Mohon tunggu...
Deni Maldini
Deni Maldini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang

Mahasiswa yang sedang butuh bimbingan hebat dari senior-senior sastra dałam mencari jati diri sebenarnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Novel Anak Bajang Menggiring Angin Karya Sindhunata

17 Desember 2023   22:30 Diperbarui: 18 Desember 2023   01:12 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cover novel, Sumber: pixabay.com

Pendahuluan

Novel adalah karya sastra yang menceritakan kehidupan dunia lalu diimajinasikan oleh pengarang atau penulis. Menurut Amelia Sundari & Abdullah Hasibuan (2022:100), Karya sastra lahir dan berkembang karena adanya imajinasi dari pengarang tentang kehidupan masyarakat, karya sastra merupakan penjabaran kehidupan dan pengalaman pengarang atas kehidupan di sekitarnya. Sastra menampilkan gambaran pola pikir, perubahan tingkah laku, tata nilai, dan sebagainya. Pada setiap novel pasti memliki gaya bahasa yang berbeda-beda sehingga untuk mengetahuhi Latar atau Setting yang digunakan pada setiap tokoh dalam novel perlu di analisis. Menurut Abrams (Nurgiyantoro, 2010:216) latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Setting atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar cerita, merupakan penggambaran waktu, tempat, dan suasana terjadinya sebuah cerita (Wiyanto, 2002:28). 

Dalam karya sastra setting merupakan satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting, karena elemen tersebut akan dapat menentukan situasi umum sebuah karya (Abrams, 1981:1975) dalam (Fananie. 2002:95) . Nurgiyantoro (2002:216 dalam Santosa, 2011:7) menyatakan bahwa setting adalah dasar, mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial temapat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Saling melengkapi, Hayati (1990:10) berpendapat setting (landasan tumpu) cerita adalah gambaran temapat waktu atau segala situasi di tempat terjadinya peristiwa. Setting ini erat hubungannya dengan tokoh atau pelaku dalam suatu peristiwa. Oleh sebab itu setting sangat mendukung plot cerita. 

Di samping itu setting juga sangat mempengaruhi suasana, peristiwa, pokok persoalan dalam cerita, dan tema cerita. Walaupun setting dimaksudkan untuk mengidentifikasi situasi yang tergambar dalam cerita, keberadaan elemen setting hakikatnya tidaklah hanya sekedar menyatakan dimana, kapan dan bagaimana situasi peristiwa berlangsung, melainkan berkaitan juga dengan gambaran tradisi, krakter, perilaku sosial dan pandangan masyarakat pada waktu naskah ditulis. Dari kajian setting dapat diketahui sejauh mana kesesuaian dan korelasi antara pelaku dan watak tokoh dengan kondisi masyarakat, situasi sosial dan pandangan masyarakat, kondisi wilayah, letak geografis, struktur sosial juga akan menentukan watak-watak atau karakter tokoh tertentu

Metode Penelitian

 Metode dalam penelitian ini menggunakan metode naratif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, narasi memiliki arti pengisahan suatu cerita atau kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu. Sedangkan naratif memiliki arti bersifat menguraikan atau menjelaskan. Sehingga kata naratif lebih cocok digunakan untuk menjelaskan suatu metode penelitian. Penelitian naratif adalah laporan bersifat narasi yang menceritakan urutan peristiwa secara terperinci. Dalam desain penelitian naratif, peneliti menggambarkan kehidupan individu, mengumpulkan cerita tentang kehidupan orang-orang, dan menuliskan cerita pengalaman individu (Clandinin, 2007). Sumber data pada penelitian ini yaitu novel "Anak Bajang Menggiring Angin" Karya Shindhunata, dengan jumlah Hal.447. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2010. Dan kajian yang diteliti dalam kajian ini adalah Latar atau setting tempat, waktu dan suasana.

Pembahasan

 Latar atau setting atau landas tumpu menurut Stanton (2007: 35) adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar merupakan elemen yang menunjukkan kepada pembaca di mana dan kapan peristiwa dalam cerita terjadi.

Unsur latar terdapat tiga bagian yaitu:

Latar Tempat adalah latar yang mengacu pada tempat atau lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Misalnya perkotaan, perdesaan, di kampus, di sekolah, di rumah, dan sebagainya. Dari latar tempat diharapkan tercermin pemerian tradisi masyarakat, tata nilai, tingkah laku, suasana, dan lain-lain yang mungkin berpengaruh pada karakter dan tokoh.

Latar Waktu adalah latar yang mengacu pada waktu kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Dapat berupa jam, hari, tanggal, bulan, tahun, peristiwa sejarah, bahkan zaman tertentu yang melatarbelakanginya.

Latar Sosial Adalah latar yang mengacu pada waktu kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Dapat berupa jam, hari, tanggal, bulan, tahun, peristiwa sejarah, bahkan zaman tertentu yang melatarbelakanginya. Adalah latar yang mengacu pada kondisi sosial masyarakat yang diceritakan dalam karya fiksi. Seperti latar sosial bawah/rendah, latar sosial menengah, latar sosial tinggi, dan sebagainya.

Latar atau setting yang terdapat pada novel tersebut ialah menggambarkan suasana atau tempat di zaman kerjaan di Indonesia yang mencakup latar fisik yaitu latar tempat dan waktu yang berlatarkan pasca zaman kerajaan. Adapun tempat tempat yang sering Begawan wisrawa (tokoh utama) kunjungi yaitu hutan-hutan atau taman taman bunga yang harum baunya.

