Sebagai contoh, ada pasangan yang memutuskan bahwa sang suami akan tinggal di rumah untuk mengurus anak sementara istrinya bekerja sebagai pencari nafkah utama. Bagi sebagian orang, pengaturan ini mungkin terasa tidak biasa atau bertentangan dengan peran tradisional dalam rumah tangga. Namun, jika pengaturan ini bekerja untuk mereka dan membuat mereka bahagia, maka itu adalah keputusan yang benar untuk mereka.
Pada akhirnya, semua kembali pada pertanyaan sederhana: apakah kesulitan dalam hubungan berasal dari hubungan itu sendiri, atau dari faktor eksternal seperti trauma masa lalu, tekanan sosial, atau ekspektasi yang tidak realistis? Banyak pasangan yang, tanpa sadar, menyalahkan pasangan mereka atas masalah yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan hubungan itu sendiri.
Sebagai contoh, stres dari pekerjaan, masalah keuangan, atau tekanan dari keluarga besar sering kali memengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan pasangannya. Namun, ini bukan berarti hubungan tersebut bermasalah. Sebaliknya, pasangan perlu belajar untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal ini dan mengatasinya bersama-sama, alih-alih saling menyalahkan.
Langkah berikutnya adalah menerima bahwa tidak ada hubungan yang sempurna, dan tidak ada satu pun cara yang cocok untuk semua pasangan. Setiap pasangan memiliki dinamika yang unik, dan apa yang berhasil untuk satu pasangan belum tentu cocok untuk pasangan lainnya.
Hubungan yang sehat tidak harus terlihat seperti dongeng atau film romantis. Kadang-kadang, hubungan yang paling kuat adalah hubungan yang menerima ketidaksempurnaan dan keunikan masing-masing individu. Jadi, daripada berusaha memenuhi harapan masyarakat, pasangan sebaiknya fokus pada apa yang membuat mereka bahagia.
Sebagai penutup, penting untuk diingat bahwa hubungan yang bahagia adalah hubungan yang menghormati keunikan masing-masing individu di dalamnya. Tidak perlu memaksakan diri untuk menjadi "normal" sesuai dengan standar masyarakat. Hubungan yang paling indah adalah hubungan yang dibuat sesuai kebutuhan dan kebahagiaan kedua pasangan, bukan harapan orang lain.
Jadi, mari berhenti menilai hubungan berdasarkan standar sosial yang tidak relevan. Sebaliknya, mari rayakan hubungan yang merangkul keunikan, kebebasan, dan kebahagiaan sejati di dalamnya. Bukankah itu yang sebenarnya kita inginkan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H