Mohon tunggu...
Densa Story
Densa Story Mohon Tunggu... Penulis - Content Creator

Seorang yang ingin belajar kreatif, melalui tulisan yang edukatif, sehingga dapat menginspirasi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Salib dan Patung Ditutup Kain Ungu?

21 Maret 2021   06:00 Diperbarui: 21 Maret 2021   06:00 11215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa salib dan patung-patung di dalam Gereja Katolik ditutup dengan kain ungu? Pertanyaan ini sering kali muncul dikalangan umat Katolik sendiri ketika memasuki gedung gereja, dan kadang pula banyak simpatisan atau katekumen (calon babtis) menanyakan hal itu kepada umat Katolik, tapi mereka tidak bisa menjelaskan sebab belum mengetahui juga sebabnya.

Sebenarnya, Masa Prapaskah terbagi lagi ke dalam masa-masa tertentu untuk lebih mengkhususkan liturgi kepada hal yang mau dihayati secara lebih dalam. Minggu Prapaskah IV yang baru kita rayakan seminggu yang lalu disebut Minggu Laetare. 

Laetare dalam bahasa Indonesia artinya 'bersukacita', suatu masa dimana umat diajak untuk bersukacita sejenak di dalam masa pertobatan agar kita diberikan semangat baru untuk menyongsong Perayaan Paskah yang 3 minggu lagi akan kita rayakan. Di pekan inilah, biasanya Gereja mengadakan Ibadat Tobat dan Sakramen Rekonsiliasi untuk menghapus dosa umat sebagai pembersihan jiwa untuk Perayaan Paskah.

Setelah Minggu Prapaskah IV, masuk ke Minggu Prapaskah V yang dimulai sejak Sabtu sore pkl. 18.00 waktu setempat. Saat inilah Gereja memasuki yang disebut Masa Sengsara. Pada Sabtu sebelum Misa Sore/Ibadat Sore Minggu Prapaskah V, salib dan patung-patung di dalam gereja ditutup kain ungu tua polos. Apa sih maksudnya? Apa supaya salib dan patung-patung tetap kinclong ketika Paskah? Tentu bukan itu tujuannya.

Salib dan patung-patung ditutup kain ungu untuk menciptakan suasana berkabung atas sengsara dan wafat Kristus yang kian mendekat. Bagaikan seorang yang mengenakan kain kabung, demikian juga Gereja menyelubungi dirinya dengan kain kabung yang dilambangkan dengan penutupan salib dan patung-patung dengan kain ungu. 

Pada Masa Sengsara yang berlangsung sampai menjelang Malam Paskah, Gereja mau masuk lebih dalam lagi ke dalam Kisah Sengsara Tuhan Yesus dan membawa sengsara-Nya lebih dan lebih dalam lagi ke hadapan umat-Nya. Liturgi mengesampingkan semua lambang sukacita, dan menampilkan dalam kata dan perbuatan, kesedihan dan pertobatan yang harus mengisi setiap jiwa Kristen pada saat merenungkan peristiwa-peristiwa Tuhan Yesus menjelang akhir hidup-Nya di dunia ini. Jadi, salib dan patung-patung di gereja ditutup kain ungu sebagai simbol perkabungan.

Ketika umat melihat salib dan patung-patung yang ditutup kain ungu ini, diharapkan umat beriman mau menyesali segala dosa-dosanya, bertobat, dan mempersatukan tobatnya itu dalam penghayatan yang lebih dalam akan sengsara dan wafat Yesus. Umat beriman juga harus menarik diri dari kesenangan duniawi serta menghidupi diri dengan semangat saling berbagi kasih kepada semua orang, bukan hanya kepada orang-orang yang berkenan di hati, tetapi kepada semua orang, dengan memberikan perhatian psikologis dan materil kepada mereka yang kurang dipedulikan, sebagaimana Kristus telah mengasihi sampai sehabis-habisnya.

MENGAPA HARUS WARNA UNGU TUA?

Warna ungu di dalam tradisi Gereja melambangkan pertobatan, kesedihan, dan keprihatinan. Warna ungu adalah warna perkabungan, warna kerendahan hati bagaikan bunga Violet yang menunduk ke arah tanah, dan laksana langit menjelang fajar yang ungu-kebiruan. 

Dengan demikian ungu juga melambangkan harapan akan masa depan, dan hal ini nampak dalam Masa Adven ketika liturgi memfokuskan diri untuk menanti kedatangan Tuhan yang kedua kali. Sehingga dengan demikian, dipakailah kain berwarna ungu tua polos untuk menutupi salib dan patung-patung dalam gereja.

Gambar/relief Jalan Salib dan gambar-gambar Yesus dan para kudus yang ada di jendela kaca patri gereja (bila ada) tidak ikut diselubungi. Salib berpatung Yesus akan dibuka selubungnya ketika Ritus Penghormatan Salib pada Ibadat Jumat Agung. Biasanya ketika ritus ini, kain selubung salib boleh diganti jadi warna merah darah yang melambangkan pengorbanan. Sementara untuk selubung patung akan dibuka pada menjelang perayaan Malam Paskah.

BOLEHKAN SALIB DAN PATUNG ORANG KUDUS DI RUMAH IKUT DITUTUP KAIN UNGU?

Boleh, tapi tidak menjadi keharusan. Bila penyelubungan salib dan patung-patung orang kudus dapat membantu Anda dan keluarga untuk lebih menghayati sengsara Tuhan Yesus, sangat dianjurkan untuk melakukannya.

Selamat memasuki Masa Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus bagi para pembaca yang memperingatinya. Semoga dalam 2 minggu ke depan ini, Anda semakin menghayati kasih dan pengorbanan Kristus untuk menebus segala dosa manusia di atas kayu salib. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun