menimpali mereka.Â
"Kali ini, bapak punya beberapa kasus yang perlu dipecahkan. Bapak ingin kalian menjadi detektif-detektif cilik yang membantu bapak memecahkan kasus itu. Biasanya, apa saja yang diperlukan detektif untuk memecahkan kasus yang sulit dipecahkan?"Â
"Bukti-bukti dong pak!"Â
"Lagi-lagi, kalian keren. Tepat sekali! Bukti-bukti.... Dan, bukti-bukti untuk memecahkan kasus itu ada tiga; kata benda, kata sifat, dan kata kerja! Kita akan cari bukti-bukti tersebut dalam beberapa buku di perpustakaan. Lalu, kita akan kembali lagi ke kelas dan  kita pecahkan kasus itu bersama-sama! Setuju?!!!!!" pinta saya sekaligus memberi semangat.Â
"SETUJU!!!!!"Â
Anak-anak-segera bergegas menuju perpustakaan. Ketika diminta menamai kelompok detektif mereka, ada saja yang dilakukan. Pada satu kesempatan, ada kelompok yang menamai diri sebagai kelompok saos mekdi enak! Ada saja idenya. Padahal, cukup banyak nama tokoh detektif yang bisa diambil sebagai nama kelompok dari pelbagai kisah detektif kenamaan. Misalnya, Conan, Sherlock Holmes, Viktor Burakov, Hercules Poirot, Mario Didio Falco, atau Robert Langdon. Bisa jadi mereka belum membaca kisah-kisah itu.Â
Ada tiga kelompok anak yang biasanya akan langsung tampak dalam sesi kegiatan di luar kelas. Pertama, kelompok anak yang mendengarkan penjelasan dengan detail. Mereka biasanya akan segera mencari buku yang sederhana dan mudah dimengerti dengan beragam kosakata sederhana.Â
Kedua, kelompok anak yang kreatif. Mereka sering kali punya pemikiran yang lain dari teman-temannya. Selain mencoba mencari buku yang lebih kompleks lingkup semantiknya, mereka bakal mengambil buku babon, apa pun yang bisa ditemui di rak perpustakaan. Ketiga, kelompok anak yang instan.Â
Alih-alih memilih buku bacaan, yang diambil adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia. Di situ sudah jelas tertulis beragam kosakata yang dibutuhkan, lengkap dengan keterangan kata tersebut adalah kata benda, kata kerja, atau kata sifat. Kelompok terakhir adalah generasi zamannya. Bisa jadi pemikirannya adalah ngapain ribet weh!Â
Sekelumit kisah di atas adalah cerita yang dipraktikkan di lingkungan sekolah saya. Menjadi Detektif Kata tak lain adalah upaya mengajak anak untuk memperluas lingkup semantik mereka. Dari memperluas perbendaharaan kata dan membedakan jenis kata, setidaknya anak-anak mempunyai bekal dasar yang nantinya akan dipakai dalam kompleksnya kalimat ilmiah.Â