 Latar waktu yang terdapat pada novel tersebut ialah pada zaman kerajaan ramayana yang terdapat unsur-unsur klasik yang ada di dalam nya. Yang terdapat pada novel ini waktu pagi,siang,sore, dan malam. Tidak terdapat tanggal bulan hari ataupun tahun. "Waktu seakan tahu asmara Prabu Danareja. Sang surya membiarkan awan gelap menutupinya, sehingga fajar pun tak kunjung tiba, mempersilakan Prabu Danareja lelap dalam mimpi indahnya. Bunga tanjung kelelahan karena bercumbu, maka embun pagi kecapaian membangunkannya, menyebabkan pagi tak berhiaskan kesejukan, sehingga hari masih seperti malam".

 Latar sosial yang terdapat pada novel ini ialah dalam novel ini berlatarkan latar sosial yang tinggi karena membahas tentang kerajaan yang terjadi di ramayana. Masyarakat disana dominan ada yang rendah dan ada juga yang tinggi.

 Latar fisik (physical setting) berhubungan dengan lokasi dan waktu yang bersifat fisik, misalkan yogyakarta tahun 1998, yogyakarta tahun 2010. Berasal dari negeri

Latar fisik yang terdapat pada novel tersebut adalah

Metafora berasal dari bahasa Lokapala di suatu kerajaan tepat nya di zaman kerajaan.

 Latar spiritual (spiritual setting) berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nilai nilai yang bersangkutan. Latar spiritual adalah nilai nilai yang melingkupi dan dimilili oleh latar fisik (Kenny,1996:39).

 Latar spiritual yang terdapat pada novel tersebut ad;ah

Contoh gaya bahasa metafora pada novel tersebut : tata cara adat istiadat, kepercayaan yang digunakan diantara hindu atau budha karena mempercayai adanya dewa, sedangkan istiadat yang digunakan adalah menggunkan pakaian-pakaian di zaman kerajaan.

  Latar tipikal adalah menonjolkan sifat khas latar

tertentu, baik yang menyangkut unsur tempat, waktu, maupun sosial. Lihat pada karya-karya yang mengandung warna lokal (local colour).

 Latar tipikal yang terdapat pada novel tersebut adalah unsur tempat dan waktu seperti yang sudah di jelaskan di atas di kerajaan atau di tempat-tempat sampingan yaitu hutan,taman dan lain-lain. Sosial ada banyak unsur sosial di dalam novel ini niali religius, nilai pendidikan sosial, nilai pendidikan moral, dan nilai pendidikan budaya

 Anakronisme

Anakronisme menyaran pada pengertian adanya ketidaksesuaian dengan urutan (perkembangan) waktu dalam sebuah cerita. Anakronisme juga dapat menyaran pada sesuatu yang tidak logis

dalam cerita. Anakronisme bisa menjadi kelemahan, tetapi bisa

juga menjadi sesuatu yang disengaja oleh pengarang untuk mendapatkan efek tertentu.

 Anakronisme yang terdapat pada novel tersebut ketidaksesuaian yang terjadi di penggalangan cerita ini adalah alur cerita yang di saat pusar gunung Maliawan itu keluar berbagai cahaya berupa kembang-kembang api yang berarak ke barat, timur itu tidak sesuai dengan alurnya jika sebelum nya sedang baik-baik saja dan tidak terdapat permasalahan apapun tiba-tiba pusar gunung itu keluar. Dan hal yang tidak logis yang terdapat dalam novel ini serpertinya tidak terdapat unsur dari itu tersebut.

Kesimpulan

Dalam novel "Anak Bajang Menggiring Angin" karya Sindhunata, terdapat beberapa setting yang digunakan antara lain latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Latar atau setting yang terdapat pada novel tersebut ialah menggambarkan suasana atau tempat di zaman kerjaan di Indonesia yang mencakup latar fisik yaitu latar tempat dan waktu yang berlatarkan pasca zaman kerajaan. Adapun tempat tempat yang sering Begawan wisrawa (tokoh utama) kunjungi yaitu hutan-hutan atau taman taman bunga yang harum baunya. Latar waktu yang terdapat pada novel tersebut ialah pada zaman kerajaan ramayana yang terdapat unsur-unsur klasik yang ada di dalam nya. Yang terdapat pada novel ini waktu pagi,siang,sore, dan malam. Tidak terdapat tanggal bulan hari ataupun tahun. 

"Waktu seakan tahu asmara Prabu Danareja. Sang surya membiarkan awan gelap menutupinya, sehingga fajar pun tak kunjung tiba, mempersilakan Prabu Danareja lelap dalam mimpi indahnya. Bunga tanjung kelelahan karena bercumbu, maka embun pagi kecapaian membangunkannya, menyebabkan pagi tak berhiaskan kesejukan, sehingga hari masih seperti malam". Latar sosial yang terdapat pada novel ini ialah dalam novel ini berlatarkan latar sosial yang tinggi karena membahas tentang kerajaan yang terjadi di ramayana. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode naratif, yang menggambarkan urutan peristiwa secara terperinci. Data penelitian ini diperoleh dari novel "Anak Bajang Menggiring Angin" karya Sindhunata. Dalam kesimpulan, dapat disimpulkan bahwa novel ini menggunakan berbagai bentuk setting untuk memperkaya pengalaman membaca dan menggambarkan cerita dengan lebih detail.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun