Mohon tunggu...
Denik
Denik Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Blogger dan penulis yang senang motoran sambil kuliner, mengunjungi tempat bersejarah, dan olah raga.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Rem Tak Pakem dan Kondisi Tubuh Drop, Pengalaman Pertama Riding

12 Agustus 2023   18:04 Diperbarui: 12 Agustus 2023   18:25 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beraktivitas dengan mengendarai sepeda motor sudah hal biasa di zaman sekarang. Motor sudah menjadi kebutuhan sehari-hari untuk mempermudah kegiatan. Jadi motor bukan barang lux lagi melainkan sudah menjadi kebutuhan pokok. Kecuali motor dengan merk tertentu.

Sebagai seorang guru les privat yang mendatangi murid ke rumah-rumah, saya pun mengendarai motor dalam beraktivitas sehari-hari. Meski terkadang sesekali mengendarai sepeda juga. Keduanya, bermotor dan bersepeda di jalan raya dengan jarak cukup jauh sudah hal biasa bagi saya.

Namun untuk riding motor sampai jauh keluar kota belum pernah saya lakukan saat itu. Sampai akhirnya peristiwa itu pun terjadi juga. Tepatnya tahun 2010. Ketika grup band D'Masiv sedang gencar-gencarnya promo album. Setelah sukses dengan album Perubahan dengan lagu hits-nya Cinta Ini Membunuhku.

Apa hubungannya riding dengan D'Masiv?

Oh, ada hubungannya. Bahkan sangat erat. Bisa dibilang karena D'Masiv saya jadi ketagihan riding jauh.

Adalah keponakan saya yang begitu nge-fans dengan D'Masiv. Berhubung sayang keponakan maka saya turuti keinginannya. Apalagi waktu itu masih kecil. Masih usia 6 tahun. Minta nonton D'Masiv dan ketemu personil bandnya.

Saya ajak ke stasiun televisi yang saat itu mengadakan acara live musik. Di sana saya coba temui dengan personil bandnya. Ternyata respon mereka baik dan welcome meski keponakan saya masih kecil.

Mereka menyebutnya masiver kecil. Masiver adalah sebutan untuk para fans D'Masiv. Sejak itu keponakan saya tak absen menonton pertunjukan D'Masiv di Jakarta. Saya yang mengantarkan tenang-tenang saja. Karena begitu tiba di lokasi sudah langsung ketemu kru D'Masiv dan dibawa masuk ke ruangan artis.

Istilah kata dapat kemudahanlah. Nah, suatu ketika D'Masiv akan tampil di Bandung. Keponakan saya ingin ke sana juga.

"Den. Bandung itu jauh gak?" tanyanya.

"Enggak. 2 jam sampe."

"Kalo naik motor berapa jam?"

"Paling 4 jam sampe?"

"Yuk, ke Bandung, Den. D'Masiv ada di sana."

"Kapan?"

"Besok. Jadi sekarang kita berangkat."

"Hah! Sekarang?" kata saya terkaget-kaget.

"Ya, kata Denik 4 jam sampe."

Saya garuk-garuk kepala. Iya, sih. Tapi ini kan jam 9 malam. Saya baru pulang mengajar. Memang besok libur. Tapi gila saja harus ke Bandung malam itu juga.

"Aku mau kasih kejutan untuk om Rian. Om Rian udah baik sama aku, Den. Kalau di dalam ruangan artis aku suka digandeng sama om Rian."

Rian adalah vokalis D'Masiv.

Saya tak tega dia merajuk seperti itu. Iya, sih. Personil D'Masiv baik-baik dan welcome terhadap keponakan saya. Akhirnya setelah berembug dan mendapat ijin dari ibu, kita berangkat ke Bandung malam itu juga.

Nekad. Iya. Bagaimana tidak. Tanpa mempersiapkan kondisi motor. Hanya bermodal uang dan berbekalan, saya motoran ke Bandung membawa keponakan dan adik.

Berangkat pukul 22.00 WIB melalui jalur Parung, Bogor, dan Puncak. Berhubung malam hari dan tidak sendirian maka kecepatan motor pun sedang-sedang saja. Tiba di daerah Puncak pukul 01.00 WIB. Istirahat di masjid At-Tawun menunggu pagi.

Adik dan keponakan tidur sejenak. Saya menunggui mereka sambil menikmati semangkuk sekoteng. Usai salat subuh langsung melanjutkan perjalanan lagi. Tiba di lokasi acara sekitar pukul 07.00 WIB. Langsung mencari musalah untuk rebahan dan tidur sejenak. Karena saya belum tidur semalam itu.

Acara baru mulai pukul 09.00 WIB. Saya biarkan adik dan keponakan ke tempat acara. Saya tidur saja di musalah. Selesai acara pukul 13.00 WIB. Langsung pulang lagi ke Jakarta. Berhubung kondisi rem tidak pakem. Saya tidak lewat puncak lagi melainkan lewat Purwakarta.

Modal nekad lagi. Karena saya belum pernah melintasi daerah sana. Saya tahunya nanti masuk Jakartanya melalui Bekasi. Saya pikir malam Minggu jadi jalanan pasti ramai. PD saja deh. Awal-awal memang asik menikmati pemandangan di daerah Purwakarta. Begitu malam hari turun hujan. Saya mencari tempat berteduh.

Begitu terus berulang kali. Gerimis sedikit saya terjang. Pikir saya pukul berapa pun tiba di Jakarta beranilah. Karena sudah familiar dengan suasana Jakarta. Ternyata tiba di daerah Kerawang adik saya masuk angin.

Waktu itu sudah tengah malam. Saya pun singgah di SPBU pertama yang ditemui. Istirahat dan tiduran di emperan toko sekitar SPBU. Rupanya ada karyawan SPBU yang memperhatikan. Saya ditanya-tanya oleh salah satu dari mereka.

Entah apa yang mereka pikirkan. Tiba-tiba kita diminta masuk saja ke kantor. Tidur di dalam ruangan yang mereka sediakan.

"Kasihan adik dan anaknya. Kelihatannya mereka kedinginan. Tidur di dalam saja Mba. Sudah kami siapkan tempatnya. Besok saja melanjutkan perjalanan lagi. Jakarta masih jauh."

Demi melihat kondisi adik dan keponakan, akhirnya saya terima tawaran tersebut. Saya sangat berterima kasih sekali. Memang salah kita sih. Riding jauh tanpa persiapan dan bolak-balik pula.

Esok paginya kondisi mereka sudah lebih segar. Saya seperti biasa tidak tidur. Setelah berpamitan kepada petugas SPBU yang baik-baik itu, kita melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah.

Dari Bekasi saya mengambil arah Pulo Gadung. Lurus terus sampai tiba di daerah Senen. Dari sana sudah langsung ke arah Gambir, Tanah Abang, Kebayoran Lama, Ciledug.

Tiba di rumah dengan selamat. Saya langsung bersih-bersih badan dan tidur. Hampir seharian saya tidur. Begitu terbangun badan mulai segar. Setelahnya mengevaluasi semua perjalanan kemarin.

Bersyukur masih dilindungi oleh Tuhan. Mengingat riding yang dilakukan hanya bermodal tekad dan nekad. Esok lagi tidak boleh seperti itu. Sebab kita tidak tahu apa yang terjadi di jalan.

Pengalaman riding pertama kali yang penuh drama. Benar-benar hanya fokus ke tujuan dan kembali ke rumah tanpa menikmati keindahan daerah yang dilalui.

Suatu saat mesti diulang lagi agar benar-benar bisa menikmati perjalanan. Karena jalur yang dilalui ternyata indah dan menarik. Bandung tunggu aku lagi ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun