Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Museum Satria Mandala Tempo Dulu dan Masa Kini

16 Oktober 2024   10:56 Diperbarui: 17 Oktober 2024   09:28 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruangan dengan koleksi tanda pangkat di TNI (dok.denik)

Kapan terakhir teman-teman berkunjung ke museum?

Saya akhir pekan kemarin, 12 Oktober 2024. Bertepatan dengan Hari Museum Nasional. Bersama teman-teman Ketapels dan Ladiesiana, saya berakhir pekan di Museum Satria Mandala.

Kenapa pilih ke Museum Satria Mandala?

Museum SatriaMandala dipilih karena masih dalam suasana Hari TNI yang jatuh pada tanggal 5 Oktober. Di sana kita bisa mengetahui sejarah TNI, perjuangan TNI dari masa ke masa, melihat benda-benda bersejarah yang pernah dipergunakan saat perang kemerdekaan. Senjata, pesawat, tank, dan pesawat serta kapal laut.

Yang membuat saya tertarik lagi adalah karena sejarah bangunan yang kini dipergunakan sebagai useum. Dulunya tempat tersebut dikenal dengan nama Wisma Yoso. Di sanalah Ratna Sari Dewi tinggal.

Ruangan dengan koleksi tanda pangkat di TNI (dok.denik)
Ruangan dengan koleksi tanda pangkat di TNI (dok.denik)
Ratna Sari Dewi merupakan salah satu istri dari Bung Karno. Di Wisma Yoso pula Bung Karno disemayamkan sebelum diberangkatkan ke Blitar untuk dimakamkan di sana.

Selain itu sudah lama juga saya tidak berkunjung ke Museum SatriaMandala. Eh, ternyata teman-teman malah belum pernah sama sekali. Jadi pas sekali momennya.

Itulah sekilas tentang nilai sejarah yang terdapat di Museum Satria Mandala. Sejak saya SD isi bangunan utama Museum Satria Mandala tidak berubah. Ada tandu yang digunakan untuk menandu Jenderal Sudirman saat sakit tapi harus memimpin pasukan perang. 

Di halaman depan museum terdapat replika kapal RI Matjan Tutul yang dipergunakan dalam pertempuran Laut Aru dalam misi membebaskan Irian Barat dari Belanda.

Replika kapal RI Marjan Tutul (dok. Denik)
Replika kapal RI Marjan Tutul (dok. Denik)
Sedangkan di halaman belakang terdapat kerangka pesawat dan tank yang digunakan dalam perang kemerdekaan. 

Sekarang di bagian belakang ada spot yang namanya Kampung Joeang.

Isinya benda-benda kuno zaman perjuangan. Di sebelahnya ada Kafe Djoeang. Ngopi dengan latar dan suasana perjuangan seru juga. Dulu spot ini belum ada. 

Bagian belakang museum (dok denik)
Bagian belakang museum (dok denik)
Oiya, di depan pintu masuk sebelah kiri ada kafe juga. Jadi sekarang ini suasana museum lebih kekinian. Usai keliling museum bisa duduk-duduk syantik di kafe.

Kalau dulu paling ke kantin di sebelah gedung utama. Kalau kantinnya penuh istirahatnya duduk-duduk di taman belakang. Sekarang ada beberapa pilihan. Bisa ke kantin, ke kafe depan, atau kafe belakang.

Sekarang ini jalan-jalan ke museum tidak lagi membosankan. Tapi lebih asik dan menarik. Bisa sambil bikin konten pula. Yuk jalan-jalan ke Museum. (Denik)

Alamat:

Jl. Gatot Subroto Kav. 14 Kuningan, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan

Jam buka:

Hari, Selasa-Minggu (Senin Libur)

Pukul: 08.00 WIB-17.00 WIB

Tiket masuk: Rp 5.000,-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun