Mohon tunggu...
Densa Story
Densa Story Mohon Tunggu... Penulis - Content Creator

Seorang yang ingin belajar kreatif, melalui tulisan yang edukatif, sehingga dapat menginspirasi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makna Rabu Abu dan Masa Puasa Prapaskah

17 Februari 2021   11:10 Diperbarui: 17 Februari 2021   11:16 1764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Rabu, 17 Februari 2021, Gereja mulai memasuki Masa Prapaskah yang diawali dengan hari Rabu Abu. Masa Prapaskah ini berlangsung mulai dari Rabu Abu selama 40 hari (tidak termasuk hari Minggu) sampai pada hari Sabtu Sunyi pkl 17.59 menjelang Malam Paskah pada Sabtu, 3 April 2021. Selama 40 hari ini, seluruh umat Kristiani diwajibkan menjalankan puasa dan pantang mengikuti teladan Yesus sendiri yang berpuasa 40 hari sebelum memulai karya-Nya di dunia ini. Umat Kristiani juga diajak untuk merenungkan kisah Paskah yang pertama, yaitu perjalanan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah Kanaan Palestina dengan berjalan kaki di padang gurun gersang selama 40 tahun lamanya. Dan yang terpenting adalah umat diajak merenungkan sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus yang menyelamatkan mereka dari dosa.

Masa Prapaskah selalu dimulai dengan hari Rabu Abu. Ini merupakan hari yang sangat penting dan keramat bagi Gereja: "Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya." (Yoel 2: 15) Hendaklah semua orang berseru-seru sambil meratap kepada Tuhan memohon pengampunan dari-Nya: "Sayangilah, ya Tuhan, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela." (Yoel 2: 17) Di dalam Gereja Katolik dan beberapa Gereja Protestan, jemaat yang hadir dalam Misa/Kebaktian akan dioleskan pada dahi/ditaburkan pada ubun-ubun sejumput abu dari daun palem pada Minggu Palma tahun lalu yang sudah dibakar. Maksud dari simbol ini supaya menyadarkan bahwa manusia itu terbuat dari debu dan akan kembali menjadi debu. Sehebat apapun manusia, ia pasti akan mati dan bentuk tubuh secantik, seganteng, dan seelok apapun akan kembali menjadi debu, baik itu dikubur atau dikremasi, semuanya akan menjadi debu, karena dari situlah manusia dibuat dan akan kembali ke wujud debu.

Sebagaimana abu itu kotor dan tidak berguna, seperti itulah kondisi manusia yang penuh dosa dihadapan Tuhan. Sebagaimana abu itu rapuh, demikian juga sehebat apapun manusia pasti ada kerapuhan, dan setiap manusia harus menyadari kerapuhannya secara tulus. Atas dasar kesadaran itulah, manusia dituntun untuk rendah hati, tidak mengandalkan kekuatan dirinya sendiri, dan tidak menyombongkan diri dihadapan orang yang lebih rendah darinya. Jadi bagi Anda yang sehabis pulang Ibadah Rabu Abu atau masih nyaman mengikuti ibadah online dari HP masing-masing lalu dioleskan abu di dahi, terus sesudahnya selfie+menyebarkannya di media sosial; itu sama saja Anda bangga bahwa Anda adalah orang berdosa, Anda bangga bahwa Anda itu hanya debu, Anda bangga bahwa Anda itu rapuh.

Pengolesan abu pada dahi saat Rabu Abu
Pengolesan abu pada dahi saat Rabu Abu

Lalu yang melakukannya berkata untuk membenarkan dirinya: "Gw kan mau memberi kesaksian!" Apakah kesaksian Kristiani itu dengan menyombongkan setebal apa abu di dahi lalu disebarkan di media sosial? Ingat pesan Yesus: "Jangan sampai melakukan kewajiban agamamu dihadapan orang supaya dilihat. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga." (Mat 6: 1) Bila Anda menyadari bahwa diri Anda itu rapuh seperti abu, hendaklah Anda mewujudkan rasa sadar itu dengan tidak berlaku sombong, seperti tidak menyebarkan kebahagiaan pribadi ke media sosial, tidak menceritakan hal-hal yang tinggi kepada mereka yang rendah. Sebab sekalipun maksud Anda baik, belum tentu orang lain menerima baik. Mungkin saja ada orang yang jadi iri hati atau putus asa karena perbuatan Anda sendiri.

Pada Masa Prapaskah yang dimulai dari Rabu Abu ini, umat Kristiani harus melakukan puasa dan pantang. Di dalam Gereja Katolik, wajib puasa berlaku pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung, sementara wajib pantang berlaku pada Rabu Abu, Jumat Agung, dan setiap hari Jumat selama Masa Prapaskah. Tetapi Gereja sangat mengapresiasi umatnya yang melakukan puasa dan/atau pantang 40 hari penuh. Gereja Katolik juga mempunyai cara sendiri untuk berpuasa, yaitu makan kenyang 1x, sisanya harus tidak kenyang alias mengurangi porsi. Tapi cara ini sifatnya fleksibel, sehingga umat diperkenankan untuk melakukan cara puasa yang cocok bagi dirinya. Yang terpenting adalah makna dari puasa itu sendiri, yaitu ikut merasakan penderitaan sesama yang berkekurangan. Dengan kita kelaparan atau kehausan, bagi Anda yang kaya raya jadi tahu bagaimana rasanya jadi orang susah. Perasaan lapar dan haus ini bukan sekedar uji kekuatan fisik, tapi harus disertai dengan ketergerakkan untuk mau membantu mereka yang miskin secara materil dan psikologis. Hasil penghematan uang makan yang tidak digunakan karena puasa itu kita sedekahkan kepada mereka yang miskin dan menderita, sambil mendoakan mereka supaya diberi kekuatan dan rejeki dari Tuhan.

Umat Kristiani juga wajib pantang, dan yang paling sering dilakukan adalah pantang makan daging, sebab daging dinilai sebagai bahan makanan dengan harga yang mahal. Ingat sama halnya dengan puasa, pantang juga dimaksudkan untuk berhemat. Bukan itu saja, pantang dimaksudkan untuk mengendalikan diri dari segala keinginan yang tanpa batas. Sehingga bagi Anda yang setiap saat bisa makan steak, ayam, burger, rendang, gepuk, ikan, seafood, apalagi makan daging babi, pantang daging merupakan hal yang cocok. Tapi bagi Anda yang tidak pernah makan daging, percuma saja bila Anda pantang daging. Jadi pantang yang paling tetap adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang Anda senangi. Misalnya Anda suka beli kuota internet 10 GB per minggu, kurangi jadi 6 GB, sisa uangnya disedekahkan. Bisa juga pantang yang bersifat rohani seperti pantang marah, ngomel, mengeluh, sombong, bernafsu, dan segala sifat buruk lainnya. Atau kalau mau yang lebih ekstrim adalah pantang garam, sehingga Anda dapat merasakan susahnya bangsa Israel ketika keluar dari Mesir harus makan roti manna yang anyep selama 40 tahun!

Puasa dan Pantang adalah cara supaya kita lebih peduli terhadap kesusahan orang-orang miskin, apalagi sekarang kita harus memasuki Masa Raya Paskah dalam masa pandemi Corona untuk kedua kalinya. Di dalam masa resesi ekonomi ini, banyak orang yang kesusahan dan memerlukan bantuan. Hendaklah bila kita ada rejeki lebih, sisihkanlah itu dengan rela hati untuk orang-orang miskin. Tak lupa di masa yang penuh rahmat ini kita diajak untuk lebih banyak berdoa dan mendoakan semua orang yang menderita sengsara, memberi perhatian kepada orang-orang di sekitar kita yang jarang kita perhatikan seperti orang tua, sahabat, teman, dan kenalan kita. Kita juga diajak untuk semakin menghayati karya penebusan kita melalui sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus.

Sama seperti ketika saudara-saudari kita umat Muslim wajib mengikuti tarawih setiap malam di bulan Ramadhan, Gereja Katolik juga ada 'tarawih' yang hanya ada di Masa Prapaskah, yaitu Ibadat Jalan Salib. Melalui ibadat ini, umat diajak untuk mengikuti selangkah demi selangkah kisah sengsara Tuhan kita Yesus Kristus, mulai dari pengadilan Pilatus, memanggul salib,  disalibkan, wafat, dan dimakamkan. Dengan demikian selain mengenang karya penebusan, kita diundang untuk mempersatukan penderitaan kita dengan penderitaan Yesus, supaya kita pun boleh ikut ambil bagian pada sukacita kebangkitan Yesus. Jadi jangan lupa ikut Ibadat Jalan Salib di gereja paroki masing-masing. Bagi mereka yang tidak izinkan masuk gereja karena sakit atau lanjut usia atau tidak punya ongkos ke gereja, berdoalah Jalan Salib secara pribadi atau mengikuti Ibadah Jalan Salib online di HP masing-masing. Tapi bagi yang sehat bugar perkasa dan punya ongkos, harus ke gereja ya, jangan malas atau beralasan takut Corona lalu nonton ibadah di HP/komputer/smart TV masing-masing.

Prosesi Ibadat Jalan Salib
Prosesi Ibadat Jalan Salib

Akhir kata saya ucapkan Selamat Rabu Abu, Selamat menjalankan ibadah Puasa dan Pantang bagi seluruh umat Kristiani. Semoga segala doa dan amal ibadah Anda berkenan pada-Nya serta semakin membuat Anda bersatu dengan-Nya dan lebih dekat pada sesama manusia dan alam ciptaan-Nya. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun