Mohon tunggu...
Deni Lorenza
Deni Lorenza Mohon Tunggu... Lainnya - penulis

Seorang penulis berdedikasi yang mengeksplorasi pengembangan diri dan perubahan hidup melalui tulisan yang inspiratif dan berbasis penelitian ilmiah.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mengubah Hidup dengan Bahasa Tubuh: Rahasia dari Amy Cuddy

5 September 2024   15:00 Diperbarui: 5 September 2024   15:01 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amy Cuddy memulai pembicaraannya dengan satu gagasan yang begitu sederhana namun sangat kuat: bahasa tubuh bukan hanya memengaruhi cara orang lain melihat kita, tetapi juga cara kita melihat diri sendiri. Ini adalah semacam "life hack" yang mudah dan bisa dilakukan siapa saja. Bayangkan, hanya dengan mengubah postur tubuh selama dua menit, kita bisa mengubah jalur hidup kita. Apakah itu terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan? Mari kita bahas lebih dalam.

Kita mungkin sering berpikir bahwa bahasa tubuh hanya soal bagaimana orang lain menilai kita. Ketika seseorang berdiri tegak dengan bahu terbuka, kita menganggapnya percaya diri. Sebaliknya, seseorang yang membungkuk dan menghindari kontak mata mungkin dianggap tidak yakin atau malu. Amy Cuddy menunjukkan bahwa bahasa tubuh sebenarnya lebih dari itu. Ini bukan hanya soal bagaimana orang lain melihat kita, tetapi juga bagaimana kita melihat dan merasa tentang diri kita sendiri.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bahasa tubuh dapat memengaruhi keputusan penting, seperti dalam proses perekrutan kerja atau hasil pemilihan. Orang cenderung membuat penilaian cepat berdasarkan isyarat nonverbal seperti ekspresi wajah seorang politisi atau cara seorang dokter berinteraksi dengan pasiennya. Jadi, ketika kita berbicara tentang pengaruh bahasa tubuh, itu bukan hanya tentang kesan pertama; ini juga tentang dampaknya pada hasil nyata dalam hidup kita.

Cuddy juga menjelaskan bahwa ekspresi kekuatan bersifat universal. Ketika seseorang merasa kuat, mereka cenderung mengambil lebih banyak ruang, dengan postur tubuh yang lebih terbuka dan ekspansif. Ini bisa dilihat di seluruh spesies, dari manusia hingga hewan. Di sisi lain, ketika seseorang merasa tidak berdaya, mereka cenderung mengecilkan tubuhnya, membungkuk, atau berusaha membuat diri mereka sekecil mungkin. Gerakan ini secara langsung mempengaruhi bagaimana kita merasa dan bertindak dalam situasi tertentu.

Menariknya, tidak hanya cara orang lain menilai kita yang dipengaruhi oleh bahasa tubuh kita, tetapi bahasa tubuh kita juga memengaruhi cara kita menilai diri sendiri. Misalnya, ketika kita tersenyum secara paksa, kita sebenarnya bisa merasa lebih bahagia. Ada semacam lingkaran umpan balik antara pikiran dan tubuh kita. Ketika kita mengadopsi postur yang kuat (seperti postur terbuka dan ekspansif), kita merasa lebih berkuasa. Sebaliknya, postur tubuh yang tertutup dan menyusut cenderung meningkatkan perasaan tidak berdaya.

Cuddy juga mengangkat konsep yang menarik tentang bagaimana tubuh kita bisa memengaruhi pikiran kita. Bayangkan sebuah siklus di mana cara kita duduk atau berdiri memengaruhi emosi kita, yang kemudian memengaruhi sikap dan tindakan kita. Jadi, postur tubuh bukan hanya hasil dari perasaan kita, tetapi juga bisa menjadi penyebab dari perasaan kita.

Lalu, bagaimana semua ini terhubung dengan kehidupan nyata? Amy Cuddy dan timnya melakukan sebuah eksperimen yang sederhana namun sangat membuka mata. Dalam eksperimen ini, para partisipan diminta untuk mengadopsi pose tubuh yang kuat (seperti berdiri dengan tangan di pinggul atau duduk dengan kaki terbuka lebar) atau pose tubuh yang lemah (seperti duduk dengan tangan dilipat di pangkuan atau meringkuk). Mereka diminta untuk mempertahankan pose ini selama dua menit. Hasilnya mengejutkan: mereka yang melakukan "power pose" memiliki peningkatan hormon testosteron (hormon dominan) dan penurunan hormon kortisol (hormon stres). Mereka juga lebih mungkin mengambil risiko dan merasa lebih percaya diri.

Temuan ini memiliki implikasi yang besar dalam situasi nyata. Misalnya, "power posing" bisa digunakan sebelum wawancara kerja atau presentasi penting untuk meningkatkan rasa percaya diri dan asertivitas. Bayangkan seorang pelamar kerja yang gugup. Dengan mengadopsi pose yang kuat selama dua menit sebelum wawancara, mereka mungkin merasa lebih siap dan yakin, yang pada akhirnya meningkatkan peluang mereka untuk sukses.

Tetapi ini bukan hanya tentang ilmu dan eksperimen. Amy Cuddy juga membagikan pengalaman pribadinya yang mengharukan. Setelah mengalami cedera otak traumatis, dia merasa tidak layak dan sering merasa rendah diri. Namun, dengan "berpura-pura sampai menjadi kenyataan," dia mulai membangun kembali kepercayaan dirinya. Dia juga menceritakan kisah seorang murid yang dia dorong untuk "berpura-pura sampai menjadi kenyataan" yang akhirnya membantu murid itu untuk merasa lebih percaya diri dan berpartisipasi lebih aktif di kelas.

Cerita-cerita ini menunjukkan bahwa perubahan kecil dalam bahasa tubuh bisa memiliki dampak besar. Bayangkan jika kita semua mengambil dua menit dari waktu kita sebelum situasi yang menegangkan untuk melakukan "power pose." Bagaimana ini bisa mengubah cara kita menghadapi tantangan hidup? Cuddy mengajak kita untuk mencoba teknik ini dan melihat bagaimana itu bisa memengaruhi kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun