Mengungkap Hubungan Antara Waktu dan Kebahagiaan
Bayangkan suatu pagi yang begitu sibuk, di mana segalanya terasa serba tergesa-gesa. Anda harus segera bangun, menyiapkan sarapan untuk keluarga, memeriksa email kantor yang sudah menumpuk, dan mencoba memikirkan cara menyelesaikan semua tugas sebelum sore tiba. Inilah yang sering disebut "kemiskinan waktu," suatu kondisi ketika kita merasa begitu banyak yang harus dilakukan namun waktu yang ada tidak pernah cukup.
Seorang profesor kebahagiaan, yang ahli dalam mempelajari apa yang membuat hidup lebih bermakna dan memuaskan, juga mengalami hal ini. Ia menceritakan pengalamannya pada suatu hari yang sangat sibuk di mana ia merasa begitu kewalahan. Ia harus menghadiri berbagai rapat, menyiapkan materi kuliah, dan mengurus kebutuhan keluarganya di rumah. Di tengah kekacauan itu, ia merasa hidupnya terjebak dalam rutinitas tanpa akhir, dan itulah momen di mana ia menyadari betapa beratnya tekanan untuk menyeimbangkan pekerjaan, keluarga, dan kehidupan pribadi.
Dalam situasi seperti ini, wajar jika kita berpikir bahwa solusinya adalah dengan memiliki lebih banyak waktu luang. Siapa yang tidak ingin meninggalkan semua kesibukan dan pindah ke sebuah pulau tropis yang cerah, menikmati hari-hari yang panjang tanpa ada kewajiban? Profesor ini pun sempat berpikir begitu. Namun, daripada langsung mengambil keputusan impulsif, ia memilih untuk mencari tahu lebih jauh tentang hubungan antara waktu luang dan kebahagiaan.
Mitos: Lebih Banyak Waktu Sama dengan Lebih Bahagia
Dalam perjalanan penelitiannya, ia bertanya pada dirinya sendiri: benarkah memiliki lebih banyak waktu luang akan membuat seseorang lebih bahagia? Apakah benar bahwa jika kita memiliki lebih banyak waktu untuk bersantai, kita akan merasa lebih puas dan sejahtera?
Untuk menjawab pertanyaan ini, ia memutuskan untuk melakukan penelitian yang mendalam tentang bagaimana waktu luang mempengaruhi kebahagiaan. Ia mengumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk American Time Use Survey, sebuah survei besar yang mengumpulkan informasi tentang bagaimana orang menghabiskan waktu mereka setiap hari. Dari data ini, ia menemukan pola yang menarik, sebuah kurva berbentuk huruf 'U' terbalik.
Temuan Penelitian: Kurva 'U' Terbalik
Menurut penelitian tersebut, orang yang memiliki sangat sedikit waktu luang---kurang dari dua jam per hari---memang cenderung kurang bahagia. Hal ini bisa dimengerti karena mereka sering kali merasa stres, lelah, dan tidak punya cukup waktu untuk relaksasi atau menikmati hal-hal yang mereka sukai.
Namun, yang lebih mengejutkan adalah temuan tentang orang yang memiliki terlalu banyak waktu luang. Ternyata, mereka yang memiliki lebih dari lima jam waktu luang setiap hari juga cenderung merasa kurang bahagia. Bukannya merasa bebas dan bahagia, mereka justru merasa hampa dan tidak punya tujuan. Tampaknya, ketika kita memiliki terlalu banyak waktu tanpa aktivitas yang bermakna, kita bisa kehilangan rasa tujuan dan kepuasan dalam hidup.