Sudah cukup lama saya tidak merasakan piknik bareng naik bus besar. Terakhir kali yaitu piknik ke Anyer bareng remaja karang taruna di lingkungan RT. Setelahnya tidak pernah lagi. Tepatnya tidak tertarik lagi.
Mungkin karena saya orangnya tidak sabaran. Jadi kalau naik bus rombongan gitu bawaannya emosi. Selain kerap terjebak macet, urusan buang air tidak bisa asal berhenti.
Belum lagi suasana bus yang biasanya berisik dengan suara musik yang tidak sesuai selera. Jadi kalau urusan piknik lebih memilih sendiri atau dengan segelintir orang saja. Biasanya naik motor.
Nah, suatu hari seseorang kawan minta ditemani piknik. Keponakannya batal ikut padahal sudah pelunasan. Kalo batal semua sayang. Akhirnya menanyakan jadwal saya apakah bisa menemani dia? Katanya sih privat tour.
Berhubung jadwal saya kosong di hari yang ditentukan dan tujuannya juga dekat, hanya ke Bandung. Maka saya terima ajakan tersebut. Saya pun menginap di rumahnya. Sebab lepas subuh sudah dijemput.
Begitu waktu penjemputan tiba, saya terkejut. Kok bus besar pariwisata yang datang. Katanya private tour? Saya mulai tak enak hati nih. Saya tanya pada si kawan. Ia pun menghubungi ketua penyelenggara. Jawabannya dong enteng sekali.
"Iya, maaf nih kak. Ternyata banyak yang minat jadinya pakai bus pariwisata biar sekalian."
Wah, saya dong emosi. Ini menyalahi prosedur. Awalnyakan privat tour yang hanya beberapa orang saja. Lha, ini kok rombongan bus besar. Tak hanya satu pula.
Tapi mau bagaimana lagi? Ini bukan saya langsung yang mendaftar. Si kawan pun juga hanya pasrah. Ya sudah akhirnya diam saja. Saya sudah tidak mood. Diperjalanan hanya kesal saja yang dirasakan.
Bayangkan? Sudah salah dari awal. Diperjalanan berisik sekali. Isinya rombongan emak-emak grup pengajian dan senam. Mereka minta sopir memutar karokean. Jadilah sepanjang perjalanan karokean terus. Bahkan sampai pulang pun demikian.
Saya loh tidak suka dengan kebisingan. Eh, ini sehari semalam full musik hingar bingar. Benar-benar uji kesabaran. Mana pula jadwalnya berantakan. Masa berangkat subuh sampai Jakarta subuh lagi.Â
Jadi penyelenggara mengikuti apa kata peserta yang notabene rombongan emak-emak. Minta nanti dulu pulangnya eh benar-benar turuti. Jadwal pulang yang seharusnya sore jadi molor sampai malam.Â
Mereka tidak berpikir bahwa perjalanan pulang belum tentu mulus. Bisa terjebak macet atau terjebak hujan. Sebab cuaca sedang tidak menentu. Benar saja. Rombongan terjebak hujan sehingga tidak bisa melanjutkan perjalanan.Â
Harus sabar menunggu yang entah berapa jam lagi. Wah, pokoknya saya emosi jiwa deh. Tapi hanya bisa pasrah. Benar-benar pengalaman yang tak mengenakkan pergi piknik bareng emak-emak. Semoga emak-emak di Kompasiana tidak demikian ya? Salam. (Denik)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H