Kepemimpinan yang baik bukan hanya tentang memimpin dari depan atau memiliki visi yang kuat. Simon Sinek, seorang penulis dan pembicara terkenal, menyoroti esensi dari kepemimpinan yang sejati dalam pidatonya yang berjudul "Why Good Leaders Make You Feel Safe."Â
Ia memulai dengan sebuah cerita yang penuh emosi tentang seorang kapten militer bernama William Swenson, yang pada tahun 2009 menerima Medal of Honor atas tindakannya yang heroik di Afghanistan. Kisah ini menjadi dasar pemikiran Sinek tentang mengapa pemimpin yang baik mampu membuat kita merasa aman.
Pada tanggal 8 September 2009, Kapten Swenson terjebak dalam sebuah penyergapan. Di tengah-tengah baku tembak yang intens, ia terus menerus mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan tentara yang terluka dan membawa pulang mereka yang sudah meninggal.Â
Sebuah momen mengharukan tertangkap kamera GoPro saat Swenson mencium kening seorang rekannya yang terluka sebelum kembali ke medan perang. Tindakan ini menunjukkan kasih sayang dan kepedulian yang luar biasa, membuat Sinek bertanya-tanya, apa yang mendorong seseorang seperti Kapten Swenson untuk bertindak begitu tanpa pamrih?
Kontras Antara Kepemimpinan Militer dan Bisnis
Sinek kemudian membuat perbandingan yang menarik antara kepemimpinan dalam militer dan di dunia bisnis. Di militer, kata Sinek, para pemimpin dipuji dan dihargai atas tindakan pengorbanan diri yang mereka lakukan demi kepentingan orang lain. Sebaliknya, dalam dunia bisnis, seringkali para pemimpin justru dihargai karena keputusan yang menguntungkan mereka sendiri, meskipun keputusan tersebut dapat merugikan orang lain. Menurut Sinek, ini menunjukkan adanya kekeliruan mendasar dalam cara kita memahami dan mempraktikkan kepemimpinan dalam banyak organisasi saat ini.
Pentingnya Lingkungan dan Kepercayaan
Menurut Sinek, pemimpin yang hebat bukanlah mereka yang secara inheren lebih baik sebagai individu, melainkan mereka yang mampu menciptakan lingkungan yang mendorong kepercayaan dan kerjasama. Kepercayaan dan kerjasama bukanlah sesuatu yang dapat diperintah atau dipaksakan, melainkan perasaan yang muncul secara alami ketika orang merasa aman dalam kelompok atau organisasi mereka. Di lingkungan di mana orang merasa dilindungi dan dihargai, mereka cenderung lebih rela berkorban dan mendukung satu sama lain.
Konsep "Lingkaran Keamanan"
Sinek memperkenalkan konsep "lingkaran keamanan" yang berasal dari biologi evolusioner. Dalam lingkaran ini, anggota kelompok melindungi satu sama lain dari ancaman luar. Pada masa prasejarah, lingkaran ini memungkinkan manusia bertahan dari bahaya seperti predator dan kondisi lingkungan yang keras.Â
Di zaman modern, konsep ini diterapkan pada organisasi, di mana para pemimpin menciptakan rasa aman dan kebersamaan sehingga anggota tim mereka dapat fokus pada tantangan eksternal yang mengancam kesuksesan kelompok.
Di lingkungan seperti ini, anggota tim merasa aman dan tidak merasa terancam oleh rekan-rekan mereka atau oleh pemimpin mereka sendiri. Mereka percaya bahwa orang-orang di sekitar mereka ada untuk mendukung dan melindungi, bukan untuk bersaing atau menjatuhkan. Konsep ini sangat penting untuk dipahami oleh setiap pemimpin yang ingin timnya berhasil dan berkembang.
Peran Pemimpin dalam Menciptakan Keamanan
Sinek menekankan bahwa kepemimpinan sejati adalah tentang menempatkan keselamatan dan kesejahteraan tim di atas keuntungan pribadi. Ia memberikan beberapa contoh nyata yang menunjukkan bagaimana perusahaan yang sukses menerapkan prinsip ini.
Pertama, ada Southwest Airlines, sebuah perusahaan penerbangan yang dikenal sukses karena karyawannya tidak takut pada pemimpinnya. Dalam lingkungan di mana karyawan merasa aman dan didukung, mereka lebih cenderung menunjukkan kerjasama dan kesetiaan. Sinek mencatat bahwa kesuksesan Southwest Airlines sangat bergantung pada budaya ini, di mana karyawan merasa mereka dapat mempercayai pemimpin mereka untuk selalu memiliki kepentingan terbaik mereka dalam pikiran.
Contoh lain adalah Charlie Kim, CEO dari Next Jump, yang mengimplementasikan kebijakan "pekerjaan seumur hidup." Di Next Jump, mereka tidak memecat karyawan karena masalah kinerja. Sebaliknya, mereka menawarkan pelatihan dan dukungan yang dibutuhkan, mirip dengan bagaimana orang tua mendukung anak-anak mereka ketika mereka sedang berjuang. Kebijakan ini menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa aman dan didukung, sehingga mereka lebih termotivasi untuk bekerja dengan baik dan berkembang.
Sinek juga mengisahkan tentang Bob Chapman, CEO dari Barry-Wehmiller, yang memperkenalkan program cuti tanpa gaji selama resesi 2008 alih-alih memecat karyawan. Keputusan ini, yang dirumuskan sebagai "semua sedikit menderita daripada beberapa menderita banyak," meningkatkan moral dan memperkuat budaya kepercayaan dan kerjasama di perusahaan. Hal ini menunjukkan bagaimana tindakan yang tampaknya kecil tetapi penuh kepedulian dapat menciptakan dampak besar dalam hal membangun budaya perusahaan yang sehat.
Kepemimpinan sebagai Pilihan, Bukan Pangkat
Salah satu poin penting yang diangkat Sinek adalah bahwa kepemimpinan bukan tentang memegang posisi otoritas; melainkan itu adalah pilihan untuk peduli pada orang-orang di sekitar Anda. Ia menggambarkan hal ini dengan cerita tentang seorang perwira Marinir yang memilih untuk makan terakhir. Ketika tidak ada makanan yang tersisa, para prajurit dengan sukarela berbagi makanan mereka dengan pemimpinnya, menunjukkan ikatan kepercayaan dan rasa hormat yang mendalam.
Cerita ini menunjukkan bahwa ketika pemimpin menunjukkan perhatian yang tulus terhadap kesejahteraan anggota tim mereka, anggota tim tersebut akan merasa terinspirasi untuk melakukan hal yang sama terhadap pemimpin mereka. Ini menciptakan hubungan timbal balik di mana setiap orang merasa dihargai dan dilindungi, dan di mana pengorbanan bukanlah sesuatu yang dipaksakan, tetapi datang dari rasa hormat dan cinta.
Akhirnya, Tanda-tanda Kepemimpinan Hebat
Pada akhir pembahasannya, Sinek menyimpulkan bahwa pemimpin yang hebat adalah mereka yang menempatkan kepentingan orang-orang mereka di atas kepentingan mereka sendiri, yang menciptakan lingkungan di mana orang merasa aman, dihargai, dan dipercaya. Ketika pemimpin memilih untuk berkorban demi orang-orang mereka, orang-orang tersebut pada gilirannya akan rela berkorban untuk pemimpin mereka. Hubungan timbal balik ini menciptakan organisasi yang kuat dan tangguh, di mana orang-orang termotivasi untuk memberikan yang terbaik.
Pada akhirnya, kepemimpinan bukanlah tentang seberapa banyak penghargaan atau pujian yang kita dapatkan, tetapi tentang seberapa banyak kita bisa membuat orang lain merasa aman dan didukung. Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan tantangan, pemimpin yang mampu menciptakan "lingkaran keamanan" ini adalah mereka yang akan membawa tim dan organisasi mereka menuju kesuksesan jangka panjang.
Dengan memahami dan mengimplementasikan prinsip-prinsip ini, kita dapat menjadi pemimpin yang tidak hanya dihormati, tetapi juga dicintai dan dipercaya oleh mereka yang kita pimpin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H