Mohon tunggu...
Denik
Denik Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Blogger dan penulis yang senang motoran sambil kuliner, mengunjungi tempat bersejarah, dan olah raga.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Gabut? Ngopi ke Puncak Yuk?

9 Januari 2024   01:19 Diperbarui: 9 Januari 2024   01:30 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagian belakang yang asri (dok. Denik)

Sebagai orang yang gemar naik motor, kalau hari libur tiba suka bingung mau kemana kalau tidak ada acara. Biasanya main ke rumah kawan yang jauh dan jarang dikunjungi. Tapi tidak untuk kali ini.

Saya sedang tidak ingin main ke rumah kawan. Tidak ingin jalan-jalan ke Jakarta. Atau jalan-jalan ke Tangerang. Kalau istilah anak sekarang saya sedang gabut.

Akhirnya tercetus untuk motoran ke Puncak. Nongkrong di Masjid At-Tawun saja. Menikmati semangkuk sekoteng atau Indomie rebus. Sudah lama juga saya tak melintasi daerah Puncak.

Terakhir tahun 2022 yang lalu. Itu pun dalam perjalanan ke Bandung. Jadi tidak khusus nongkrong di Puncak. Maka begitulah. Setelah fix mau motoran ke Puncak. Saya segera persiapkan segala sesuatunya.

Terutama minuman dan camilan. Saya orang yang malas mampir kalau tidak terpaksa. Kehujanan atau kelaparan. Inginnya langsung sampai ke tujuan.

Jalanan di Kota Bogor yang legang (dok.denik)
Jalanan di Kota Bogor yang legang (dok.denik)

Dari Tangerang ke Bogor perjalanan lancar-lancar saja. Mungkin karena masih pagi. Memasuki daerah Ciawi dan Gadok baru agak macet. Setelahnya lancar lagi. Apalagi ada sistem buka tutup.

Untuk mobil ke arah Puncak kenaan penutupan jalan. Jadi arah turun yang jalan. Alhasil mobil arah turun kencang-kencang. Dua kali saya melihat kecelakaan di depan mata. Pemotor dan mobil. 

Saya sih pelan-pelan saja mengendarai motornya. Sambil menikmati suasana. Eh, tiba di daerah Cisarua turun hujan. Atas saya lihat putih pekat gitu. Artinya sudah hujan deras di sana.

Akhirnya saya putar balik untuk turun lagi. Eh, hujan lagi. Bingung mau berteduh di mana? Kebanyakan hotel dan resort. Saya kendarai motor dengan pelan-pelan. Sambil mencari tempat yang asik.

Eh, di depan saya melihat tulisan Kopi Klotok. Tanpa pikir panjang langsung saya arahkan motor ke sana. 

Setelah memarkir kendaraan. Dengan percaya dirinya saya masuk. Kok tidak ada pelayan yang menyambut. Suasana di dalam ramai sih. Pelayannya hanya berdiri di sudut ruangan. 

Saya segera hampiri untuk bertanya.

"Ini pesannya di mana ya Mas?"

"Oh, prasmanan Mba. Silakan ambil lalu bawa ke kasir. Untuk minuman pesan di kasir nanti kita antar."

Oh, begitu. Saya manggut-manggut mendengar penjelasan si pelayan. Akhirnya saya memesan kopi klotok yang merupakan ciri khas minuman di sini. Juga tempe mendoan. Kalau kopi dan pisang goreng kan sudah biasa.

Saya memilih duduk di teras agar bisa melihat pemandangan aneka pepohonan. Juga menikmati rintik hujan yang seperti diberi formalin. Awet.

Semakin lama semakin ramai yang datang. Bahkan kursi di depan saya sampai ada yang meminta karena kekurangan kursi. Suasananya asik sih. Nuansa Jawanya kental sekali. 

Mulai dari bangunannya yang berupa rumah Joglo. Menu makanan yang Jawa sekali. Lodeh, mangut, sambel tempe penyet, dan masih banyak lagi.

Bagian belakang yang asri (dok. Denik)
Bagian belakang yang asri (dok. Denik)

Tempat salat di belakang bangunan utama juga asik. Berupa rumah panggung dari kayu. Kamar mandinya juga bersih. Secara keseluruhan tidak mengecewakan.

Biasanya kan ada saja celanya. Kamar mandinya yang kotorlah. Atau tempat salatnya yang jorok. Tapi di sini nyaris tak ada cela. Paling hanya bagian dapurnya yang sedikit terlihat dari luar. 

Secara keseluruhan sih asik-asik saja. Saya nikmati segelas kopi dan tempe mendoan sambil menunggu hujan reda. Kegabutan kali ini membawa hikmah. 

Saya jadi menemukan tempat nongkrong yang asik di Puncak. Kapan-kapan ke sini lagi mengajak kamu ah. Iya, kamu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun