Mohon tunggu...
Deni Lorenza
Deni Lorenza Mohon Tunggu... Lainnya - penulis

Seorang penulis berdedikasi yang mengeksplorasi pengembangan diri dan perubahan hidup melalui tulisan yang inspiratif dan berbasis penelitian ilmiah.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Meningkatkan Kualitas Pekerja Esensial: Solusi untuk Meningkatkan Kehidupan Para Pekerja

3 September 2024   15:03 Diperbarui: 3 September 2024   15:09 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah kamu berpikir tentang seberapa pentingnya pekerjaan seperti kasir di supermarket, petugas kebersihan di kantor, atau pengasuh lansia? Mungkin bagi banyak orang, pekerjaan ini sering kali dianggap remeh atau bahkan diabaikan. Namun, ketika pandemi melanda, kita semua baru sadar bahwa pekerjaan-pekerjaan ini adalah bagian vital dari keberlangsungan kehidupan sehari-hari. Sayangnya, meskipun disebut sebagai pekerjaan esensial, banyak pekerja di sektor ini masih terjebak dalam kondisi yang jauh dari kata layak. Gaji rendah, jam kerja yang tidak menentu, dan lingkungan kerja yang penuh tekanan menjadi makanan sehari-hari bagi mereka.

Contoh kasus yang sering terjadi adalah seperti yang dialami oleh Janet, seorang manajer di sebuah toko ritel. Janet harus berhadapan dengan masalah jadwal kerja yang tidak stabil, gaji yang tidak mencukupi, dan lingkungan kerja yang membuat stres. Ini bukan hanya masalah Janet, melainkan masalah yang dihadapi oleh banyak pekerja esensial lainnya. Kondisi kerja yang buruk dan gaji yang rendah tidak hanya merugikan pekerja, tetapi juga perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang mencoba menghemat biaya dengan meminimalkan biaya tenaga kerja sering kali justru mengeluarkan biaya lebih tinggi karena harus terus-menerus merekrut dan melatih pekerja baru, kehilangan penjualan, dan membuang-buang sumber daya.

Lalu, apakah ada solusi untuk masalah ini? Jawabannya adalah ya, dan itu bisa ditemukan dalam apa yang disebut sebagai "Strategi Pekerjaan yang Baik" atau "Good Jobs System". Strategi ini dipopulerkan oleh seorang profesor manajemen operasi dari MIT, yang meyakini bahwa perusahaan dapat meningkatkan kinerja mereka sekaligus meningkatkan kualitas pekerjaan bagi para pekerja mereka.

Inti dari strategi ini adalah investasi pada orang-orang. Bayangkan jika pekerja esensial seperti Janet dibayar dengan layak, memiliki jadwal yang stabil, dan tahu bahwa ada jalur karier yang jelas bagi mereka. Dengan standar yang tinggi, pekerja akan merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk bekerja dengan baik. Selain itu, strategi ini juga mencakup penyederhanaan tugas, pemberdayaan karyawan, pelatihan silang, dan memastikan tingkat staf yang memadai agar pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif tanpa beban berlebihan pada pekerja.

Beberapa perusahaan besar sudah mulai menerapkan strategi ini dan melihat hasil yang positif. Contohnya, Costco, yang membayar pekerjanya lebih tinggi dibandingkan dengan pesaingnya. Hasilnya? Tingkat turnover karyawan mereka jauh lebih rendah, hanya 8%, dibandingkan dengan rata-rata turnover di industri ritel yang mencapai 60%. Produktivitas meningkat, dan bisnis pun berjalan dengan lebih baik. Bukan hanya Costco, tetapi juga perusahaan seperti Maradona di Spanyol dan Quick Trip di Amerika Serikat yang berhasil mengubah pekerjaan berupah rendah menjadi pekerjaan yang lebih baik melalui peningkatan gaji dan kondisi kerja yang lebih baik.

Namun, hanya menaikkan gaji saja tidak cukup. Untuk benar-benar meningkatkan kualitas pekerjaan, diperlukan strategi yang juga meningkatkan produktivitas. Di toko tempat Janet bekerja, misalnya, pelatihan silang pekerja untuk menguasai berbagai tugas dan memberikan wewenang kepada mereka untuk menyelesaikan masalah tanpa harus selalu meminta persetujuan manajer dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih efisien dan memuaskan.

John Furner, seorang pemimpin di Sam's Club, berhasil menerapkan strategi ini meskipun awalnya mendapat banyak penolakan. Namun, hasilnya berbicara dengan sendirinya. Meningkatkan gaji dan memperbaiki kondisi kerja akhirnya menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi, tingkat turnover yang lebih rendah, penjualan yang meningkat, dan kepuasan karyawan yang lebih baik.

Lebih dari sekadar dampak pada karyawan dan perusahaan, transformasi pekerjaan buruk menjadi pekerjaan baik juga membawa dampak yang lebih luas bagi masyarakat. Bayangkan jika semakin banyak perusahaan yang mengadopsi sistem ini. Tidak hanya akan ada lebih banyak pekerja yang merasa dihargai dan produktif, tetapi juga perusahaan yang lebih kompetitif, ekonomi yang lebih kuat, dan kelas menengah yang lebih sehat. Ini adalah dampak yang diimpikan oleh pendiri Good Jobs Institute, sebuah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk membantu perusahaan menerapkan Good Jobs System di berbagai industri.

Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari semua ini? Kunci untuk menciptakan pekerjaan yang baik bukanlah dengan menyalahkan pekerja atas kinerja yang buruk, tetapi dengan memperbaiki pekerjaan itu sendiri. Dengan mengadopsi strategi yang tepat, kita bisa menciptakan pekerjaan yang memberikan martabat, penghargaan, dan penghidupan yang layak. Ini tidak hanya akan membuat bisnis lebih kompetitif, tetapi juga menciptakan ekonomi yang lebih kuat dan masyarakat di mana pekerja esensial memiliki harapan, bukan keputusasaan.

Pekerjaan esensial adalah tulang punggung masyarakat kita, dan sudah saatnya kita memperlakukan pekerja esensial dengan layak. Dengan menerapkan strategi yang tepat, kita bisa menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik, bisnis yang lebih sukses, dan masyarakat yang lebih adil. Mari kita mulai mengapresiasi para pekerja esensial ini dengan memberikan mereka apa yang layak mereka dapatkan: pekerjaan yang baik, gaji yang adil, dan kehidupan yang bermartabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun