Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jamu Tradisional Tetap Eksis di Tengah Gempuran Modernisasi

1 Oktober 2024   12:41 Diperbarui: 1 Oktober 2024   12:42 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamu beras kencur (dok. Denik)

"Yuk, temani minum jamu. Enggak enak badan dari kemarin."

"Enggak beli obat saja di apotek? Terus istirahat."

"Sudah minum obat segala macam tapi belum ada perubahan. Kayaknya memang harus diminumin jamu deh."

Jamu. Ramuan tradisional yang dibuat dari campuran aneka tumbuhan dan akar tumbuhan yang memiliki khasiat tertentu. Biasanya dikonsumsi oleh orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan. Kemudian mengajarkannya pada anak cucu.

Bagi remaja era 90-an mendengar kata jamu pasti sudah tak asing lagi. Minum jamu pun hal yang lumrah. Sebab orang tua terutama nenek membiasakan konsumsi jamu kepada anak dan cucunya. 

Terutama usai melahirkan bagi anak perempuan. Jadi sejak dilahirkan oleh sang ibu, seorang bayi sudah mengkonsumsi jamu lewat perantara ASI. Oleh karenanya generasi 90-an sudah familiar dengan yang namanya minum jamu.

Entah bagi generasi Z seperti sekarang. Mungkin 50:50. Lima puluh persen masih tahulah tentang jamu. Bisa jadi turut mengkonsumsi. Tapi yang lima puluh persen lagi bisa jadi tak tahu menahu. 

Zaman boleh berubah. Modernisasi terus berjalan. Namun yang namanya jamu tradisional rasanya akan tetap dicari. Contoh kecilnya kawan saya tersebut. Tetap mencari jamu untuk urusan tak enak badan. 

Tapi memang masih banyak yang lebih memilih jamu ketimbang obat-obatan. Pedagang jamu keliling yang menjajakan jamu godokan masih banyak terlihat. Saya pun masih berlangganan tiap pagi. Pilihan saya jamu kunyit asam atau jamu beras kencur.

Sementara itu penjual jamu yang mangkal di kios-kios juga masih ada. Banyak malahan. Nah, di kios jamu semacam inilah kawan saya mencari ramuan yang cocok untuk kondisi tubuhnya.

Ramuan jamu pegal linu (dok. Denik)
Ramuan jamu pegal linu (dok. Denik)
"Minta jamu untuk badan pegal-pegal dan kepala sakit ya?".

Tak lama pesanan jamu datang. Saya perhatikan sekeliling kios. Wah, banyak juga jenis jamunya. Ada yang familiar di mata  dan ada juga yang baru saya ketahui saat itu.

"Oh, ini termasuk jamu kuat? Banyak juga jenisnya."

Rupanya jamu tersebut banyak peminatnya. Lainnya ada jamu pegal linu, jamu tolak angin, dan lain sebagainya. 

Jamu kuat lelaki (dok. Denik)
Jamu kuat lelaki (dok. Denik)
Jika dilihat dari keseharian masyarakat dalam mengkonsumsi jamu, rasanya jamu akan tetap bertahan di tengah kemajuan zaman. Sebab sebagian besar masyarakat sudah terbiasa minum jamu. Baik itu dalam kondisi sehat maupun tak enak badan.

Ada yang mengkonsumsi jamu demi menjaga kesehatan tubuh. Ada yang mengkonsumsi jamu untuk kesembuhan tubuhnya. Jadi lebih ke arah pengobatannya. Jika demikian maka sampai kapan pun jamu akan tetap dicari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun