Problematika sosial yang tak henti-hentinya menghantui negara Indonesia adalah garis kemiskinan. Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistika Indonesia, jumlah penduduk miskin pada Maret 2021 adalah sebesar 27,54 juta orang. Tentu saja kita tidak dapat menutup mata dan telinga terhadap angka kemiskinan yang begitu besar ini.
Hal tersebut tentu menjadi sebuah PR berat bagi kita masyarakat Indonesia dan pastinya Kementerian Sosial untuk mengentaskan kemiskinan.
Berdasarkan hal itu, munculah ide brilian dari Ibu Tri Rismaharini atau yang biasa kita panggil Ibu Risma selaku Menteri Sosial untuk berkolaborasi dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan oleh Bapak Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud-Ristek). Program tersebut kemudian diberi nama Pejuang Muda Kampus Merdeka.
Pejuang Muda adalah laboratorium sosial bagi para mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu dan pengetahuannya untuk memberi dampak sosial secara konkret. Melalui program ini, mahasiswa ditantang untuk belajar dari warga sekaligus berkolaborasi dengan pemerintah daerah, pemuka masyarakat, tokoh agama setempat serta seluruh stakeholder penggerak sosial di daerah.
“Mahasiswa menjadi agent of change di dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Mahasiswa dibutuhkan untuk menganalisa dan memecahkan masalah sosial sehingga kesejahteraan bisa segera dicapai di bumi nusantara kita tercinta”, tutur Ibu Tri Rismaharini, Menteri Sosial Republik Indonesia dalam Pelantikan Pejuang Muda Kampus Merdeka pada tanggal 13 Oktober 2021.
Hal tersebut menjadi dasar mengapa mahasiswa turut dilibatkan dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia. Mahasiswa dituntut untuk turun langsung ke daerah yang membutuhkan bantuan serta bertugas merancang dan mengeksekusi program sosial yang relevan untuk daerah tersebut.
Bapak Nadiem Makarim dalam Pelantikan Pejuang Muda Kampus Merdeka pun menegaskan bahwa, “Mahasiswa memiliki perspektif yang lebih objektif bisa mendengar masyarakat, opininya tidak begitu keras dalam berbagai macam aspek karena bukan dari background sosial misalnya, jadi bisa menambahkan esensi/ilmu yang berbeda dan mendengarkan warga apa yang mereka butuhkan”.
Program Pejuang Muda ini berfokus pada pengembangan program bantuan sosial yang berkelanjutan disertai dengan kegiatan memverifikasi dan validasi (quality assurance) penerima bantuan sosial dan sembako. Dalam mengentas kemiskinan tentu saja harus digali akar permasalahannya terlebih dahulu, Maka dari itu dibutuhkan kelengkapan data yang konkret dari keadaan masyarakat di Indonesia. Integritas data sangat diperlukan demi suksesnya upaya pengentasan kemiskinan ini.
“Butuh data orang-orang yang memang benar-benar butuh dibantu itu siapa saja, jangan sampai bantuan dari negara ini jatuh ke tangan orang yang tidak berhak”, tutur Bapak Agus Zainal Arifin selaku Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Sosial dalam Pembekalan Hari Ke-4 Pejuang Muda pada 16 Oktober 2021.
Maka dari itu tugas pertama Pejuang Muda sebagai tenaga muda dan terampil adalah membantu dinas sosial untuk kegiatan administratif sehingga tugas substansif dinas sosial untuk mengentas kemiskinan dapat berjalan lebih maksimal. Kegiatan administratif yang dimaksud adalah kegiatan verifikasi-validasi data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) kepada keluarga penerima manfaat (KPM) yang sifatnya door-to-door.
Terdapat 139.477.527 penetapan data induk DTKS baru per tanggal 30 Juni 2021 berdasarkan paparan Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Sosial (Kapusdatin Kesos). DTKS ini bersifat dinamis dan perlu diperbaharui secara berkala agar sesuai dengan kenyataan/secara real time dari keadaan masyarakat Indonesia.
Kami tim Pejuang Muda Kota Cimahi melaksanakan rangkaian kegiatan verifikasi-validasi DTKS hingga pengimplementasian proyek pada tanggal 27 Oktober 2021 - 07 Januari 2022. Dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan pihak Dinas Sosial Kota Cimahi lalu Kecamatan Cimahi Selatan serta Kelurahan Cibeber, Leuwigajah, dan Cibeureum. Jumlah keseluruhan KPM di Cimahi Selatan adalah sebanyak 12 ribu.
Di titik pertama yaitu Kelurahan Cibeber, kami melaksanakan kegiatan verifikasi-validasi terhadap 15 RW. Lalu dilanjutkan ke kelurahan Leuwigajah yang berjumlah 10 RW dan Cibeureum yang berjumlah 29 RW. Kementerian Sosial memfasilitasi aplikasi SAGIS (Social Affair Geographic Information System) kepada kami untuk digunakan ketika terjun ke lapangan.
Aplikasi ini berisi daftar pertanyaan yang harus kami wawancarai kepada KPM yang berupa indikator kemiskinan. Aplikasi ini juga disertai geottaging street view sebagai informasi geospasial koordinat rumah KPM.
Kegiatan verifikasi-validasi DTKS ini juga digunakan sebagai model pengentasan kemiskinan atau survey yang kami lakukan untuk membuat proyek sosial yang relevan di Kota Cimahi, khususnya kami mengambil lokus di Kelurahan Cibeber, Kecamatan Cimahi Selatan.
Proyek sosial yang kami canangkan di Kelurahan Cibeber setelah turun ke lapangan adalah mengadakan bimbingan teknis (Bimtek) terhadap pemuda Karang Taruna RW 07 Kelurahan Cibeber atau dikenal sebagai Kampung Ciseupan.
Alasan kami mengambil lokus Kampung Ciseupan karena kami melihat adanya potensi kampung wisata di Ciseupan ini. Kampung Ciseupan memiliki sumber daya alam berupa situ dan juga wilayah yang masih asri berupa persawahan dan juga perkebunan.
Bimbingan teknis di Kampung Ciseupan berupa pematerian mengenai Digital Branding. Materi ini kami pilih dengan harapan agar pemuda Karang Taruna Kampung Ciseupan dapat menyebarluaskan adanya Kampung Wisata Ciseupan melalui media sosial agar lebih dikenal oleh khalayak ramai dan tentunya dapat menambah pemasukan dari warga sekitar.
Kami pun memberikan pematerian mengenai tata cara editing foto maupun video agar mereka dapat menambah keterampilannya dalam membuat konten di sosial media untuk mem-branding Kampung Ciseupan tersebut.
Proyek sosial yang kami laksanakan pada tanggal 07 Januari 2022 di Kampung Ciseupan tersebut diharapkan dapat mengentas kemiskinan warga sekitar. Kami berharap pemuda Kampung Ciseupan dapat terus memajukan potensi wilayahnya dan menjadi kampung wisata yang ramai dan diminati oleh banyak orang.
Dengan begitu, adanya Kampung Wisata Ciseupan dapat mengurangi angka pengangguran sehingga angka kemiskinan di wilayah tersebut dapat berkurang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H