Kue tradisional. Makanan khas suatu daerah yang saya sukai. Apapun jenisnya selama sifatnya tradisional pasti saya suka.Â
kue yang nuansanya tradisional mata saya langsung berbinar-binar. Jadi tidak sabar untuk mencicipinya.
Suka banget maksudnya. Jadi kalau adaIndonesiakan terdiri atas ribuan pulau dan suku bangsa. Terbayang dong berapa jenis makanan tradisional yang bisa kita jumpai. Nah, salah satu kue tradisional yang saya sukai adalah kue satu.
Kue tradisional ini sangat populer di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, dan Jakarta. Bentuknya kecil. Warnanya putih. Teksturnya padat tapi lembut dan renyah. Rasanya manis.
Bahan dasar kue satu adalah kacang hijau kupas yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan tekstur yang lembut. Diberi nama satu karena cara pembuatannya yang butuh effort tersendiri. Sehingga harus dibuat satu-satu.
Makanya disebut kue satu. Biasanya dicetak dalam wadah khusus berbentuk bulat atau oval dengan ragam hiasan di atas cetakannya. Sehingga begitu selesai dicetak bentuknya bagus.Â
Dari dulu bentuk kue satu ya begitu. Saya sampai hapal kalau melihat kue model begitu di dalam toples, sudah pasti kue satu nih.Â
Namun ada satu momen saya agak terkecoh. Melihat kemasan dan bentuk kue satu yang beda dari biasanya. Seperti souvernir pernikahan.
Kemasannya bagus dan lucu. Bentuk daun dan batang gitu. Dibungkus plastik bening. Saya jelas penasaran. Oleh-oleh dari Jawa Tengah nih. Tapi apaan? Kok baru tahu sih.
"Ini apaan ya?" tanya saya penasaran.
"Itu kue satu."