Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tips Nyaman Berkain dan Kebaya

24 Juli 2024   23:25 Diperbarui: 24 Juli 2024   23:32 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebaya. Busana tradisional yang umumnya dikenakan oleh perempuan Jawa, khususnya di lingkungan keraton. Mulai dari keluarga kerajaan sampai para dayang dan pegawai kerajaan umumnya mengenakan kain serta kebaya untuk keseharian mereka.

Dari itulah kain dan kebaya identik dengan busana khusus dengan kesan megah. Mereka yang mengenakan kebaya pun dalam berperilaku sehari-hari terlihat anggun, lembut, dan santun. Karena memang demikian yang dicontohkan oleh keluarga kerajaan.

Bagi masyarakat umum yang ingin juga berpenampilan bak putri-putri keraton,  mengapresiasikan pemakaian busana tersebut dalam acara-acara tertentu. Seperti pernikahan, undangan kenegaraan, dan wisuda bagi mereka yang lulus perguruan tinggi.

Oleh karenanya bila melihat seseorang mengenakan kebaya, muncul pertanyaan.

"Mau kemana kebayaan begitu? Kondangan ya?"

Bagi masyarakat umum mengenakan kebaya biasanya untuk menghadiri acara pernikahan alias kondangan. Atau sebagai panitia pernikahan.

Ya, kebaya identik dengan acara kondangan. Tidak salah. Memang demikian adanya. Jadi jangan tersinggung jika ada yang bertanya seperti itu saat melihat kita mengenakan kebaya.

Saya sebagai perempuan berdarah Jawa yang juga gemar berkain dan kebaya tak luput dari pertanyaan di atas. Apalagi bisa dibilang hampir setiap ada kegiatan saya selalu mengenakan kain dan kebaya. Bisa dibayangkan berapa kali saya ditanya hal yang sama.

Risihkah saya?

Tidak sama sekali. Karena pada dasarnya saya senang berkain dan kebaya. Sebelum mengenal komunitas perempuan berkebaya dan adanya peringatan Hari Kebaya Nasional 24 Juli, saya sudah terbiasa mengenakan kain dan kebaya. 

Kebetulan nenek saya sehari-harinya masih berpenampilan seperti itu. Berkain dan kebaya. Meski demikian nenek saya tetap lincah dan energik. Saya jadi terinspirasi. 

Pada dasarnya saya pun senang dengan hal-hal yang berbau tradisional. Sesuatu yang unik, khas atau jadul. Maka ketika mulai mengikuti gaya berbusana nenek saya, berkain dan kebaya untuk keseharian tak ada rasa canggung. 

Asik-asik saja dan nyaman-nyaman saja. Tak hanya untuk keseharian di rumah. Dalam beraktivitas pun saya biasakan untuk tetap mengenakan kain dan kebaya. Tinggal disesuaikan saja cara penggunaannya.

Ketika saya bersepeda, maka kain yang dikenakan harus sporty dan tidak menghalangi pergerakan saat mengayuh sepeda. 

Ketika saya mengendarai sepeda motor pun demikian. Kain yang dikenakan harus leluasa untuk melangkah ke atas motor. Tidak ribet. 

Sementara kain dan kebaya untuk acara resmi harus lebih anggun. Mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut. Jadi ada pembeda dalam urusan kenyamanan. Tidak asal mengenakan kain dan kebaya.

Pemilihan bahan

Selanjutnya pemilihan bahan kebaya. Kalau untuk pemakaian sehari-hari kebaya yang saya gunakan biasanya berbahan katun atau kain embos.

Sedangkan untuk acara semi resmi atau resmi biasanya kebaya dari bahan brokat atau kebaya dibordir. Dengan demikian ada kesan berbeda dari tiap pemakaian kebaya. 

Selama bisa menyesuaikan dengan kondisi, saya rasa nyaman-nyaman saja berkain dan kebaya dalam keseharian. (Denik)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun