Saya segera hampiri untuk bertanya.
"Ini pesannya di mana ya Mas?"
"Oh, prasmanan Mba. Silakan ambil lalu bawa ke kasir. Untuk minuman pesan di kasir nanti kita antar."
Oh, begitu. Saya manggut-manggut mendengar penjelasan si pelayan. Akhirnya saya memesan kopi klotok yang merupakan ciri khas minuman di sini. Juga tempe mendoan. Kalau kopi dan pisang goreng kan sudah biasa.
Saya memilih duduk di teras agar bisa melihat pemandangan aneka pepohonan. Juga menikmati rintik hujan yang seperti diberi formalin. Awet.
Semakin lama semakin ramai yang datang. Bahkan kursi di depan saya sampai ada yang meminta karena kekurangan kursi. Suasananya asik sih. Nuansa Jawanya kental sekali.Â
Mulai dari bangunannya yang berupa rumah Joglo. Menu makanan yang Jawa sekali. Lodeh, mangut, sambel tempe penyet, dan masih banyak lagi.
Tempat salat di belakang bangunan utama juga asik. Berupa rumah panggung dari kayu. Kamar mandinya juga bersih. Secara keseluruhan tidak mengecewakan.
Biasanya kan ada saja celanya. Kamar mandinya yang kotorlah. Atau tempat salatnya yang jorok. Tapi di sini nyaris tak ada cela. Paling hanya bagian dapurnya yang sedikit terlihat dari luar.Â
Secara keseluruhan sih asik-asik saja. Saya nikmati segelas kopi dan tempe mendoan sambil menunggu hujan reda. Kegabutan kali ini membawa hikmah.Â
Saya jadi menemukan tempat nongkrong yang asik di Puncak. Kapan-kapan ke sini lagi mengajak kamu ah. Iya, kamu?