Mohon tunggu...
Densa Story
Densa Story Mohon Tunggu... Penulis - Content Creator

Seorang yang ingin belajar kreatif, melalui tulisan yang edukatif, sehingga dapat menginspirasi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Dukun Lebih Manjur?

9 Februari 2021   16:00 Diperbarui: 9 Februari 2021   16:10 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Finansial-bisnis.com

Pada suatu hari saya naik angkot. Angkot tersebut sepi karena imbas tidak adanya anak sekolah bersama orang tuanya, sebab masih menerapkan pembelajaran secara online dari HP atau komputer masing-masing. Ketika saya tanyakan kepada supir angkot tersebut tentang dampak resesi yang dia alami, dia mulai mengeluh. Supir tersebut sering tidak bisa pulang bawa uang, sebab uang yang didapat sudah habis untuk beli bensin, tak ada lebihnya buat dia. 

Sudah begitu, dia tidak mendapatkan bantuan dari Pemerintah sebab RT dan RW di tempat tinggalnya tidak mau membantu mendaftarkannya sebagai penerima bantuan. Malah ada tetangganya yang punya motor bagus dan istrinya yang suka pakai gelang dan cincin emas berpuluhan gram di tangannya dapat bantuan Pemerintah, sebab mereka merupakan kerabat dari RT dan RW tersebut. Sehingga RT dan RW tersebut pilih kasih.

Setelah angkot berjalan menyusuri sebuah jalan kecil, nampaklah disisi jalan sebuah toko keripik yang terkenal lengkap dan murah harganya. Disitu dijual keripik serba Rp. 2.000,- dan menjual keripik kemasan bal-balan juga. Banyak orang berbondong-bondong ke toko itu, memakai keranjang seperti di supermarket, dan beli keripik serba 2 ribu itu sampai sekeranjang penuh. 

Ada juga yang beli bal-balan pakai motor atau mobil. Sangat aneh di lokasi yang sunyi itu bisa ada toko keripik yang laris manis, termasuk di masa pandemi dan resesi seperti ini. Di tengah pelaku usaha lain termasuk toko keripik lain sepi pembeli, toko yang satu ini tetap ramai dan pegawainya pun kewalahan melayani pembeli. Toko tersebut sama sekali tidak terkena dampak resesi ekonomi.

Penjualnya adalah seorang ibu sangat tambun, kalau berjalan ngegeboy, maka ia lebih sering bertakhta di singgasananya yang dilaci mejanya bertumpuklah uang merah biru yang tak terhitung banyaknya. Wajah ibu tambun itu sangat mengerikan, make up nya tebal alias melok-melok, di lengannya ada gelang kerincing yang banyak sekali, dan ia sangat tidak ramah kepada para pembeli. 

Setiap pembeli yang mau bayar harus berhadapan dengan ibu tambun itu. Ibu tambun itu sangat pelit, minta kresek saja tidak dikasih. Tetapi meskipun pelayanannya jauh dari baik, pelanggannya sangat banyak dan tidak pernah berkurang.

Ketika angkot tersebut melintas di depan toko keripik tersebut, saya bertanya kepada supir angkot itu, “Pak, kenapa ya toko itu banyak aja yang beli?” Jawab supir angkot tersebut, “Biasalah, kan pakai ‘bumbu’.” Ya iyalah, kan keripik pasti pakai bumbu seperti garam, bubuk cabe, dll “Maksudnya ‘bumbu’ itu pakai penglaris. Dukun maksudnya! Lihat saja dandanannya aneh, make up nya melok-melok kayak pocong. Sudah pastilah yang kayak gitu pakai dukun. Lihat nanti di depan ada penjual mie ayam juga pakai dukun. Mienya biasa-biasa saja rasanya tapi yang beli banyak sekali, itu pakai dukun.” jawab sang supir. 

Setelah terdiam sebentar, saya bertanya, “Kenapa ya pak, kalau yang pakai dukun itu bisa sukses dan kaya, kalau yang pakai berdoa kayak nggak bisa sukses?” Jawab supir itu, “Nggak tau mas...”

Cerita dan fakta seperti di atas bukanlah kisah baru di Indonesia. Di dalam masa resesi seperti ini, banyak pelaku usaha mengalami penurunan pendapatan, terancam bangkrut atau sudah bangkrut. Tetapi memang ada beberapa pelaku usaha yang tetap laris manis, bahkan tambah laris saja. Kemungkinan besar yang demikian menggunakan dukun alias penglaris alias pesugihan

Biasanya yang menggunakan beginian adalah ketika pelayanan, kualitas, dan harga tidak sebanding untuk menarik perhatian konsumen, tetapi karena ada keterpikatan gaib akhirnya banyak pengunjung ketagihan mengkonsumsi produknya dan menghabiskan uangnya disitu. Lalu apa yang menjadi sebab orang menggunakan penglaris? Semudah itukah memakai penglaris? Sebesar itukah kuasa jahat sehingga bisa mendatangkan kekayaan?

Banyak faktor penyebab orang memakai penglaris atau pesugihan. Tetapi yang sering terjadi adalah karena kepepet. Ia mungkin sedang terlilit hutang yang sangat besar, rumahnya dan segala isinya bisa disita bila tidak melunasi hutangnya. Ia sudah berdoa komat-kamit kepada-Nya minta rejeki, tapi Ia tidak memberikannya. 

Ia membiarkan manusia itu hidup dalam ketidakpastian. Atas dasar sayang kepada keluarganya, tidak mau lihat keluarganya susah, akhirnya ia terpaksa mengikuti pesugihan. Jadi kesimpulannya adalah karena banyak orang kepepet dan terpaksa ingin menyelamatkan hidupnya dari kebangkrutan, sesudah ia meminta kepada kuasa baik (Tuhan) namun tak dikabulkan-Nya, maka ia meminta kepada kuasa jahat (setan).

Seberapa besarkah kuasa jahat sehingga mampu mendatangkan kekayaan? Dalam ajaran Gereja Katolik, Tuhan itu adalah Roh, dan Ia menciptakan roh-roh yang sering kita sebut sebagai malaikat. Roh-roh itu diciptakan jauh sebelum Tuhan menciptakan langit dan bumi. Roh itu tidak berwujud tapi sangat besar kuasanya, dan kadang-kadang roh-roh itu menampakkan diri kepada manusia dengan beragam wujud, sebab malaikat tidak punya raga seperti manusia. 

Malaikat-malaikat itu diciptakan Tuhan dengan maksud untuk melayani Tuhan. Tetapi 1/3 dari malaikat-malaikat itu ingin menjadi seperti Tuhan, maka mereka pun jatuh dalam dosa dan tidak bisa bertobat. Malaikat-malaikat yang jatuh dalam dosa itu menjadi melawan Tuhan. Mereka itulah yang disebut setan atau iblis. Karena setan adalah roh yang besar kuasanya, maka setan pun memang mampu mendatangkan kekayaan atau berbuat sesuatu yang diluar akal manusia. Jadi jangan heran kalau orang yang pakai penglaris atau pesugihan itu memang tokcer.

Tetapi apakah semudah itu memakai penglaris atau pesugihan? Bila Anda merasa jenuh berdoa setiap hari kepada Tuhan namun doa Anda tak kunjung dikabulkan oleh-Nya, atau Anda merasa minta pertolongan kepada Tuhan itu tidak gratis, ternyata minta pertolongan kepada roh jahat lebih tidak gratis lagi. Menurut beberapa orang yang pernah melakukannya, tidaklah mudah memakai penglaris. Seperti seorang dituntut setia kepada Tuhan, demikian juga seorang yang ikut pesugihan dituntut setia kepada setan. 

Orang yang mau melakukan pesugihan harus bertapa berhari-hari di hutan atau di tempat yang telah ditentukan oleh sang dukun, tidak boleh makan dan minum, tidak boleh buang air kecil apalagi besar, dan selama bertapa itu akan menampakkan diri secara gaib makhluk-makhluk yang mengerikan. Sampai akhirnya orang tersebut harus membuat perjanjian kepada setan untuk setia seumur hidup, dan termasuk memberikan tumbal berupa nyawa dirinya atau kaum keluarganya sebagai bayaran atas kekayaan yang diberikan setan itu kepadanya.

Tidak bisa seorang mengabdi kepada dua tuan, demikianlah orang tidak bisa mengabdi sekaligus kepada Tuhan dan setan, karena orang tersebut pasti akan mengindahkan yang satu dan mengesampingkan yang lain. Banyak orang yang mau coba-coba ikut pesugihan tapi hatinya kontra karena masih percaya kepada Tuhan dan takut dosa, tentu hal ini tidak bisa dilakukan. 

Bila Anda mau jadi pengabdi setan alias ikut pesugihan, tentu hal itu tidak mudah, banyak ritual-ritual aneh yang mesti Anda jalani. Lebih baik Anda jalani saja ritual dan doa-doa agama Anda dan mengabdilah kepada Sang Roh yakni Tuhan sendiri, yang tentu lebih berkuasa daripada roh-roh jahat. Sekalipun sama-sama punya kuasa, tapi Roh Tuhan membuahkan kebaikan, sementara roh jahat membuahkan keburukan.

Memang tidak mudah menjalani hidup di masa pandemi dan resesi ekonomi ini, banyak orang sudah putus asa menjalani kehidupan karena tidak punya pendapatan, sedangkan kebutuhan menuntut harus dipenuhi setiap hari. Sekarang ada solusi untuk mengatasi masalah finansial Anda: 

Pertama, mau pilih ikut Tuhan dengan tekun berdoa setiap hari memohon rejeki kepada-Nya sampai datang rejeki tersebut; Kedua, mau pilih pakai penglaris atau pesugihan supaya dagangannya laris, dengan risiko harus melakukan ritual-ritual aneh, memberikan tumbal nyawa, dan hidup dengan aura yang panas; atau Ketiga, mau pilih mengandalkan kekuatan diri sendiri untuk mencapai kesuksesan, tanpa Tuhan atau dukun, seperti yang dilakukan orang-orang atheis. Pilihan ada di tangan Anda!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun