Mohon tunggu...
Deni Mildan
Deni Mildan Mohon Tunggu... Lainnya - Geologist, Dosen

Geologist, Dosen | Menulis yang ringan-ringan saja. Sesekali membahas topik serius seputar ilmu kebumian | deni.mildan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Barang Minimal, Bahagia Maksimal

21 Maret 2021   14:19 Diperbarui: 21 Maret 2021   15:07 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menumpuk banyak barang sepertinya sudah jadi kebiasaan di masyarakat kita. Hampir dipastikan tidak ada ibu-ibu yang hanya memiliki sedikit baju dan berbagai aksesoris pelengkap di lemarinya. Kaum pria senang mengumpulkan pernak-pernik hobi, seperti koin langka, action figure, dan lain sebagainya. Ironisnya tidak jarang semakin banyak barang malah membuat kita semakin bosan dan malah mengabaikan barang yang kita miliki. Akhirnya tempat tinggal kita dipenuhi benda-benda yang tidak diperlukan.

Jika sudah begitu berbenah jadi satu-satunya solusi. Berbenah di sini bukan hanya meniup debu dari tumpukan barang dan merekayasa tata letaknya, tetapi juga memilah barang mana yang berarti dan yang memang harus ditendang ke tong sampah. Marie Kondo dalam The Life-changing Magic of Tidying Up menyebut upaya ini sebagai berbenah dengan benar.

Marie Kondo memperkenalkan metode berbenah yang bisa dibilang ekstrim. Kita dipaksa untuk dapat membereskan kekacauan di rumah tanpa ampun. Semua pakaian harus dikumpulkan seluruhnya kemudian dipilah satu per satu untuk menentukan mana yang akan disimpan dan mana yang harus dibuang, begitu juga dengan buku, kertas-kertas, perlengkapan rumah tangga, dan lain-lain. Tak heran jika semaca remaja Kondo pernah masuk rumah sakit gara-gara terlalu lelah berbenah.

Meski kedengaran mengerikan, metode KonMari (yang berasal dari akronim namanya sendiri) gagasan Marie Kondo terbilang cukup efektif dan digemari terutama di Jepang. Ia kemudian menjadi inspirasi bagi Fumio Sasaki, salah satu pentolan gaya hidup minimalis Jepang. 

Dalam buku inspiratif karyanya sendiri, Goodbye, Things, Sasaki memperlihatkan bagaimana kondisi dirinya saat sebelum dan sesudah memulai mengurangi barang-barang hingga tingkat paling minimal. Jika dulu ia memiliki banyak pakaian, alat musik, CD musik, dan barang-barang lain, sekarang ia hanya memiliki barang-barang yang ia anggap penting dan berarti dalam kegiatan sehari-harinya. 

Berbeda dengan Marie Kondo, Sasaki lebih memilih metode berbenah yang perlahan dan konsisten dengan tetap memperhatikan tujuannya untuk mengurangi tumpukan barang. Tidak hanya barang, dalam urusan dunia digital pun Sasaki menerapkan minimalisme. Fasilitas penyimpanan awan (cloud storage) memudahkannya dalam menyimpan foto-foto dan dokumen lain agar tidak menumpuk di laptop dan ponselnya.

Meski memiliki pendekatan yang berbeda, keduanya sepakat bahwa kondisi tempat tinggal yang berantakan merupakan bentuk pelarian dari kekhawatiran berlebih (overthinking) terhadap penilaian orang dan keengganan menghadapi masalah hidup kita yang sesungguhnya. Sasaki mengaku bahwa dulu ia menumpuk banyak buku  bukan karena kita hobi membaca, melainkan agar terlihat terpelajar dan tidak kalah keren dari orang-orang di sekitarnya. Sekarang ia tak lagi melakukannya.

Menurut Kondo dan Sasaki, berbenah merupakan solusi untuk menyingkirkan semua kecemasan dalam hidup. Dengan berbenah, kita dapat lebih banyak menyalurkan fokus pikiran ke masalah yang lebih penting dan sesegera mungkin menanganinya. Setelah mengikuti saran Marie Kondo, beberapa kliennya mengaku menjalani hari dengan lebih nyaman tanpa kekhawatiran, dapat fokus menurunkan berat badan hingga beberapa kilogram, bahkan menceraikan pasangan yang selama ini merupakan akar permasalahan hidupnya. Hidup menjadi lebih berarti dan bahagia.

Kedua buku di atas sangat direkomendasikan bagi anda yang ingin memulai hidup sebagai minimalis, atau setidaknya ingin mulai berbenah agar tempat tinggal terasa lebih nyaman. Marie Kondo menawarkan beberapa tips berbenah yang efektif untuk setiap barang yang kita miliki. Di sisi lain, Fumio Sasaki menunjukkan betapa bahagianya ia setelah memulai gaya hidup minimalis, mulai dari keseharian, pekerjaan, hingga urusan asmara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun